Washington,EKOIN.CO- Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan ancaman keras kepada Tiongkok terkait hubungan dagang kedua negara. Dalam pernyataannya, Trump menegaskan dirinya memiliki “kartu” yang bisa berdampak menghancurkan bagi Negeri Panda jika dimainkan. Gabung saluran WA EKOIN di sini.
Trump mengungkapkan hal ini saat bertemu Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung di Washington, Senin (25/8) waktu setempat. Dalam pertemuan itu, Trump juga menyinggung komunikasi terbarunya dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, sekaligus membuka peluang kunjungan resmi ke Beijing dalam waktu dekat.
Trump Tekan Tiongkok dengan Magnet
Meski hubungan ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok sempat membaik setelah perang tarif panjang, Trump tetap mengirim sinyal keras. Ia menyatakan kesediaannya untuk kembali menaikkan tarif jika Tiongkok tidak memenuhi kesepakatan.
“Mereka harus memberi kita magnet. Jika tidak, kita bisa saja memberlakukan tarif 200 persen atau lebih,” tegas Trump. Menurutnya, AS saat ini berada dalam posisi kuat untuk menghadapi Tiongkok di bidang ekonomi.
Sebelumnya, kedua negara sempat saling menaikkan tarif hingga level tiga digit, yang menyebabkan rantai pasok global terganggu. Banyak importir menahan pengiriman barang karena ketidakpastian kebijakan perdagangan.
Setelah ketegangan meningkat, Washington dan Beijing menyepakati penurunan tarif sementara menjadi 30 persen di pihak AS dan 10 persen di pihak Tiongkok. Namun, ancaman baru dari Trump membuat kondisi kembali tegang.
Tanah Jarang Jadi Senjata Strategis
Selain magnet, salah satu isu besar yang memicu ketegangan adalah logam tanah jarang. Tiongkok sebagai produsen utama dunia memiliki kendali besar atas bahan vital ini, yang digunakan dalam pembuatan komponen otomotif, elektronik, hingga peralatan pertahanan.
AS menuduh Tiongkok memperlambat izin ekspor logam tanah jarang sebagai bentuk tekanan. Trump menegaskan hal ini tidak bisa dibiarkan karena magnet berbasis logam tersebut sangat penting bagi industri strategis di Amerika.
Dalam upaya meredakan konflik, kedua negara menunda pengenaan tarif tambahan selama 90 hari, yang akan berakhir pada 10 November mendatang. Penangguhan ini disebut sebagai bentuk gencatan senjata dagang, meski rapuh dan bisa pecah sewaktu-waktu.
Ketegangan yang terus berlangsung menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan pengusaha global. Mereka menilai jika perang dagang kembali pecah, maka harga komoditas dan rantai pasokan internasional akan kembali terguncang.
Trump menutup pernyataannya dengan nada ambigu. Ia menyebut Amerika Serikat dan Tiongkok mungkin akan menjalin hubungan baik, namun tidak ragu untuk mengeluarkan “kartu penghancur” jika perlu.
Bagi Washington, menjaga ketersediaan magnet dan bahan baku industri modern adalah bagian dari strategi mempertahankan keunggulan teknologi. Sedangkan Beijing melihat kontrol atas logam tanah jarang sebagai senjata ekonomi yang bisa menekan lawan politiknya.
Kesepakatan dagang yang ada saat ini ibarat benang tipis. Setiap langkah salah satu pihak bisa memicu lonjakan ketegangan baru. Dalam waktu dekat, dunia menunggu apakah Trump benar-benar akan melakukan kunjungan ke Tiongkok sekaligus meredakan panasnya situasi, atau justru memperkeruh dengan ancaman tarif baru.
Situasi perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok menunjukkan tanda-tanda mereda namun masih rentan konflik. Ancaman tarif baru yang disampaikan Trump membuktikan bahwa gencatan senjata bersifat sementara.
Jika kesepakatan dagang tidak berjalan mulus, dunia berpotensi kembali menyaksikan ketidakpastian rantai pasokan global. Keputusan kedua negara akan menentukan stabilitas ekonomi internasional.
Isu logam tanah jarang dan magnet menjadi poin strategis yang tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga geopolitik. Kendali Tiongkok atas sumber daya ini memberi posisi tawar besar terhadap Washington.
Amerika Serikat di sisi lain berusaha membangun kekuatan alternatif untuk mengurangi ketergantungan. Namun hal tersebut memerlukan waktu, sementara ketegangan terus berlangsung.
Kunjungan Trump ke Beijing yang direncanakan bisa menjadi momen penting. Dunia berharap pertemuan itu mengarah pada kerja sama konkret, bukan memperuncing ketegangan dagang. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v