JAKARTA, EKOIN.CO – Pemerintah Indonesia secara resmi mengoperasikan pesawat angkut militer C-130J-30 Super Hercules, pesawat canggih buatan Amerika Serikat yang diklaim memiliki kemampuan terbaik di kelasnya. Pengoperasian ini berlangsung di Skadron Udara 31 Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Senin, 4 Agustus 2025.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Upacara penerimaan pesawat tersebut dipimpin langsung oleh Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto. Dalam sambutannya, ia menyebutkan bahwa keberadaan C-130J-30 akan meningkatkan mobilitas dan efektivitas operasi TNI, baik dalam misi militer maupun bantuan kemanusiaan. “Ini adalah langkah strategis untuk memperkuat postur pertahanan kita,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers resmi TNI AU.
Kemampuan Super Hercules Dikupas Media Asing
Dilansir dari Defense News, pesawat C-130J-30 Super Hercules memiliki kapasitas angkut lebih besar, jangkauan terbang lebih jauh, dan sistem avionik modern dibandingkan versi sebelumnya. Dengan kemampuan membawa beban hingga 20 ton dan daya jangkau mencapai 4.000 km tanpa pengisian bahan bakar, pesawat ini dianggap sebagai tulang punggung baru angkutan militer Indonesia.
Media luar seperti The Aviationist dan Janes Defence Review menyoroti pembelian pesawat ini sebagai bagian dari modernisasi alutsista Indonesia. Janes menulis bahwa langkah ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam menjaga stabilitas kawasan, sekaligus meningkatkan interoperabilitas dengan negara-negara mitra seperti Amerika Serikat dan Australia.
Menurut catatan Lockheed Martin selaku produsen, Indonesia telah memesan lima unit C-130J-30 sejak 2019, dan tiga di antaranya telah tiba di Indonesia sejak pertengahan 2024. Dua unit lainnya dijadwalkan tiba pada akhir 2025.
Peran Strategis dalam Misi Nontempur
Selain digunakan dalam operasi militer, pesawat Super Hercules juga akan difungsikan untuk misi nontempur seperti pengiriman bantuan bencana dan evakuasi medis. TNI AU menyatakan bahwa pesawat ini akan menjadi andalan dalam menghadapi bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia.
Kepala Staf TNI AU Marsekal Fadjar Prasetyo menjelaskan bahwa pesawat ini telah teruji di berbagai medan ekstrem. “Super Hercules dapat mendarat di landasan pendek dan tidak beraspal, cocok untuk kondisi geografis Indonesia,” katanya saat mendampingi Panglima TNI dalam seremoni peresmian.
Lebih lanjut, Fadjar menambahkan bahwa awak pesawat telah menjalani pelatihan intensif di Amerika Serikat sejak 2023 untuk mengoperasikan teknologi terbaru dalam pesawat ini. TNI AU juga menyiapkan fasilitas pemeliharaan khusus di Halim dan Lanud Abdulrachman Saleh, Malang.
Seperti dilaporkan Defense Update, pengadaan pesawat ini mendapat tanggapan positif dari kalangan militer regional. Negara-negara ASEAN disebut menaruh perhatian terhadap peningkatan kekuatan udara Indonesia, yang dinilai dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam misi bersama seperti bantuan kemanusiaan internasional.
Kementerian Pertahanan RI menyatakan bahwa pembelian pesawat C-130J-30 didanai melalui mekanisme Foreign Military Financing dari Amerika Serikat. Proses pengadaan ini disebut transparan dan mengikuti ketentuan internasional dalam hal ekspor alutsista.
Pakar pertahanan dari Universitas Indonesia, Connie Rahakundini Bakrie, dalam pernyataannya kepada Kompas TV mengatakan bahwa Indonesia kini memiliki angkut strategis setara negara-negara maju. “Ini membuka peluang partisipasi aktif Indonesia dalam operasi perdamaian PBB,” ujarnya.
Pengamat militer dari CSIS, Evan Laksmana, menilai kehadiran Super Hercules menjadi momentum penting transformasi kekuatan TNI. Menurutnya, alat utama sistem persenjataan udara Indonesia kini memiliki daya proyeksi kekuatan yang lebih luas.
Sementara itu, dalam laporan Global Security Review, disebutkan bahwa pembelian Super Hercules sejalan dengan strategi pertahanan Indonesia yang berbasis “minimum essential force” yang kini menuju tahap pemenuhan alutsista fase ketiga.
Menanggapi kehadiran pesawat ini, Dubes AS untuk Indonesia, Sung Kim, menyampaikan apresiasi atas kemitraan strategis bidang pertahanan kedua negara. Ia menyatakan komitmen AS untuk terus mendukung modernisasi pertahanan Indonesia.
Dubes Kim menegaskan bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas Indo-Pasifik. “Kerja sama pertahanan ini memperkuat hubungan bilateral dan mendukung kawasan yang bebas dan terbuka,” katanya.
Kedepannya, TNI AU menargetkan dapat mengoperasikan hingga 10 unit pesawat Super Hercules, mengingat kebutuhan angkut yang terus meningkat, khususnya di kawasan timur Indonesia.
Dalam jangka panjang, Kementerian Pertahanan akan menyiapkan SDM dan sistem logistik pendukung agar operasional pesawat ini berkelanjutan. Sejumlah bengkel pemeliharaan dan suku cadang lokal juga tengah dipersiapkan.
Pesawat C-130J-30 yang dioperasikan Indonesia memiliki fitur keamanan tingkat tinggi termasuk sistem anti-serangan rudal, yang memungkinkan operasional di zona rawan konflik.
Melihat spesifikasi teknis dan peran strategisnya, Indonesia dinilai semakin mampu berpartisipasi dalam misi regional dan global, baik yang bersifat militer maupun kemanusiaan.
Langkah pengoperasian Super Hercules ini menjadi sinyal kuat terhadap modernisasi pertahanan RI di tengah dinamika kawasan yang kompleks.
Indonesia kini memiliki pesawat angkut militer dengan teknologi terkini yang siap mendukung berbagai misi strategis, mulai dari operasi militer hingga bantuan kemanusiaan. Kesiapan operasional yang matang dan dukungan logistik yang memadai menjadi kunci keberhasilan pemanfaatan pesawat ini secara maksimal.
Dukungan internasional terhadap pengadaan Super Hercules menunjukkan kepercayaan global terhadap posisi Indonesia sebagai mitra strategis. Hal ini membuka peluang kerja sama lebih luas dalam hal pelatihan dan pemeliharaan alutsista.
Dalam konteks kawasan, kehadiran pesawat ini memperkuat daya tangkal Indonesia sekaligus mendukung peran aktif dalam stabilitas regional. Operasional Super Hercules juga mendorong peningkatan kualitas personel TNI dalam penguasaan teknologi militer modern.
Pemerintah diharapkan terus memastikan keberlanjutan pemeliharaan pesawat ini agar tetap optimal dalam jangka panjang. Selain itu, pelibatan industri pertahanan dalam negeri dapat menjadi strategi memperkuat kemandirian pertahanan nasional.
(*)