Jakarta, EKOIN.CO – Kota Bandung mulai dipenuhi denyut seni menjelang Pasar Seni ITB 2025 yang akan digelar pada Oktober mendatang. Sebagai pemanasan, panitia menghadirkan pre-event bertajuk Beranda Bersama pada 13–15 Juni 2025.
Acara ini berlangsung selama tiga hari di tiga ruang publik: Cihampelas Walk, 23 Paskal Shopping Center, dan Lapangan Gasibu. Ketiganya dipilih sebagai lokasi strategis yang dekat dengan keseharian warga kota.
Dengan konsep yang tidak biasa, pertunjukan dihadirkan tanpa panggung atau pengumuman resmi. Para seniman hadir sebagai warga biasa dan secara tiba-tiba menampilkan performa kolektif yang penuh energi.
Aksi ini mengejutkan pengunjung dan warga yang tengah beraktivitas di lokasi. Performa berlangsung dalam durasi terbatas namun berdampak kuat secara visual dan emosional.
Karya utama bertajuk Resonansi (2025) menjadi pusat perhatian. Tema yang diangkat adalah persepsi manusia terhadap arus informasi dalam kehidupan modern yang penuh tekanan.
Representasi Sosial dalam Gerak
Performa diawali dengan gerakan bebas individu, yang perlahan berubah menjadi formasi kolektif. Transformasi ini terjadi melalui kontak visual dan fisik antarpenampil.
Pola gerak yang seragam dan ritmis menggambarkan larutnya identitas personal dalam sistem sosial dan budaya. Elemen ini menjadi simbol tekanan informasi yang dialami masyarakat.
“Melalui Beranda Bersama, kami ingin menghadirkan seni sebagai peristiwa sehari-hari yang tak terduga. Ini bukan sekadar pertunjukan, tetapi intervensi sosial yang membangunkan rasa sadar kolektif di ruang-ruang kota,” ujar perwakilan panitia Pasar Seni ITB 2025.
Suasana di setiap titik pertunjukan diperkuat oleh musik pengiring yang dibangun dengan pendekatan minimalis dan repetitif. Iringan ini mendukung transformasi gerak para performer secara perlahan namun pasti.
Selain itu, seluruh kostum dan instrumen dalam pertunjukan dibuat dari bahan daur ulang sebagai bentuk kepedulian terhadap isu keberlanjutan.
Kota dan Masyarakat Sebagai Bagian Pertunjukan
Penonton awalnya tidak menyadari kehadiran performans, namun perlahan menjadi bagian dari narasi. Mereka ikut terlibat, baik secara emosional maupun gerak tubuh.
Pertunjukan ini tidak hanya mengandalkan visual, tetapi juga menghadirkan pengalaman imersif yang menyatu dengan suasana kota dan aktivitas publik.
Pasar Seni ITB sendiri pertama kali digelar pada tahun 1972. Sejak itu, ia berkembang menjadi festival seni terbesar di Indonesia yang selalu menarik ribuan pengunjung.
Pada edisi 2014, Pasar Seni mencatat rekor 700.000 pengunjung dalam satu hari. Festival ini menjadi ruang temu antara seniman, desainer, musisi, dan masyarakat umum.
Melalui Beranda Bersama, panitia Pasar Seni ITB 2025 kembali mempertegas semangat inklusi dan kehadiran seni di ruang terbuka yang membaur dalam keseharian masyarakat kota.
Beranda Bersama menjadi contoh konkret bagaimana seni dapat hadir di tengah masyarakat tanpa sekat dan batasan ruang. Dengan mengusung pendekatan spontan, seni tampil sebagai bentuk intervensi sosial yang mengundang partisipasi dan perenungan.
Pilihan lokasi yang strategis memperkuat pesan bahwa ruang publik adalah milik bersama yang dapat dihidupkan oleh kreativitas. Melalui pertunjukan yang mengusung keberlanjutan dan tema sosial, warga diajak untuk tidak hanya menonton, tetapi juga mengalami dan terlibat.
Sebagai bagian dari rangkaian Pasar Seni ITB 2025, kegiatan ini menunjukkan arah baru dalam penyelenggaraan festival seni di Indonesia. Seni tidak lagi eksklusif, melainkan tumbuh dari kota, untuk kota.(*)