Gaza EKOIN.CO – Hampir 12.000 anak balita di Gaza dilaporkan menderita malnutrisi akut pada Juli 2025, angka bulanan tertinggi yang pernah tercatat. Kondisi ini mengkhawatirkan mengingat dampak perang yang berkepanjangan, kelangkaan pangan, serta terbatasnya akses bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan data tersebut dilansir Reuters, Kamis, 7 Agustus 2025. Ia menegaskan bahwa situasi di Gaza sudah berada pada titik kritis dan memerlukan intervensi segera dari komunitas internasional.
Berdasarkan laporan WHO, dari Januari hingga 29 Juli 2025, sebanyak 99 orang meninggal akibat kelaparan, termasuk 64 orang dewasa dan 35 anak-anak. Dari jumlah anak tersebut, 29 di antaranya berusia di bawah lima tahun.
Lonjakan kasus dalam dua bulan terakhir
Antara Juni dan Juli 2025, jumlah pasien yang dirawat karena malnutrisi di Gaza hampir dua kali lipat. UNICEF mencatat angka meningkat dari 6.344 kasus menjadi 11.877 kasus hanya dalam waktu sebulan.
Dari total tersebut, sekitar 2.500 anak menderita malnutrisi parah. Kondisi ini membuat mereka rentan terhadap berbagai penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal.
Tedros menekankan pentingnya peningkatan volume bantuan yang berkelanjutan, melalui semua jalur distribusi yang memungkinkan. Menurutnya, keterlambatan penyaluran bantuan dapat memperburuk krisis gizi yang sedang berlangsung.
WHO saat ini mendukung empat pusat penanganan malnutrisi di Gaza. Namun, stok susu formula bayi dan makanan bergizi dilaporkan sangat terbatas, membuat penanganan menjadi semakin sulit.
Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Wilayah Palestina yang diduduki, menegaskan bahwa volume pasokan nutrisi yang ada masih jauh dari cukup untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada kesehatan anak-anak.
Kelaparan meluas di seluruh Gaza
Lembaga pemantau kelaparan global menyatakan kelaparan yang meluas kini sedang berlangsung di Gaza. Kondisi ini diperburuk oleh pembatasan ketat terhadap akses kemanusiaan ke wilayah tersebut.
Anak-anak dilaporkan meninggal karena penyebab terkait kelaparan. Keterbatasan bantuan dan hambatan distribusi membuat situasi semakin genting di wilayah kantong yang dilanda konflik ini.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebut konsumsi makanan di seluruh Gaza telah merosot ke tingkat terendah sejak pecahnya perang. Situasi ini dinilai mengancam ketahanan pangan jutaan penduduk.
OCHA melaporkan bahwa 81 persen rumah tangga di Gaza kini memiliki pola konsumsi makanan yang buruk. Angka ini melonjak drastis dari 33 persen pada April 2025.
Gaza, dengan luas wilayah yang kecil namun padat penduduk sekitar 2,2 juta jiwa, kini menjadi salah satu wilayah dengan tingkat kelaparan terparah di dunia.
Para pakar kemanusiaan memperingatkan, jika situasi ini terus berlanjut tanpa adanya bantuan yang memadai, angka kematian akan terus bertambah dalam beberapa bulan mendatang.
Tedros mengajak semua pihak untuk bersatu dan memfokuskan upaya pada penyediaan bantuan pangan, terutama untuk anak-anak yang berada dalam kondisi kritis.
Selain pangan, pasokan air bersih, obat-obatan, dan layanan kesehatan dasar juga dibutuhkan segera untuk mencegah memburuknya krisis kemanusiaan.
Organisasi internasional menyerukan pembukaan jalur bantuan yang aman dan bebas hambatan agar pasokan bisa menjangkau seluruh wilayah Gaza.
Situasi ini menjadi peringatan bahwa perang dan blokade berkepanjangan berdampak langsung pada kesehatan dan keselamatan anak-anak.
Kondisi gizi anak-anak di Gaza memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Penyediaan bantuan darurat yang cepat dapat mencegah kematian lebih lanjut. Koordinasi lintas lembaga dan negara harus segera ditingkatkan agar distribusi bantuan berjalan lancar.
Selain itu, perlu dilakukan pemantauan berkelanjutan untuk memastikan bahwa bantuan benar-benar sampai kepada yang membutuhkan, tanpa terhambat oleh konflik atau hambatan administratif.
Penguatan fasilitas kesehatan dan pusat penanganan gizi menjadi langkah krusial untuk mengurangi angka malnutrisi akut di wilayah tersebut.
Upaya internasional harus difokuskan tidak hanya pada bantuan jangka pendek, tetapi juga solusi jangka panjang yang memastikan ketahanan pangan di Gaza.
Dengan adanya kerja sama global yang terkoordinasi, diharapkan krisis malnutrisi di Gaza dapat segera teratasi dan anak-anak dapat kembali mendapatkan kehidupan yang sehat dan layak. (*)