Jakarta, EKOIN.CO – Delegasi Pemerintah Indonesia yang dipimpin Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menghadiri Asia-Pacific Regional Conference on Early Childhood Development (ECD) 2025 di Manila, Filipina, pada 1–3 Juli 2025.
Dalam kapasitasnya sebagai Kepala Delegasi RI, Deputi yang akrab disapa Lisa menegaskan komitmen Indonesia dalam memperkuat layanan Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) yang adil dan inklusif, khususnya di tingkat lokal.
Dalam sesi diskusi meja bundar, ia menjelaskan bahwa pendekatan holistik-integratif telah menjadi arus utama layanan PAUD di Indonesia. Pendekatan ini mencakup investasi pada 1.000 hari pertama kehidupan serta kerja sama dengan sektor filantropi.
Lisa menyebut salah satu kemitraan strategis adalah bersama Tanoto Foundation. Menurutnya, kolaborasi lintas negara dan inovasi komunitas merupakan kunci membangun ekosistem PAUD yang responsif dan berkelanjutan.
“Kami percaya bahwa membangun ekosistem PAUD yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan tidak bisa dilakukan sendiri,” tegasnya di hadapan para peserta dari 30 negara.
Penguatan Tata Kelola Daerah Jadi Sorotan
Konferensi ini diikuti lebih dari 480 peserta dan diselenggarakan oleh ARNEC dan Dewan ECCD Filipina. Fokus utama adalah pelokalan tata kelola layanan PAUD dengan menyesuaikan kebutuhan daerah masing-masing.
Ketua Dewan Direksi ARNEC, Sheldon Shaeffer, menekankan bahwa solusi kontekstual di tingkat lokal dapat meningkatkan kualitas layanan ECD secara signifikan.
“Melalui pelokalan dan penerapan solusi kontekstual, pemerintah daerah dapat secara signifikan meningkatkan kualitas dan pemberian layanan ECD,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Roger B. Masapol, Asisten Sekretaris Departemen Pendidikan Filipina. Ia menekankan pentingnya pembinaan anak usia dini sebagai fondasi masa depan bangsa.
“Ketika kita merawat anak-anak kita di kelas, pusat penitipan anak, dan rumah-rumah hari ini, kita sedang membentuk tenaga kerja dan kepemimpinan masa depan,” ucapnya dalam sesi pleno.
Kesenjangan Akses dan Penurunan Pendanaan Global
Konferensi juga menyoroti kesenjangan besar dalam akses layanan PAUD, terutama di Asia-Pasifik yang menjadi rumah bagi lebih dari 60% anak-anak dunia.
Presiden dan CEO Childhood Education International, Diane Whitehead, mengingatkan bahwa penurunan pendanaan global berdampak langsung pada penyediaan layanan PAUD.
“Kita harus mulai membangun ekosistem yang tangguh dan kolaboratif, tidak hanya dengan mendanai layanan, tetapi juga dengan membentuk kemitraan yang lebih kuat dan bertanggung jawab,” tegasnya.
Selama tiga hari konferensi, peserta berdiskusi tentang isu-isu krusial, seperti inklusi disabilitas, kesetaraan gender, kemiskinan, dan keberagaman budaya yang masih menjadi tantangan utama.
Laporan Global dan Program Hibah Baru Diperkenalkan
Dalam rangkaian acara, UNESCO meluncurkan laporan “Global Early Childhood and Care Education” yang memberikan tinjauan mendalam terhadap status layanan PAUD secara global.
Sementara itu, Van Leer Foundation memperkenalkan “Good Start Challenge”, yaitu program hibah global senilai 2,6 juta Euro untuk mendukung kesejahteraan orang tua anak usia dini.
Organisasi TheirWorld juga meluncurkan kampanye “Act for Early” yang bertujuan mendorong alokasi dana 1 miliar USD dari pemerintah dan donor internasional.
Komitmen Pemerintah Indonesia dalam Forum Internasional
Konferensi ini terselenggara atas kerja sama ARNEC, Plan International, Save the Children, Tanoto Foundation, ECRNF, UNICEF, UNESCO, dan mitra lokal seperti Philippine Normal University.
Dalam forum ini, Kemenko PMK aktif berbagi praktik baik nasional dan memperkuat kerja sama regional dalam memperluas layanan PAUD yang inklusif dan berkelanjutan di Asia-Pasifik.
Kehadiran Indonesia juga menunjukkan peran strategis pemerintah dalam mengadvokasi tata kelola lokal sebagai pilar penting dalam pengembangan anak usia dini.
Lisa menyampaikan bahwa penguatan kapasitas pemerintah daerah adalah elemen kunci dalam memastikan semua anak mendapat layanan PAUD berkualitas.
Dalam konteks kerja sama antarnegara, Indonesia juga membuka peluang kolaborasi lanjutan untuk replikasi praktik baik di kawasan lain, sesuai kebutuhan lokal masing-masing negara.
Kehadiran Indonesia dalam Konferensi Regional Asia-Pasifik tentang PAUD 2025 di Manila menunjukkan komitmen tinggi pemerintah terhadap pembangunan anak usia dini. Fokus pada pelokalan tata kelola, kemitraan strategis, dan investasi pada masa emas anak menjadi pijakan kuat dalam membangun sistem PAUD yang merata dan adil.
Dengan menekankan pendekatan holistik-integratif dan dukungan lintas sektor, Indonesia menempatkan diri sebagai negara yang proaktif dalam berbagi pengalaman dan belajar dari negara lain. Ini sejalan dengan tantangan kawasan Asia-Pasifik yang kompleks dan menuntut solusi lintas batas.
Forum ini juga menjadi ajang penting untuk mengonsolidasikan upaya global dan regional dalam membangun ekosistem PAUD yang tangguh. Dana, inovasi komunitas, dan komitmen kebijakan menjadi tiga pilar penting untuk menjawab kesenjangan dan mendorong inklusi yang lebih luas.(*)