Ankara EKOIN.CO – Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan, pada Kamis (17/7) mengecam keras serangan udara yang dilancarkan oleh Israel di wilayah Suriah. Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers setelah rapat kabinet yang digelar di ibu kota Ankara. Erdogan menekankan bahwa Turkiye tidak akan membiarkan adanya upaya yang bertujuan memecah belah negara tetangganya tersebut.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dalam keterangannya, Erdogan menyebut agresi Israel sebagai masalah utama di kawasan Timur Tengah. Ia menuduh Israel memperluas kekerasan mereka ke wilayah Suriah selatan dengan memanfaatkan bentrokan internal antara kelompok Druze dan suku Badui.
Menurut Erdogan, Suriah yang stabil akan membawa kestabilan bagi kawasan sekitarnya. Ia menambahkan bahwa ketidakstabilan di Suriah hanya akan membebani seluruh wilayah Timur Tengah. Turkiye, ujarnya, akan terus mendukung kestabilan kawasan dan menolak segala bentuk campur tangan yang memperkeruh situasi.
Turkiye diketahui telah membangun kehadiran militer di bagian utara Suriah sejak 2016, khususnya untuk mendorong mundur Unit Perlindungan Rakyat (YPG), yang dianggap Ankara sebagai organisasi teroris. Erdogan menyampaikan bahwa keberadaan militer tersebut bertujuan untuk menciptakan zona aman di sepanjang perbatasan.
Ketegangan di Suriah Selatan dan Serangan Israel
Ketegangan di Provinsi Sweida, Suriah selatan, meningkat drastis sejak Minggu (13/7) ketika seorang pemuda Druze dirampok oleh kelompok bersenjata dari suku Badui di dekat kota al-Masmiyah. Insiden ini menyulut penculikan balasan dan berujung pada bentrokan bersenjata antara milisi Druze lokal, pasukan pemerintah Suriah, dan kelompok Badui.
Kota al-Masmiyah terletak di jalur penting antara Damaskus dan Sweida, dan mayoritas penduduknya berasal dari komunitas Druze. Situasi menjadi lebih genting setelah Israel melakukan dua serangan udara terpisah pada Senin (14/7) dan Rabu (16/7) di Damaskus dan Sweida. Israel mengklaim bahwa serangan ini bertujuan untuk melindungi komunitas Druze dari dampak kekerasan lokal.
Namun, tindakan militer tersebut langsung menuai kecaman dari masyarakat internasional. Serangan dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional dan menambah kompleksitas konflik internal di Suriah. Beberapa jam setelah serangan Rabu, tercapai kesepakatan gencatan senjata antara pemerintah sementara Suriah dan para pemimpin spiritual Druze.
Dalam pernyataan resminya, Erdogan menegaskan bahwa serangan Israel tidak dapat diterima dan menolak alasan bahwa serangan tersebut untuk tujuan perlindungan. Ia menyebut bahwa alasan kemanusiaan tidak dapat digunakan untuk membenarkan pelanggaran terhadap kedaulatan negara lain.
Dukungan Arab terhadap Kedaulatan Suriah
Pada hari yang sama, dukungan regional untuk Suriah datang dari para menteri luar negeri dari 11 negara Arab. Negara-negara tersebut mencakup Yordania, Uni Emirat Arab, Bahrain, Arab Saudi, Turkiye, Irak, Oman, Qatar, Kuwait, Lebanon, dan Mesir.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Lebanon, para menteri menyambut baik tercapainya kesepakatan damai sementara di Sweida. Mereka juga menyerukan pemulihan keamanan di seluruh Suriah, serta penghentian aksi militer Israel di wilayah tersebut.
Para menteri luar negeri Arab itu menyebut serangan Israel sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional. Mereka menyoroti pentingnya menjaga kedaulatan Suriah sebagai bagian dari perdamaian dan stabilitas kawasan Timur Tengah.
Selain itu, mereka juga mendesak penarikan penuh pasukan Israel dari semua wilayah yang diduduki. Menurut mereka, keterlibatan militer Israel di wilayah asing hanya akan memicu ketegangan baru dan mengancam proses perdamaian yang telah diupayakan selama bertahun-tahun.
