Tel Aviv – EKOIN.CO – Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyampaikan peringatan keras kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam sebuah pidato yang disampaikan pada Kamis, 10 Juli 2025, di Tel Aviv. Dalam pidatonya pada upacara wisuda pilot Angkatan Udara Israel (IAF), Katz menegaskan bahwa Israel siap melakukan serangan lebih dahsyat terhadap Iran jika diperlukan.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Katz menekankan bahwa para lulusan pilot IAF mencerminkan kekuatan militer Israel yang dapat menjangkau wilayah mana pun di Iran. Hal itu disampaikannya sebagai bentuk peringatan langsung kepada para pemimpin Iran agar tidak mencoba menguji kesabaran Israel.
“Para lulusan juga merupakan pesan langsung kepada diktator [Pemimpin Tertinggi Iran Ali] Khamenei dan para ayatollah di Iran tentang kekuatan destruktif Angkatan Udara jika Iran menguji kesabaran negara Yahudi ini,” kata Katz sebagaimana dikutip dari Jerusalem Post pada Jumat, 11 Juli 2025.
Pernyataan tersebut menggarisbawahi sikap ofensif Israel terhadap potensi ancaman dari Iran. Katz mengingatkan bahwa tidak ada tempat aman bagi pejabat Iran yang terlibat dalam tindakan yang membahayakan Israel.
Ancaman Terbuka dan Jangkauan Militer Israel
Katz menyebutkan sejumlah kota besar di Iran seperti Teheran, Tabriz, dan Isfahan sebagai target potensial serangan jika Iran tetap menunjukkan sikap permusuhan terhadap Israel. Ia menegaskan bahwa “tangan panjang” militer Israel mampu mencapai kota-kota tersebut kapan saja.
“Tidak ada tempat untuk bersembunyi. Tangan panjang Israel akan menjangkau Anda di Teheran, Tabriz, Isfahan, dan di mana pun Anda mencoba mengancam atau menyakiti Israel,” katanya dalam pidato tersebut.
Ancaman lanjutan juga disampaikan dengan nada tegas. Katz menyatakan bahwa Israel siap untuk melakukan serangan ulang dengan kekuatan yang lebih besar jika situasi mengharuskannya. “Jika kami harus kembali, kami akan melakukannya dengan kekuatan yang lebih besar,” tegasnya.
Pandangan Komandan Angkatan Udara Israel
Dalam kesempatan yang sama, Komandan IAF Mayor Jenderal Tomer Bar turut memberikan penjelasan mengenai strategi militer Israel terhadap Iran. Menurutnya, ancaman yang dahulu dianggap jauh kini telah menjadi lebih dekat dan nyata.
“Kami telah menjembatani tantangan sejauh 1.800 kilometer dan mengubah Iran dari negara ‘lingkaran ketiga’ menjadi negara ‘lingkaran pertama’,” ujar Tomer Bar.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Israel tidak lagi menganggap Iran sebagai ancaman jarak jauh, melainkan musuh langsung yang harus diawasi secara aktif. Jangkauan strategis militer Israel disebut semakin luas dan mampu memberikan respons militer secara cepat.
Peringatan yang disampaikan oleh pejabat tinggi Israel itu menunjukkan kekhawatiran mendalam terhadap peran Iran di kawasan Timur Tengah. Meskipun tidak secara langsung merinci alasan spesifik serangan sebelumnya, Israel selama ini dikenal aktif melakukan operasi militer terhadap target-target yang dikaitkan dengan Iran.
Sikap keras Israel terhadap Iran bukan hal baru. Negara itu telah beberapa kali melancarkan serangan terhadap posisi milisi yang didukung Iran di Suriah serta terhadap infrastruktur yang diduga berhubungan dengan pengembangan senjata Iran.
Pidato Katz dan Bar mencerminkan pesan strategis yang diarahkan kepada Iran dan komunitas internasional. Israel tampak ingin menegaskan posisi militernya sebagai kekuatan regional yang tidak segan mengambil langkah pre-emptive terhadap ancaman.
Pernyataan tersebut juga terjadi di tengah meningkatnya ketegangan regional, di mana Israel terus memantau aktivitas militer Iran serta hubungan negara tersebut dengan kelompok-kelompok seperti Hizbullah dan Hamas.
Sementara itu, belum ada respons resmi dari otoritas Iran terhadap ancaman yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan Israel. Namun, ketegangan antara kedua negara tampaknya akan terus meningkat dalam waktu dekat.
Langkah diplomatik dan tekanan internasional terhadap kedua pihak diperkirakan akan meningkat jika situasi memanas. Pihak-pihak internasional seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa kemungkinan akan mengamati perkembangan ini secara ketat.
Kekhawatiran global terhadap konflik berskala besar di Timur Tengah masih menjadi perhatian utama, terutama jika konflik tersebut melibatkan dua kekuatan besar seperti Israel dan Iran.
Pengamat menilai bahwa pidato Katz merupakan bagian dari strategi deterensi, namun eskalasi verbal semacam ini memiliki potensi memicu ketegangan lebih lanjut jika tidak diimbangi dengan langkah diplomasi.
Komunitas internasional diharapkan mendorong kedua negara untuk menahan diri dan menghindari konflik terbuka yang berisiko menimbulkan dampak besar di kawasan dan dunia.
Sementara itu, stabilitas di wilayah Timur Tengah akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana kedua negara menyikapi ancaman dan aksi yang terjadi dalam beberapa pekan ke depan.
Kemungkinan terjadinya eskalasi militer tetap terbuka, mengingat pernyataan keras dan sejarah konflik panjang antara Israel dan Iran. Komunitas dunia akan terus mencermati perkembangan selanjutnya.
Untuk saat ini, belum ada indikasi bahwa Israel akan segera melancarkan serangan baru. Namun, pernyataan Katz menunjukkan bahwa opsi militer tetap menjadi bagian dari kebijakan luar negeri Israel terhadap Iran.
Pernyataan Menteri Pertahanan Israel menandai peningkatan retorika militer terhadap Iran yang bisa memperkeruh situasi keamanan di kawasan. Pesan tersebut disampaikan dalam momen strategis yang menunjukkan kesiapan militer Israel menghadapi kemungkinan ancaman. Penegasan Israel atas kekuatan udara mereka menjadi bagian dari sinyal bahwa tindakan balasan tetap terbuka. Ketegangan ini memperlihatkan betapa rapuhnya hubungan kedua negara di tengah dinamika politik Timur Tengah. Dunia internasional perlu memperhatikan situasi ini guna mencegah konflik lebih besar.
Pihak-pihak terkait sebaiknya mengedepankan jalur diplomatik untuk mengurangi risiko konflik bersenjata terbuka. Organisasi internasional seperti PBB diharapkan dapat menjadi jembatan komunikasi antara Israel dan Iran. Pemerintah negara-negara besar dapat mendorong kedua pihak menahan diri demi stabilitas kawasan. Dialog perlu diperkuat dengan melibatkan negara-negara regional yang berkepentingan. Pendekatan multilateral akan lebih efektif dalam menciptakan ketegangan yang terkendali dan terukur.(*)