Jakarta, EKOIN.CO – Isu ketahanan pangan nasional menjadi prioritas utama dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Salah satu tantangan krusialnya adalah persoalan food loss atau hilangnya pasokan pangan sebelum sampai ke tangan konsumen.
Upaya pemerintah dalam mengatasi hal tersebut tercermin melalui dukungan terhadap pemanfaatan teknologi, terutama teknologi nuklir. Teknologi ini dinilai berperan penting dalam memperpanjang masa simpan, menjaga kandungan nutrisi, serta melindungi produk dari mikroba dan hama.
Komitmen ini diperkuat lewat kunjungan Staf Khusus Wakil Presiden Republik Indonesia, Tina Talisa, bersama jajarannya ke fasilitas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) G.A. Siwabessy, Jakarta, pada Kamis (26/06).
Rombongan disambut oleh Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN, Syaiful Bakhri, yang memperkenalkan infrastruktur dan sumber daya manusia di lingkungan ORTN. Ia menjelaskan bahwa seluruh fasilitas yang ada dibangun berdasarkan kerja keras para ilmuwan Indonesia.
“Pemanfaatan teknologi, termasuk teknologi nuklir, bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan menjadi tulang punggung dalam memastikan pangan Indonesia tidak hanya cukup secara kuantitas, tetapi juga unggul dari sisi kualitas,” ujar Syaiful Bakhri.
Paparan Teknis dan Aplikasi Nyata
Dalam sesi pemaparan, Kepala Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR) BRIN, Irawan Sugoro, menjelaskan manfaat teknologi iradiasi bagi sektor pangan. Ia menyebut iradiasi mampu menjaga kualitas tanpa mengubah rasa dan tekstur produk.
Menurut Irawan, teknologi ini telah digunakan dalam berbagai sektor seperti pertambangan dan kesehatan, terutama untuk pengujian non-destruktif dan sterilisasi alat kesehatan. Namun, tantangan besar tetap ada pada penerimaan publik.
“Stigma terhadap radiasi masih kuat. Padahal, negara-negara maju sudah lama memanfaatkan teknologi ini secara luas dan aman,” kata Irawan Sugoro dalam pemaparannya.
Koordinator Kelompok Riset Radiasi Dekontaminasi PRTPR, Murni Indarwatmi, menambahkan bahwa iradiasi berperan penting dalam ekspor pangan. Salah satunya adalah dalam memenuhi standar ketat negara tujuan seperti Australia.
“Iradiasi untuk fitosanitari sangat efektif menangani hama tersembunyi tanpa perlakuan manual. Ini relevan untuk buah ekspor seperti mangga dan manggis,” jelas Murni.
Teknologi Nuklir untuk Kesehatan dan Ekspor
Lebih lanjut, Murni juga menekankan pentingnya iradiasi dalam sterilisasi produk pangan seperti daging olahan, produk herbal, hingga bumbu bubuk. Ia menyebut keunggulan proses radiasi terletak pada efisiensi dan keamanan higienis.
“Radiasi memungkinkan perlakuan tanpa kontak langsung, bahkan terhadap produk yang telah dikemas. Ini sangat dibutuhkan oleh industri pangan modern,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa fasilitas Gamma Merah Putih di KST B.J. Habibie, Serpong, telah menjadi pusat aktivitas iradiasi. Namun, peningkatan kapasitas infrastruktur dan edukasi publik masih menjadi tantangan.
BRIN secara aktif menggandeng International Atomic Energy Agency (IAEA) dalam berbagai program peningkatan kualitas fasilitas dan penguatan standar ekspor melalui pelatihan dan pendampingan teknis.
Tina Talisa menyampaikan bahwa peran Staf Khusus Wakil Presiden adalah menjembatani pemahaman antara lembaga pemerintah dan masyarakat. Ia mengajak seluruh pihak untuk mendukung penyebarluasan manfaat teknologi ini.
Menyentuh Kebutuhan Masyarakat
Tina juga menekankan pentingnya diversifikasi pemanfaatan teknologi nuklir agar tidak hanya dipersepsikan sebagai PLTN. Menurutnya, pemanfaatan teknologi pada sektor pangan dan kesehatan lebih cepat diterima masyarakat.
“Pendekatan yang aplikatif dan menyentuh langsung kebutuhan rakyat akan mempercepat pemahaman dan penerimaan terhadap teknologi nuklir,” ujar Tina Talisa dalam sambutannya.
Sebagai penutup rangkaian kegiatan, rombongan melakukan kunjungan langsung ke fasilitas Akselerator Elektron Energi Tinggi (AEET) di kawasan BRIN KST G.A. Siwabessy, Jakarta Timur.
Kunjungan tersebut diharapkan memperkuat sinergi antar lembaga dalam memperluas penerapan teknologi nuklir di sektor-sektor yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat, khususnya dalam mendukung agenda ketahanan pangan nasional.
Kunjungan Staf Khusus Wapres ke BRIN menandai langkah konkret pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan melalui pendekatan ilmiah dan teknologi tinggi. Teknologi nuklir yang selama ini identik dengan energi, kini menunjukkan potensi besar di sektor pangan dan kesehatan.
Dari paparan para peneliti BRIN, terbukti bahwa iradiasi bukan sekadar metode alternatif, melainkan solusi nyata dalam menjaga kualitas pangan nasional dan mendongkrak potensi ekspor. Namun tantangan penerimaan publik terhadap istilah radiasi tetap perlu diatasi bersama.
Perluasan fasilitas, kerja sama internasional, dan edukasi masyarakat menjadi langkah kunci dalam membuka wawasan publik bahwa teknologi nuklir adalah bagian dari masa depan Indonesia yang lebih sehat, produktif, dan berdaya saing global.(*)