Komunitas internasional juga diminta untuk mendukung proses rekonstruksi Suriah. Para menteri menekankan bahwa dukungan global diperlukan untuk memperbaiki infrastruktur dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang terdampak konflik berkepanjangan.
Pernyataan dari negara-negara Arab tersebut menjadi bentuk solidaritas terhadap Suriah yang tengah menghadapi tantangan berat. Mereka menekankan bahwa stabilitas Suriah adalah kunci bagi keamanan regional, dan semua pihak harus menghindari tindakan sepihak yang bisa memperkeruh situasi.
Erdogan, dalam penutup pernyataannya, kembali menegaskan bahwa Turkiye akan tetap memantau perkembangan situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kawasan dari perpecahan dan instabilitas yang lebih luas.
Kesepakatan gencatan senjata antara pihak-pihak di Suriah selatan menjadi titik terang sementara di tengah eskalasi konflik. Namun, stabilitas jangka panjang masih tergantung pada penghentian serangan dan keterlibatan internasional yang konstruktif.
Pemerintah Suriah belum memberikan pernyataan resmi mengenai serangan udara Israel maupun respons atas pernyataan Erdogan dan para menteri luar negeri Arab. Namun, pemulihan ketertiban di Sweida menjadi prioritas utama dalam waktu dekat.
Masyarakat Druze yang berada di wilayah Sweida tetap waspada terhadap kemungkinan terulangnya kekerasan. Pihak berwenang lokal telah mulai melakukan patroli tambahan untuk menjaga keamanan di sepanjang rute utama dan area permukiman.
Krisis di Suriah menunjukkan bagaimana konflik lokal dapat berkembang menjadi isu regional dengan implikasi internasional. Keterlibatan aktor eksternal seperti Israel dan Turkiye menambah lapisan kompleks dalam dinamika kawasan tersebut.
Meskipun telah tercapai kesepakatan gencatan senjata, kepercayaan antara kelompok-kelompok yang terlibat masih rapuh. Upaya pemulihan keamanan membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan dialog berkelanjutan antar semua pihak.
Pemerintah sementara Suriah, didukung oleh mitra regional, memiliki tugas berat untuk memastikan bahwa konflik tidak kembali pecah. Pelibatan tokoh-tokoh spiritual dan pemimpin lokal menjadi langkah strategis yang dapat memperkuat stabilitas di akar rumput.
Pengawasan internasional terhadap pelanggaran kedaulatan dan hukum internasional harus ditingkatkan. Komunitas global diharapkan bersikap tegas dalam menanggapi tindakan sepihak yang memperburuk konflik.
Sebagai pernyataan tegas Erdogan terhadap serangan Israel di Suriah mencerminkan posisi Turkiye yang ingin menjaga keutuhan kawasan. Sikap ini juga mendapat dukungan luas dari negara-negara Arab yang menyerukan penghormatan terhadap kedaulatan Suriah.
Kecaman internasional terhadap tindakan Israel menandakan bahwa agresi militer tidak bisa dijadikan alat untuk menciptakan keamanan. Sebaliknya, stabilitas harus dibangun melalui dialog, kerja sama, dan penghormatan terhadap hukum internasional.
Peran negara-negara kawasan sangat penting dalam mencegah konflik lebih lanjut. Upaya bersama dalam bentuk diplomasi dan bantuan kemanusiaan harus menjadi prioritas utama.
Pemerintah Suriah juga perlu membuka ruang dialog dengan komunitas lokal demi menciptakan harmoni di tengah perbedaan. Keterlibatan pemimpin agama dan tokoh masyarakat menjadi kunci dalam merajut kembali kepercayaan yang sempat retak.
Dukungan terhadap pemulihan Suriah tidak boleh bersifat simbolik semata. Dunia internasional harus memberikan kontribusi nyata, baik dalam bentuk bantuan rekonstruksi maupun perlindungan terhadap hak-hak sipil warga Suriah. (*)