JAKARTA, EKOIN.CO- Sebanyak 75 siswa mengikuti kegiatan simulasi Sekolah Rakyat rintisan di Sentra Handayani, Cipayung, Jakarta Timur, pada Rabu-Kamis, 9-10 Juli 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari tahap awal pengenalan pola hidup sehat dan teratur bagi calon peserta didik.
Simulasi tersebut berlangsung selama dua hari satu malam, dan mencakup berbagai aktivitas harian yang sudah dijadwalkan secara sistematis.
Pada hari kedua, Kamis (10/7/2025), siswa diajak membentuk rutinitas harian yang disiplin, dimulai dari tidur lebih awal hingga pengurangan penggunaan handphone.
Kepala Sekolah Rakyat Sentra Handayani, Regut Sutrasto, mengatakan bahwa anak-anak mulai diajak membiasakan tidur pukul 9 malam.
Pembiasaan Hidup Sehat dan Disiplin
“Bagaimana mengubah pola anak yang biasanya jam 10 belum tidur, jam 11 belum tidur. Kita ajarkan jam 9 malam sudah tidur,” ujar Regut.
Menurutnya, kebiasaan tersebut dimaksudkan agar siswa bisa bangun pagi dan mengikuti salat subuh berjamaah di musala.
Dengan bangun pagi, anak-anak lebih mudah menjalani aktivitas sehari-hari yang terstruktur dan produktif.
“Anak-anak sudah harus istirahat,” tegasnya, menekankan pentingnya pola istirahat yang tepat bagi tumbuh kembang mereka.
Selama kegiatan simulasi, para siswa tidak diperkenankan membawa ponsel, termasuk pada akhir pekan.
Pendidikan Tanpa Ketergantungan Gawai
“Enggak boleh bawa ponsel. Sabtu-Minggu juga tidak boleh,” jelas Regut saat ditemui di lokasi kegiatan.
Ia menyebutkan, komunikasi antara orang tua dan anak akan difasilitasi oleh wali asuh yang mendampingi siswa.
Setiap wali asuh akan membimbing 10 siswa, termasuk dalam pengawasan kegiatan keagamaan dan keseharian mereka.
Langkah ini bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap teknologi serta memperkuat interaksi sosial antarsiswa.
Regut menyatakan bahwa seluruh kegiatan berjalan lancar dan disambut antusias oleh para peserta.
Antusiasme Peserta dan Peran Wali Asuh
“(Murid-murid) pada senang, alhamdulillah. Dan itu jadi amunisi kita, para guru, untuk terus semangat membimbing mereka,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sebanyak 12 guru disiapkan untuk mengajar di Sekolah Rakyat Sentra Handayani.
Keduabelas guru tersebut terdiri dari enam laki-laki dan enam perempuan, dengan peran berimbang.
Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan juga menjadi bagian penting dalam proses pengenalan sekolah.
Regut menekankan bahwa semangat dan dukungan dari siswa menjadi penyemangat bagi para tenaga pendidik.
Rangkaian Kegiatan Simulasi Hari Kedua
Pada hari kedua simulasi, siswa memulai aktivitas dengan salat subuh berjamaah di musala sekolah.
Usai salat, kegiatan dilanjutkan dengan senam pagi untuk menjaga kebugaran tubuh.
Kemudian para siswa sarapan bersama di ruang makan yang telah disiapkan oleh panitia kegiatan.
Setelah itu, mereka mendapat waktu untuk mandi dan bersiap mengikuti kegiatan berikutnya.
Kegiatan selanjutnya berupa pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah, didampingi langsung oleh para guru.
Pengenalan Sarana Prasarana dan Interaksi Sosial
Para siswa dibagi menjadi tiga kelompok kecil untuk memudahkan pengenalan lingkungan.
Setiap kelompok didampingi dua guru yang memandu pengamatan terhadap fasilitas pendidikan.
Anak-anak tampak antusias ketika diperkenalkan dengan ruang kelas, perpustakaan, dan ruang ibadah.
Mereka juga berinteraksi dengan staf sekolah dan berdialog seputar aturan dan kebiasaan yang akan diterapkan.
Setelah kegiatan pengenalan, mereka kembali ke ruang makan untuk makan siang bersama.
Penutupan Kegiatan dan Sambutan Positif
Selesai makan siang, siswa mulai membereskan perlengkapan masing-masing dengan rapi dan mandiri.
Para orang tua sudah menanti di depan gerbang sekolah sejak siang hari untuk menyambut anak-anak.
Senyum dan pelukan mewarnai suasana saat anak-anak keluar dari area sekolah.
Simulasi ini menjadi pengalaman awal yang membekas bagi para calon siswa Sekolah Rakyat.
Testimoni Siswa: Senang Belajar Sambil Bermain
Salah satu peserta, Muhammad Haris, mengaku senang mengikuti simulasi dua hari satu malam tersebut.
“Senang banget. Enggak sabar mau sekolah di sini,” ujarnya dengan semangat.
Ia merasa bahwa pembelajaran di Sekolah Rakyat tidak membuat stres karena diselingi permainan.
“Di sini enak, enggak stres karena banyak belajar sambil bermain,” tambahnya.
Komentar positif dari Haris mencerminkan semangat baru dalam pendekatan pendidikan inklusif dan ramah anak.
Keterlibatan Guru dan Peran Strategis Sekolah Rakyat
Sekolah Rakyat Sentra Handayani menempatkan peran guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga pembina karakter.
Dengan metode pendekatan langsung dan penuh perhatian, guru menjadi teladan dalam pembentukan perilaku siswa.
Wali asuh memainkan peran ganda sebagai penghubung antara siswa dan orang tua.
Mereka juga bertanggung jawab terhadap perkembangan keagamaan dan kebiasaan harian siswa.
Dengan sistem tersebut, Sekolah Rakyat menekankan pembentukan karakter melalui pembiasaan positif sehari-hari.(*)
Berlangganan gratis WANEWS EKOIN lewat saluran WhatsUp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v