Bandung EKOIN.CO – Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran (Unpad) menerima hibah instrumen oseanografi CTD Unpad (Conductivity, Temperature, and Depth) berteknologi tinggi melalui program Hibah In-Kind IMF 2025. Serah terima berlangsung di Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, pada Selasa, 12 Agustus 2025.
Instrumen CTD merupakan alat canggih yang berfungsi mengukur kadar garam, suhu, dan kedalaman laut dengan presisi tinggi. Perangkat ini akan mendukung penelitian kelautan di Indonesia, khususnya dalam memahami fenomena arus, lapisan massa air, hingga dinamika iklim laut.
Baca juga : Buku Konsep Uang Hadirkan Edukasi Keuangan Baru
Serah terima dilakukan secara simbolis oleh Wakil Dekan Bidang Sumber Daya dan Organisasi FPIK Unpad, Mega L. Syamsuddin, Ph.D., kepada Principal Investigator Hibah IMF Riset Penugasan FPIK Unpad 2025, Buntora Pasaribu, Ph.D. Acara ini menandai langkah baru penguatan kapasitas riset kelautan Unpad.
Buntora menegaskan pentingnya instrumen ini dalam riset oseanografi modern. “Karakter laut itu dinamis, penuh rahasia, dan menuntut teknologi pemantauan yang state-of-the-art. Dengan CTD ini, peneliti Unpad bisa memantau laut dalam secara real-time dan presisi,” ujarnya.
Mega menambahkan, kerja sama dengan Institute of Oceanology, Chinese Academy of Sciences (IOCAS), China, telah terjalin sejak 2024. “Implementasi dalam IMF ini akan berdampak pada kebijakan yang terukur karena data yang dihasilkan sangat presisi. Kerja sama ini juga akan memperkuat publikasi internasional bersama mitra global,” jelasnya.
Kolaborasi Strategis dengan IOCAS
Kolaborasi riset ini menjadi bukti komitmen FPIK Unpad untuk memperluas jejaring penelitian internasional. Noir P. Purba, Ph.D., selaku Co-PI sekaligus penghubung dengan IOCAS, menekankan bahwa laut Indonesia merupakan “living laboratory” yang menuntut sinergi berbagai pihak, baik nasional maupun internasional.
Dukungan instrumen CTD Unpad akan memperkuat riset oseanografi, termasuk eksplorasi perairan Pangandaran. Penelitian ini melibatkan tim pakar lintas bidang dari FPIK, PSDKU Pangandaran, BRIN, dan IOCAS. Para pakar tersebut antara lain Buntora Pasaribu, Noir P. Purba, Yuniarti, M.S., Syawaludin Harahap, Lantun P. Dewanti, dan Nika Alina.
Dengan adanya perangkat ini, data kelautan yang dikumpulkan akan lebih akurat, sehingga dapat digunakan untuk analisis mendalam terkait perubahan iklim laut dan konservasi sumber daya pesisir. Hal ini sejalan dengan kebutuhan Indonesia dalam menjaga ekosistem laut yang luas.
“Data yang bagus akan menghasilkan analisis yang bagus pula, sehingga FPIK Unpad kini memiliki instrumen kelautan canggih dan siap melangkah lebih jauh dalam meningkatkan kapasitas riset kelautan,” ungkap Buntora.
Selain meningkatkan kualitas riset, hibah ini diharapkan memperkuat kontribusi Indonesia dalam forum internasional terkait kelautan. Dengan data yang lebih presisi, posisi Unpad sebagai pusat riset kelautan unggulan akan semakin diakui.
Peran Teknologi dalam Kajian Iklim Laut
CTD Unpad hadir sebagai teknologi penting untuk mendukung kajian iklim laut, termasuk fenomena global seperti El Niño dan upwelling. Dengan kemampuan merekam data dari permukaan hingga laut dalam, instrumen ini memungkinkan pemantauan berlapis yang jarang dimiliki sebelumnya.
Data yang dihasilkan dapat digunakan untuk memprediksi pola arus, mempelajari massa air, serta memberikan pemahaman baru mengenai dinamika laut Indonesia. Hasil riset ini juga relevan untuk mendukung pengelolaan perikanan dan kebijakan kelautan berbasis sains.
Dalam konteks global, keberadaan CTD Unpad dapat membantu memperluas publikasi akademik internasional. Kolaborasi dengan mitra luar negeri seperti IOCAS memperlihatkan bahwa penelitian kelautan Indonesia memiliki daya tarik yang kuat di mata komunitas ilmiah.
Pentingnya alat ini juga terlihat dalam upaya adaptasi perubahan iklim. Laut berperan besar dalam menyerap panas bumi, sehingga data akurat mengenai kondisi perairan sangat dibutuhkan untuk mitigasi bencana dan pengelolaan ekosistem.
Lebih lanjut, dukungan dari berbagai pihak seperti BRIN menunjukkan adanya integrasi riset nasional yang berorientasi pada hasil nyata. Kombinasi instrumen canggih dan kolaborasi pakar diharapkan membawa penelitian Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi.
Keseriusan Unpad dalam memperkuat kapasitas riset kelautan juga diiringi dengan komitmen untuk membuka jalan riset lanjutan. Melalui hibah ini, universitas bertekad berkontribusi nyata bagi pembangunan berkelanjutan di bidang kelautan.
Ke depan, penelitian dengan CTD Unpad akan fokus pada ekologi pesisir, biodiversitas laut, serta dinamika sedimen. Kajian tersebut menjadi fondasi bagi pengelolaan laut Indonesia yang lebih terukur dan berkesinambungan.
Dengan langkah ini, FPIK Unpad tidak hanya menegaskan posisinya sebagai institusi pendidikan, tetapi juga sebagai pusat inovasi riset kelautan. Hibah ini menjadi bukti nyata dukungan internasional terhadap potensi ilmiah Indonesia.
Melalui data yang dihasilkan, diharapkan kebijakan kelautan di Indonesia semakin berbasis bukti ilmiah. Hal tersebut akan memperkuat daya saing riset nasional sekaligus meningkatkan kontribusi Indonesia di kancah global.
Hibah instrumen CTD Unpad dari IOCAS melalui IMF 2025 merupakan langkah strategis bagi riset kelautan Indonesia. Keberadaan alat ini akan meningkatkan presisi penelitian laut dan memperkuat posisi Unpad di bidang oseanografi.
Kolaborasi internasional yang terjalin memperlihatkan komitmen kuat dalam membangun riset lintas negara. Dengan jejaring yang luas, Unpad semakin siap mendukung kebijakan kelautan berbasis data ilmiah.
Keberhasilan hibah ini juga menjadi bukti pentingnya sinergi antara akademisi, pemerintah, dan mitra global. Dukungan BRIN dan PSDKU Pangandaran memperlihatkan bahwa riset kelautan Indonesia telah berjalan dalam jalur kolaboratif.
Pemanfaatan CTD Unpad tidak hanya bermanfaat bagi dunia akademik, tetapi juga mendukung keberlanjutan sumber daya laut. Informasi yang akurat akan membantu menjaga ekosistem pesisir sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan penguatan kapasitas riset ini, Unpad diharapkan mampu menjadi pusat keunggulan dalam kajian kelautan Asia Tenggara. Instrumen CTD menjadi tonggak penting menuju penelitian kelautan yang berdaya saing global.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v