Jakarta EKOIN.CO – Teh hijau dikenal luas sebagai minuman kaya manfaat bagi kesehatan. Kandungan antioksidan, katekin, dan kafeinnya dipercaya dapat meningkatkan metabolisme, membantu proses detoksifikasi, serta menjaga stamina tubuh. Namun, bagi sebagian orang, konsumsi teh hijau justru dapat menimbulkan risiko kesehatan serius, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan atau pada kondisi tertentu.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Menurut laporan Times of India, ada enam kelompok orang yang sebaiknya menghindari atau membatasi konsumsi teh hijau. Meski dianggap alami, kandungan kafein, tanin, dan katekin di dalamnya dapat memengaruhi tubuh secara positif maupun negatif tergantung kondisi masing-masing individu.
Kafein dalam teh hijau mampu memberikan dorongan energi, tetapi juga berpotensi menyebabkan gelisah, cemas, atau gangguan tidur bagi orang yang sensitif. Tanin dapat mengiritasi lambung dan menghambat penyerapan zat besi, sementara katekin berlebih dapat memengaruhi kesehatan hati.
Efek negatif teh hijau semakin terasa jika diminum saat perut kosong. Untuk kebanyakan orang, batas aman konsumsi berada pada 2-3 cangkir per hari. Lebih dari itu, risiko efek samping akan meningkat secara signifikan.
Orang dengan sensitivitas lambung atau refluks asam menjadi kelompok pertama yang disarankan menghindari teh hijau. Kandungan tanin dapat meningkatkan produksi asam lambung sehingga memicu kembung, nyeri, atau memperparah tukak lambung.
Penderita gastritis, tukak lambung, atau gangguan pencernaan sensitif dianjurkan mengonsumsi teh hijau hanya setelah makan. Hal ini bertujuan mengurangi risiko iritasi lambung akibat paparan langsung senyawa tanin.
Kelompok kedua adalah mereka yang mengalami defisiensi zat besi atau anemia. Teh hijau menghambat penyerapan zat besi non-heme yang terdapat pada sayuran, telur, dan produk susu.
Bagi penderita anemia, waktu konsumsi teh hijau sangat penting. Dianjurkan diminum di antara waktu makan, bukan bersamaan dengan makan. Mengonsumsi makanan kaya vitamin C dapat membantu mengurangi dampak hambatan penyerapan zat besi.
Wanita hamil dan menyusui termasuk kategori ketiga yang harus berhati-hati. Konsumsi berlebih dapat meningkatkan risiko keguguran dan menghambat penyerapan asam folat yang penting untuk perkembangan janin.
Kafein dalam teh hijau dapat masuk ke ASI dan menimbulkan efek rangsangan berlebih pada bayi. Para ahli menyarankan membatasi konsumsi tidak lebih dari dua cangkir per hari selama masa kehamilan dan menyusui.
Orang dengan sensitivitas tinggi terhadap kafein juga harus mengurangi konsumsi. Bahkan sedikit kafein dapat memicu detak jantung cepat, gelisah, atau tremor. Dalam jangka panjang, asupan kafein berlebihan dapat mengurangi penyerapan kalsium dan berisiko melemahkan tulang.
Anak-anak menjadi kelompok kelima yang sebaiknya tidak diberikan teh hijau. Kandungan kafeinnya dapat mengganggu sistem saraf yang masih berkembang, sementara tanin dapat menghambat penyerapan nutrisi penting bagi pertumbuhan.
Kelompok terakhir adalah penderita penyakit tertentu seperti gangguan kecemasan, pendarahan, aritmia jantung, diabetes, sindrom iritasi usus, glaukoma, atau penyakit hati. Teh hijau bahkan dapat memperburuk gejala pada penderita osteoporosis karena meningkatkan pengeluaran kalsium melalui urine.
Selain itu, konsumsi teh hijau berlebih dapat memicu interaksi negatif dengan obat-obatan stimulan seperti amfetamin atau nikotin, yang dapat memberi tekanan berlebih pada jantung dan sistem saraf.
Meski memiliki manfaat signifikan bagi banyak orang, konsumsi teh hijau harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing. Moderasi dan pemilihan waktu konsumsi yang tepat menjadi kunci agar manfaatnya maksimal tanpa menimbulkan risiko.
Sebelum memutuskan untuk rutin minum teh hijau, terutama dalam jumlah banyak, sangat disarankan berkonsultasi dengan tenaga medis, khususnya bagi mereka yang masuk dalam enam kategori tersebut.
teh hijau bukanlah minuman yang sepenuhnya aman untuk semua kalangan. Pengetahuan mengenai efek sampingnya dapat membantu masyarakat menghindari potensi risiko kesehatan.
Mengatur waktu dan jumlah konsumsi menjadi langkah bijak untuk tetap mendapatkan manfaat teh hijau tanpa mengorbankan kesehatan. Dengan informasi yang tepat, setiap orang dapat menyesuaikan pola konsumsi sesuai kebutuhan tubuh.
Kewaspadaan terhadap efek samping ini dapat mencegah komplikasi kesehatan jangka panjang. Edukasi terkait manfaat dan risiko teh hijau perlu terus disampaikan agar masyarakat lebih bijak dalam mengonsumsinya.
Masyarakat diharapkan tidak hanya fokus pada manfaatnya saja, tetapi juga memahami batas aman konsumsi dan siapa saja yang harus berhati-hati. Dengan begitu, teh hijau dapat tetap menjadi bagian dari pola hidup sehat.
Kesehatan adalah investasi jangka panjang. Memahami apa yang masuk ke tubuh dan dampaknya menjadi langkah penting dalam menjaga kualitas hidup.
( * )