Jakarta EKOIN.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Juni 2025 mencapai 1,42 juta kunjungan. Data tersebut dirilis pada Jumat, 1 Agustus 2025, dan menunjukkan peningkatan signifikan dibanding bulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa angka tersebut naik sebesar 8,42% secara bulanan atau month-to-month (m-to-m). Kenaikan tersebut juga tercatat sebesar 18,20% secara tahunan atau year-on-year (y-on-y).
Menurut Pudji, lonjakan jumlah wisatawan ini sejalan dengan libur musim panas di sejumlah negara Barat. Ia menyebutkan, “Sebagai catatan, bulan Juni-Juli merupakan waktu libur musim panas di negara-negara Barat, seperti Eropa hingga Amerika,” ungkapnya dalam pemaparan data resmi.
Pudji merinci bahwa tiga negara penyumbang wisman terbanyak ke Indonesia selama Juni 2025 adalah Malaysia sebesar 16,70%, Singapura sebesar 12,98%, dan Australia sebesar 10,89%. Ketiga negara tersebut konsisten menjadi pasar utama pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Kunjungan Wisatawan Lokal Terkerek Kepulangan Jamaah Haji
Selain wisatawan asing, BPS juga mencatat adanya peningkatan signifikan pada jumlah perjalanan wisatawan nasional. Sepanjang Juni 2025, jumlah perjalanan wisatawan domestik mencapai 727.558 perjalanan.
“Wisatawan nasional pada Juni 2025 sebanyak 727.558. Ini mengalami peningkatan 24,20% didorong kepulangan jamaah haji gelombang pertama,” ujar Pudji dalam kesempatan yang sama.
Pudji menambahkan bahwa momen kepulangan jamaah haji pada pertengahan tahun ini memberi kontribusi cukup besar terhadap angka perjalanan wisata nasional. Fenomena ini disebut kerap terjadi setiap tahunnya selama musim haji.
Namun demikian, secara tahunan, jumlah wisatawan nasional mengalami penurunan. Pada Juni 2024 tercatat sebanyak 856.193 perjalanan, yang berarti terjadi penurunan 15,02% dibandingkan Juni 2025.
Dampak Musim Liburan Global Terhadap Pariwisata RI
Kenaikan jumlah kunjungan wisman pada pertengahan tahun ini menegaskan peran penting musim libur global terhadap industri pariwisata di Indonesia. Negara-negara seperti Malaysia dan Singapura, yang berdekatan secara geografis, turut menyumbang peningkatan karena kemudahan akses.
Sebaliknya, peningkatan kunjungan dari Australia dan Amerika menunjukkan daya tarik wisata Indonesia yang terus berkembang di pasar internasional. Keberadaan penerbangan langsung dan promosi wisata dinilai mendukung tren ini.
Pudji menegaskan pentingnya momentum musim libur global untuk terus dimanfaatkan pemerintah dan pelaku usaha pariwisata di Indonesia. Menurutnya, upaya peningkatan fasilitas dan pelayanan wisata dapat menjadi kunci mempertahankan pertumbuhan ini.
Data BPS juga menunjukkan pola musiman yang konsisten terjadi setiap tahun, dengan puncak kunjungan wisatawan biasanya terjadi pada pertengahan dan akhir tahun. Tren ini menjadi dasar perencanaan strategi pengembangan pariwisata nasional.
Secara keseluruhan, pencapaian ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata Indonesia mulai pulih dan bertumbuh setelah beberapa tahun terdampak pandemi global. Pemerintah disebutkan akan terus memantau tren ini untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan.
BPS berencana merilis data lebih rinci terkait sebaran geografis tujuan wisata, durasi tinggal, dan pengeluaran wisatawan dalam laporan berikutnya. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai pola wisata di Indonesia.
Ke depan, BPS juga akan bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mendalami potensi daerah-daerah wisata baru yang sedang tumbuh. Potensi pariwisata lokal di luar Bali dan Jakarta menjadi fokus pengembangan.
