Bandung EKOIN.CO – PT PLN (Persero) menegaskan kesiapan mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sebagai bagian strategi mendukung swasembada energi dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pernyataan ini disampaikan pada Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025 di Bandung, Kamis (7/8).
Acara tersebut menjadi ajang kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi untuk memperkuat riset dan penerapannya. Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) memandang sektor industri, termasuk BUMN, sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi.
Baca juga : Promo Energi Kemerdekaan PLN Berlaku 10-23 Agustus
Wakil Menteri Diktisaintek, Stella Christie, menegaskan bahwa pihaknya berperan sebagai penghubung kebutuhan industri dan hasil riset. Menurutnya, kolaborasi ini dapat membantu BUMN meningkatkan pendapatan sekaligus menurunkan biaya.
“Kami terus semangat dan di Diktisaintek kami adalah sebagai penjembatan. Kami memetakan kebutuhan BUMN agar dapat langsung dihubungkan dengan pihak yang memiliki riset relevan,” ujar Stella di hadapan peserta konvensi.
Ia menjelaskan, ekosistem riset nasional telah menghasilkan berbagai prototipe, mulai dari basic research hingga translational research. Tantangan terbesarnya adalah memastikan inovasi tersebut bisa dihilirisasi menjadi solusi yang digunakan secara luas.
Kementerian Diktisaintek, tambah Stella, mendukung skema hilirisasi berbasis kolaborasi. Pihaknya mendorong agar hasil riset dari kampus dapat berkembang menjadi solusi nyata bagi industri dan masyarakat.
Dukungan PLN untuk Implementasi Riset
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan kesiapan PLN untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga riset. Tujuannya, mengimplementasikan hasil riset ke dalam strategi percepatan pemanfaatan EBT di Indonesia.
“Kami menyambut baik langkah Kementerian Diktisaintek dalam mendorong riset sains dan teknologi di industri. Sains dan teknologi menjadi kunci untuk meningkatkan bauran EBT nasional, sejalan dengan target Net Zero Emission 2060,” ujar Darmawan.
Executive Vice President Aneka Energi Baru Terbarukan PLN, Daniel K.F. Tampubolon, menambahkan bahwa teknologi memegang peran penting dalam transisi energi. Menurutnya, transisi energi tidak hanya mencakup pembangkit EBT, tetapi juga kesiapan seluruh ekosistem.
Daniel menjelaskan, implementasi smart grid menjadi salah satu solusi untuk mengatasi risiko dari karakter intermitensi energi terbarukan variabel (VRE). Sistem ini memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan fleksibilitas, responsivitas, dan efisiensi.
Smart grid, lanjut Daniel, akan mendukung peningkatan porsi EBT dengan tetap menjaga keandalan sistem kelistrikan nasional. Teknologi ini juga memungkinkan integrasi sumber energi terbarukan secara optimal.
Pengembangan Infrastruktur Hijau
PLN tidak hanya fokus pada teknologi pembangkitan, tetapi juga memperkuat infrastruktur kelistrikan. Salah satunya melalui pengembangan green enabling transmission line sepanjang 47.758 kilometer sirkuit (kms), sesuai RUPTL 2025–2034.
Transmisi hijau ini dirancang untuk mengatasi mismatch antara lokasi pembangkit EBT dengan pusat permintaan listrik dan kawasan industri lintas kepulauan. Tantangan ini menjadi perhatian karena kondisi geografis Indonesia yang tersebar.
“Mismatch ini memang menjadi salah satu tantangan utama di negara kepulauan seperti Indonesia. Namun, dengan riset yang mendalam, kita bisa menghadirkan teknologi terapan yang adaptif dan berkelanjutan,” tutur Daniel.
Langkah ini juga diharapkan mendukung percepatan transisi energi nasional. Dengan infrastruktur yang memadai, EBT dapat didistribusikan secara lebih merata dan efisien ke berbagai wilayah.
Selain itu, PLN akan memanfaatkan hasil riset untuk memastikan infrastruktur mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Hal ini penting agar investasi yang dilakukan tetap relevan di masa depan.
Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan program ini. Pemerintah, industri, dan akademisi diharapkan terus berkomitmen membangun ekosistem energi yang berkelanjutan.
Upaya tersebut sejalan dengan agenda pembangunan nasional yang menempatkan EBT sebagai salah satu pilar utama. Pemanfaatan energi bersih dinilai akan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di kancah global.
Saran dari kegiatan ini adalah perlunya sinergi berkelanjutan antara pelaku riset, pemerintah, dan industri untuk menghilirisasi inovasi. Setiap pihak perlu memiliki komitmen jangka panjang untuk mendukung implementasi hasil riset di lapangan.
Selain itu, penguatan sumber daya manusia menjadi hal yang tak kalah penting. Keberhasilan pemanfaatan EBT akan sangat bergantung pada kesiapan tenaga ahli yang memahami teknologi terkini.
Kesimpulannya, pemanfaatan energi baru terbarukan tidak hanya berdampak pada aspek lingkungan, tetapi juga membuka peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan dukungan riset dan teknologi, Indonesia dapat mencapai target energi bersih secara berkelanjutan.
Kebijakan yang mendukung, investasi tepat sasaran, serta infrastruktur yang memadai akan menjadi fondasi transisi energi. Langkah-langkah yang diambil saat ini akan menentukan keberhasilan di masa depan.
Akhirnya, peran aktif semua pihak menjadi penentu. Tanpa kolaborasi, target peningkatan porsi EBT akan sulit tercapai. Momentum yang ada perlu dimanfaatkan untuk mempercepat langkah menuju Indonesia yang lebih mandiri energi. ( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v