Moskow, EKOIN.CO – Rusia mengeluarkan peringatan keras kepada Ukraina terkait potensi penggunaan rudal Taurus buatan Jerman dalam konflik yang tengah berlangsung. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, pada Kamis, 17 Juli 2025, dalam konferensi pers resmi yang dikutip dari berbagai media internasional.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Zakharova menegaskan bahwa penggunaan rudal jarak jauh seperti Taurus tidak dapat dilakukan tanpa keterlibatan langsung dari personel militer negara produsen, dalam hal ini Jerman. Ia menyebutkan bahwa operasi semacam itu sangat bergantung pada data intelijen satelit NATO dan dukungan teknis dari ahli militer negara pembuat rudal.
Pernyataan tersebut menandakan kekhawatiran serius dari Rusia terhadap keterlibatan negara-negara Barat dalam konflik Ukraina. Zakharova secara gamblang mengatakan bahwa jika Ukraina menggunakan Taurus, maka itu akan melibatkan personel Jerman dalam perencanaan serangan terhadap Rusia.
“Tidak diragukan lagi bahwa penggunaan sistem jarak jauh tanpa partisipasi langsung spesialis militer dari negara-negara tempat sistem ini diproduksi… sama sekali mustahil,” ujarnya seperti dikutip dari pernyataan resmi. Ia menambahkan bahwa dukungan NATO, termasuk misi penerbangan dan pengintaian satelit, merupakan bagian integral dari penggunaan rudal semacam itu.
Rusia Tegaskan Keterlibatan Jerman Tak Bisa Dielak
Zakharova juga menyebut bahwa pelibatan Jerman secara langsung akan memunculkan dampak diplomatik dan militer yang lebih besar. Ia menilai keterlibatan seperti ini merupakan bentuk eskalasi konflik yang dapat memicu respon lanjutan dari pihak Rusia.
“Personel militer Jerman akan terlibat langsung dalam perencanaan operasi militer melawan negara kita,” kata Zakharova. Ia memperingatkan bahwa penggunaan rudal Taurus oleh Ukraina tidak hanya akan menjadi provokasi, tetapi juga memperdalam keterlibatan NATO dalam konflik tersebut.
Peringatan ini muncul di tengah meningkatnya tekanan dari negara-negara Barat untuk memperkuat kemampuan tempur Ukraina. Sejumlah negara Eropa, termasuk Jerman, sebelumnya telah menyalurkan bantuan militer, namun belum secara terbuka menyatakan kesediaan mengirimkan sistem rudal Taurus.
Menurut analis pertahanan yang dilansir dari beberapa laporan, rudal Taurus memiliki jangkauan lebih dari 500 kilometer dan mampu menembus target dengan presisi tinggi. Senjata ini dianggap mampu mengubah dinamika konflik jika digunakan oleh Ukraina.
Kekhawatiran Rusia atas Dukungan NATO
Pernyataan dari pihak Rusia ini memperkuat klaim bahwa Moskow menilai dukungan militer dari Barat bukan hanya berupa suplai senjata, melainkan juga mencakup koordinasi militer aktif. Hal ini dianggap Rusia sebagai pelanggaran terhadap batas keterlibatan yang dapat diterima dalam konflik regional.
Dengan memperingatkan Ukraina secara terbuka, Rusia juga tampak ingin mengirimkan sinyal diplomatik kepada Berlin. Dalam konteks ini, Zakharova menekankan bahwa setiap aksi penggunaan Taurus akan “menjadi masalah” bagi keamanan nasional Rusia.
Kekhawatiran Rusia juga tidak lepas dari pengalaman sebelumnya, ketika beberapa sistem senjata yang disuplai Barat ke Ukraina digunakan dalam serangan lintas batas ke wilayah Rusia. Hal ini telah menjadi bahan retorika Kremlin dalam beberapa bulan terakhir.
Belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Jerman terkait pernyataan Zakharova tersebut. Namun, perdebatan politik internal di Jerman soal pengiriman rudal Taurus ke Ukraina terus berlangsung, dengan sejumlah pihak di parlemen mendukung dan sebagian lainnya menolak.
Sementara itu, Ukraina belum memberikan komentar langsung mengenai peringatan Rusia ini. Pihak Kyiv sebelumnya menyatakan bahwa semua bantuan militer yang diterima digunakan untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayah negara.
Terkait penggunaan rudal Taurus, beberapa media Barat menyebut bahwa Ukraina telah mengajukan permintaan resmi kepada pemerintah Jerman sejak awal tahun 2025. Namun, keputusan final belum diambil oleh Berlin hingga kini.
Peringatan Rusia ini menjadi bagian dari rangkaian komunikasi publik yang ditujukan untuk menahan pengiriman senjata strategis ke Ukraina. Rusia secara konsisten menyatakan bahwa keterlibatan militer Barat akan memperpanjang konflik dan meningkatkan risiko benturan langsung dengan NATO.
Dalam konteks hubungan internasional, pernyataan Zakharova bisa memicu reaksi diplomatik, terutama dari Jerman dan negara-negara anggota NATO lainnya. Namun, sejauh ini belum ada indikasi bahwa ancaman Rusia akan memengaruhi keputusan kebijakan pertahanan negara-negara Barat terhadap Ukraina.
Situasi ini juga menambah ketegangan dalam diplomasi internasional terkait konflik Rusia-Ukraina, yang telah berlangsung sejak Februari 2022. Pihak Barat dan Rusia terus saling menyalahkan atas eskalasi konflik yang tak kunjung mereda.
Dengan adanya peringatan keras dari Rusia ini, perkembangan hubungan antara Berlin, Kyiv, dan Moskow akan menjadi sorotan utama dalam beberapa pekan ke depan. Terutama jika keputusan soal rudal Taurus akhirnya diambil oleh Jerman.
Sebagai catatan, rudal Taurus bukan satu-satunya sistem senjata jarak jauh yang diminta Ukraina dari mitra-mitra Baratnya. Ukraina juga telah mengoperasikan sistem HIMARS dari Amerika Serikat dan Storm Shadow dari Inggris.
Meski demikian, penggunaan sistem seperti Taurus dipandang memiliki dampak yang lebih strategis, terutama untuk menghantam infrastruktur militer Rusia di wilayah belakang garis depan.
dari peringatan ini menunjukkan bahwa Rusia memandang dukungan senjata berteknologi tinggi dari negara Barat bukan sebagai bantuan biasa, melainkan sebagai bentuk keterlibatan aktif yang bisa menjustifikasi langkah balasan.
Ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat semakin menguat seiring meningkatnya jenis dan jangkauan senjata yang dikirimkan ke Ukraina. Situasi ini berpotensi menciptakan eskalasi militer lebih lanjut jika tidak segera diatasi secara diplomatik.
Masyarakat internasional, terutama pihak-pihak yang terlibat, diharapkan dapat menahan diri agar tidak mengambil langkah-langkah yang memicu konflik baru. Semua bentuk dukungan militer seharusnya mempertimbangkan dampaknya terhadap perdamaian jangka panjang.
Negara-negara seperti Jerman perlu memperhitungkan risiko keterlibatan langsung dalam konflik, terutama ketika dukungan militer berpotensi digunakan untuk serangan terhadap wilayah Rusia. Konsultasi multilateral dibutuhkan untuk menghindari kesalahpahaman strategis.
Pernyataan Rusia ini sebaiknya dipandang sebagai sinyal bahwa konflik sudah mendekati batas kritis dan perlu segera dicari solusi diplomatik yang adil bagi semua pihak. Jalur dialog dan negosiasi harus dibuka selebar-lebarnya oleh komunitas internasional.
Dengan mempertimbangkan dinamika geopolitik yang kompleks, pendekatan yang bijak dan berimbang perlu diterapkan oleh semua negara agar konflik tidak berkembang menjadi perang yang lebih luas dan berdampak global. (*)