Pudji menyebutkan bahwa data perjalanan wisatawan domestik dan mancanegara akan menjadi indikator penting dalam mengevaluasi keberhasilan program promosi wisata. Ia juga mengingatkan bahwa stabilitas politik dan keamanan menjadi faktor pendukung utama.
Dalam waktu dekat, BPS akan merilis laporan khusus mengenai tren wisatawan generasi muda, termasuk wisata berbasis digital dan ekowisata. Segmen ini disebut sebagai salah satu potensi pertumbuhan baru di industri pariwisata.
Secara umum, pemerintah berharap sektor pariwisata terus tumbuh dan memberikan kontribusi signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB). Data BPS akan digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan fiskal dan promosi wisata jangka menengah.
BPS juga mencatat bahwa pertumbuhan jumlah kunjungan wisman menjadi indikator penting pemulihan ekonomi nasional pascapandemi. Sektor pariwisata dianggap sebagai salah satu motor penggerak ekonomi masyarakat di daerah.
Peningkatan kunjungan wisatawan diharapkan mendorong pertumbuhan sektor pendukung lainnya, seperti perhotelan, transportasi, kuliner, dan kerajinan tangan. Pemerintah berkomitmen menjaga stabilitas harga dan ketersediaan layanan.
Dari sisi regulasi, pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM juga melakukan penyederhanaan visa wisata untuk mendorong kunjungan wisman. Langkah ini dinilai mampu meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia di kawasan.
Sebagai penutup, Pudji menyatakan bahwa BPS akan terus memperbarui data kunjungan wisatawan secara berkala setiap bulan. Hal ini untuk memastikan adanya transparansi dan keakuratan informasi bagi publik dan pemangku kepentingan.
Dalam laporan tersebut juga ditekankan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan keamanan destinasi wisata. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat dianggap vital untuk menjaga citra positif pariwisata Indonesia.
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia pada Juni 2025 menandai kebangkitan sektor pariwisata nasional. Momentum ini perlu dijaga dengan pengelolaan destinasi wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kegiatan promosi harus diperluas untuk menjangkau pasar wisata baru. Pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur penunjang di berbagai daerah tujuan wisata utama dan berkembang.
Untuk menjaga tren pertumbuhan positif, kolaborasi antarpelaku industri wisata, pemerintah daerah, dan pusat harus diperkuat. Pengembangan wisata berbasis komunitas juga perlu digalakkan agar manfaat ekonomi terasa langsung oleh masyarakat. Digitalisasi layanan wisata menjadi kebutuhan agar wisatawan mendapatkan pengalaman terbaik selama di Indonesia. Pelatihan tenaga kerja pariwisata juga harus menjadi prioritas agar kualitas layanan terus meningkat.
Kehadiran wisatawan nasional dan asing yang meningkat harus diimbangi dengan pelestarian budaya lokal dan alam. Kesadaran wisata bertanggung jawab perlu ditanamkan agar pariwisata tidak merusak lingkungan dan budaya. Pemerintah harus menetapkan zona pariwisata prioritas berdasarkan daya dukung lingkungan dan potensi ekonomi. Kebijakan insentif untuk pelaku usaha pariwisata lokal dapat menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah.
Sektor pariwisata berperan besar dalam penciptaan lapangan kerja, terutama di daerah-daerah terpencil. Oleh karena itu, perlu ada program peningkatan kapasitas SDM pariwisata berbasis kompetensi. Pemerintah pusat dan daerah sebaiknya memperkuat promosi wisata tematik yang menarik bagi generasi muda. Fokus pada pengalaman wisata yang otentik dan personal akan meningkatkan daya saing destinasi wisata Indonesia.
Peningkatan kunjungan wisatawan menjadi peluang strategis untuk memperkuat perekonomian Indonesia. Namun, keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian sumber daya harus tetap dijaga. Inovasi, keberlanjutan, dan kerjasama lintas sektor menjadi kunci kesuksesan pengembangan pariwisata nasional di masa depan. (*)