Teheran EKOIN.CO – Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi, juru bicara utama Angkatan Bersenjata Iran, menuduh Amerika Serikat sebagai pihak utama yang bertanggung jawab atas agresi militer yang ditujukan kepada negaranya. Pernyataan ini disampaikannya dalam wawancara eksklusif dengan Al Mayadeen pada Senin malam, 7 Juli 2025.
Dalam keterangannya, Shekarchi menegaskan bahwa Iran tidak memulai konfrontasi militer, tetapi bertindak tegas setelah serangan terhadap wilayahnya berlangsung selama 12 hari. Ia menyebut Iran melancarkan serangan balasan yang masif, menyebabkan kerusakan besar terhadap musuh-musuhnya.
Ia menyatakan bahwa gencatan senjata hanya terjadi setelah musuh, termasuk AS dan Israel, menghentikan agresi mereka karena kuatnya respons Iran. Menurut Shekarchi, Teheran meluncurkan rudal dan drone terakhir sebelum konfrontasi berhenti.
Kerusakan pada Basis Militer dan Sensor Informasi
Shekarchi menjelaskan bahwa sejumlah pusat keamanan, militer, dan penelitian milik Israel telah hancur total akibat serangan balasan Iran. Ia juga menyebutkan bahwa Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar, yang digunakan pasukan AS, mengalami kerusakan berat.
Ia menegaskan bahwa sebagian besar kerugian tersebut tidak diberitakan secara terbuka karena adanya tekanan dan sensor media yang ketat. “Kami tidak percaya pada laporan yang dirilis oleh AS dan entitas Zionis,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menantang transparansi negara-negara Barat. “Jika mereka benar-benar demokratis dan jujur, biarkan mereka mengakui kekalahan mereka kepada dunia,” tambah Shekarchi.
Ia mengklaim bahwa drone dan rudal Iran berhasil menembus sistem pertahanan udara canggih milik Israel. Menurutnya, wilayah udara Israel sudah terekspos dan dapat dijangkau oleh militer Iran.
Iran Siap Hadapi Konfrontasi Baru
Shekarchi menyebutkan bahwa banyak target strategis telah berhasil diserang oleh Iran. Ia menambahkan bahwa masih banyak target strategis lain yang sudah masuk dalam daftar militer Iran.
Ia menyatakan bahwa musuh mengalami demoralisasi karena sifat dari target yang diserang, hingga pasukan militernya harus mundur ke tempat perlindungan. Dalam keterangannya, ia juga menyebut bahwa Iran telah berhasil menembak jatuh sejumlah drone milik AS dan Israel.
Ia menegaskan bahwa militer Iran memiliki kemampuan penuh untuk mempertahankan wilayah negaranya. Shekarchi memperingatkan bahwa setiap bentuk agresi baru akan dibalas dengan kekuatan yang menghancurkan.
Brigadir Jenderal tersebut menambahkan bahwa semua pangkalan militer milik AS dan Israel di kawasan Asia Barat kini berada dalam jangkauan senjata Iran. Ia mengatakan bahwa pasukan Iran telah siap dengan taktik baru yang belum diketahui lawan.
Ia memperingatkan bahwa jika gencatan senjata dilanggar, Iran tidak akan segan untuk melewati semua garis merah yang telah ditentukan. “Kami tidak ingin memperluas perang, tetapi bila dipaksa, kami akan bertindak,” katanya.
Iran, menurut Shekarchi, tidak memiliki niat untuk meningkatkan konflik di kawasan, tetapi tetap akan memberikan respons kuat dan menyeluruh bila terjadi provokasi lanjutan.
Ia juga menekankan bahwa Iran menjaga hubungan damai dengan negara-negara tetangganya. Menurutnya, Teheran berupaya menjaga stabilitas kawasan dari ketegangan yang justru dipicu oleh pihak luar seperti Amerika Serikat.
Terkait kemampuan militernya, Shekarchi menyampaikan bahwa Iran memiliki kekuatan tempur yang canggih dan merusak. Senjata-senjata mereka diproduksi secara mandiri oleh ilmuwan dan teknisi lokal.
Ia menegaskan bahwa Iran tidak takut menghadapi konflik berkepanjangan. Bahkan, senjata buatan dalam negeri mampu memberikan perubahan dalam hasil konfrontasi militer apapun.
Shekarchi juga menyebut bahwa AS akan “merasakan kepahitan” bila kembali melakukan agresi terhadap Iran. Ia mengatakan bahwa militer Iran telah menyiapkan berbagai kejutan di medan tempur.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa hanya sebagian kecil dari kekuatan militer Iran yang telah digunakan sejauh ini. Pengerahan Pasukan Quds, armada laut, dan kontingen Basij masih menunggu eskalasi lebih lanjut.
Menurut Shekarchi, strategi militer Iran dalam perang ini dilakukan secara bijaksana. Ia menegaskan bahwa angkatan bersenjata Iran hanya menggunakan kekuatan secara proporsional, tergantung tingkat agresi yang diterima.
Di akhir pernyataannya, Shekarchi menekankan bahwa Iran masih memiliki berbagai cara untuk mempertahankan kedaulatan dan kehormatannya jika dipaksa masuk ke medan konfrontasi baru.
Iran memandang serius ancaman dari luar, namun tetap berkomitmen untuk tidak memperluas konflik jika tidak diperlukan. Penempatan militer tetap disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan situasi geopolitik regional.
Dalam menghadapi situasi yang terus memanas di kawasan, pihak-pihak internasional perlu mendorong pendekatan diplomatik guna mencegah eskalasi konflik yang lebih luas. Negara-negara dengan pengaruh di kawasan dapat berperan aktif menjaga stabilitas melalui dialog dan mediasi netral.
Ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, harus direspon dengan pendekatan damai agar tidak memicu ketidakstabilan jangka panjang. Gencatan senjata harus dijaga agar konflik tidak meluas dan merugikan warga sipil.
Kejelasan informasi dari berbagai pihak dibutuhkan untuk menghindari perang informasi yang dapat memperburuk situasi. Transaparansi dan tanggung jawab moral dalam penyampaian data harus menjadi perhatian media global.
Negara-negara di kawasan Asia Barat perlu memperkuat kerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari intervensi pihak luar. Iran telah menyatakan komitmen damainya, yang harus ditanggapi secara konstruktif oleh semua pihak.
Akhirnya, langkah-langkah pencegahan konflik dan pembangunan rasa saling percaya antarnegara akan menjadi fondasi penting dalam menciptakan perdamaian jangka panjang di Timur Tengah dan sekitarnya.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v