Teheran EKOIN.CO – Di tengah ketegangan yang terus meningkat dengan negara-negara Barat, Iran meluncurkan uji coba rudal pembawa satelit baru bernama Qasee pada Senin, 20 Juli 2025. Pengumuman resmi disampaikan oleh Badan Antariksa Iran, yang menyatakan bahwa peluncuran ini bertujuan menguji sejumlah teknologi baru hasil pengembangan industri antariksa nasional.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Langkah Iran ini menjadi sorotan karena dilakukan di tengah situasi geopolitik yang memanas, menyusul konflik dengan Israel serta menjelang perundingan nuklir dengan tiga negara Eropa yang tergabung dalam kesepakatan JCPOA. Uji coba tersebut diyakini memiliki dampak teknis dan politis yang signifikan.
Badan Antariksa Iran menyebut peluncuran rudal ini sebagai bagian dari evaluasi terhadap kemampuan baru yang sedang dikembangkan. Teknologi yang diuji mencakup sistem peluncuran dan perangkat navigasi terbaru untuk memperkuat kemampuan luar angkasa Iran di masa depan.
Menurut laporan media dalam negeri, rudal pembawa satelit tersebut diluncurkan dari lokasi yang dirahasiakan. Namun, hasil uji coba ini diklaim akan digunakan untuk meningkatkan kinerja satelit dan sistem antariksa Iran secara keseluruhan.
Kecaman Negara Barat dan Catatan Resolusi PBB
Peluncuran ini kembali menuai kecaman dari Amerika Serikat dan tiga negara Eropa, yakni Jerman, Inggris, dan Prancis. Ketiganya menyebut tindakan Iran sebagai pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2231.
Resolusi tersebut merupakan bagian dari perjanjian nuklir Iran yang ditandatangani pada 2015, yang melarang Iran mengembangkan rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Iran, meski membantah niat tersebut, terus mengembangkan rudal pembawa satelit sebagai bagian dari program luar angkasanya.
Gedung Putih pernah menanggapi peluncuran rudal Iran dengan menyatakan bahwa aktivitas semacam itu mengancam stabilitas kawasan. Pada 2012, peluncuran wahana antariksa Zoljinah juga mendapat kecaman keras dari pemerintah AS.
Tak hanya itu, surat kabar Haaretz dari Israel, mengutip sumber keamanan, menyebut bahwa Iran berambisi menciptakan rudal dengan jangkauan hingga 4.000 kilometer yang dapat digunakan untuk membawa hulu ledak nuklir. Laporan ini turut memicu kekhawatiran internasional akan tujuan sebenarnya dari program tersebut.
Riwayat Kegagalan Peluncuran dan Tujuan Eksperimen
Iran memiliki riwayat kegagalan dalam peluncuran rudal pembawa satelit. Salah satunya adalah peluncuran satelit Zafar-1 pada Februari 2019, yang dibangun dengan biaya dua juta euro. Meskipun diluncurkan dengan rudal Simorgh, satelit tersebut gagal memasuki orbit.
Ahmad Hosseini, Juru Bicara Urusan Luar Angkasa dari Kementerian Pertahanan Iran, menyatakan bahwa rudal Simorgh kala itu tidak mampu mencapai kecepatan yang dibutuhkan. Kendala teknis tersebut menjadi pembelajaran penting dalam pengembangan rudal generasi berikutnya.
Meskipun menghadapi tekanan internasional, Iran tetap melanjutkan proyek antariksa dan militer secara bersamaan. Peluncuran Qasee menjadi simbol konsistensi pemerintah dalam mengembangkan kapabilitas teknologi meski dalam kondisi penuh tekanan.
Peluncuran kali ini juga disebut bertepatan dengan momentum politik penting. Republik Islam Iran tengah bersiap melanjutkan perundingan nuklir dengan tiga negara Eropa pada 23 Agustus 2025, yang akan diselenggarakan di Istanbul, Turki.
Esmail Baghai, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, menyampaikan bahwa perundingan tersebut diharapkan dapat membuka jalan diplomasi baru meskipun ketegangan masih tinggi. Uji coba rudal ini bisa menjadi bagian dari strategi negosiasi Iran dalam menyampaikan posisi tawarnya.
Selain untuk keperluan teknologi, peluncuran ini dinilai sebagai sinyal bagi kekuatan Barat bahwa Iran tetap memiliki kapasitas militer dan strategis yang perlu diperhitungkan. Walau tidak secara terbuka dikaitkan dengan negosiasi, waktu peluncuran menimbulkan berbagai tafsir.
Pakar militer internasional mengingatkan bahwa peluncuran semacam ini dapat memperkeruh jalannya diplomasi, terutama jika dianggap melanggar kesepakatan internasional. Iran sendiri menegaskan bahwa program rudalnya murni untuk kepentingan damai dan ilmiah.
Iran juga tetap menolak tuduhan bahwa peluncuran ini berkaitan dengan pengembangan senjata nuklir. Pemerintah menekankan bahwa tidak ada komponen militer dalam peluncuran Qasee, dan bahwa pengembangan dilakukan untuk kepentingan nasional di bidang teknologi luar angkasa.
Meski demikian, kekhawatiran komunitas internasional tetap tinggi. Negara-negara Barat menuntut transparansi lebih besar dari Iran, terutama mengenai tujuan akhir dari program rudal dan antariksa yang tengah dikembangkan.
Ketegangan antara Iran dan Barat pun belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Dengan peluncuran ini, kemungkinan besar diskusi diplomatik mendatang akan semakin kompleks dan penuh tekanan dari kedua belah pihak.
Hingga saat ini belum ada tanggapan resmi dari Dewan Keamanan PBB terkait peluncuran rudal terbaru ini. Namun, pengamat menyebut reaksi internasional akan segera menyusul dalam beberapa hari ke depan, terutama dari negara-negara yang tergabung dalam JCPOA.
Situasi ini menandai kembali memanasnya hubungan diplomatik antara Iran dan blok Barat. Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah menunjukkan keteguhan dalam melanjutkan proyek teknologi strategisnya meskipun didera berbagai sanksi.
Pengembangan rudal pembawa satelit juga menunjukkan bagaimana negara tersebut menyeimbangkan antara kepentingan ilmiah, keamanan nasional, dan manuver politik global.
dari situasi ini menunjukkan bahwa uji coba rudal Qasee merupakan bagian dari strategi jangka panjang Iran dalam memperkuat posisi teknologi dan militernya di tengah tekanan geopolitik. Dalam jangka pendek, hal ini bisa memperumit diplomasi internasional.
Jika tidak diikuti dengan pendekatan transparan dan diplomatis, uji coba ini bisa memicu eskalasi lebih lanjut. Terutama jika negara-negara barat menanggapinya dengan sanksi baru atau langkah-langkah militer.
Namun, apabila perundingan di Istanbul mendatang berhasil, peluncuran ini bisa dilihat sebagai alat negosiasi yang memberi Iran posisi tawar lebih tinggi.
Penting bagi komunitas internasional untuk memastikan bahwa pengembangan teknologi luar angkasa Iran tetap dalam kerangka damai dan tidak menyimpang ke arah militerisasi.
Diperlukan pendekatan diplomatik yang lebih jernih dan inklusif agar ketegangan ini tidak berkembang menjadi konflik terbuka yang lebih luas di kawasan Timur Tengah. (*)
