Jakarta, EKOIN.CO – Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih prestasi membanggakan di ajang internasional Susilo Business+Ethics Case Competition 2025 yang berlangsung di Swedia, 6 Juni 2025. Tim ini terdiri dari Gustav Susanto, Najwa Waq’iah, Nikita Dinda Azizah, M. Hilmy Naufal, dan Farras Maula Audina.
Kompetisi ini diselenggarakan oleh The Susilo Institute for Ethics in the Global Economy, Boston University, dengan fokus pada isu keberlanjutan dalam bisnis. UGM keluar sebagai Juara 1 dalam kategori Woolpower Case dan meraih Juara 3 dalam kategori Single Technologies.
Atas pencapaian tersebut, tim UGM dinobatkan sebagai Juara Umum 3. Mereka menjadi satu-satunya wakil dari Asia yang berhasil melaju ke babak final dan bersaing dengan lima universitas terkemuka dari Amerika, Eropa, dan Asia.
Dosen pembimbing, Prof. Wakhid Slamet Ciptono, MBA., MPM., Ph.D., menyampaikan apresiasi dan rasa syukurnya atas prestasi tersebut. Ia menegaskan bahwa pencapaian ini membawa nama baik UGM, Indonesia, dan Asia di panggung global.
“Saya sangat mengapresiasi kemenangan tim di ajang ini. Namun, mereka tidak hanya disiapkan untuk menang, tetapi juga untuk mendapatkan pengalaman dan menghasilkan yang terbaik,” ujar Prof. Wakhid, Selasa (8/7).
Proses Seleksi yang Ketat dan Kompetitif
Kompetisi ini diikuti oleh 44 tim dari 20 universitas di 12 negara. Setiap peserta harus melalui seleksi awal berupa pengumpulan executive summary dari studi kasus yang diberikan panitia.
Tahap semifinal dilakukan secara daring untuk wilayah Asia-Pasifik, dimulai sejak Oktober 2024. Tim diminta menganalisis studi kasus mengenai produk headset gaming interaktif untuk penderita ADHD.
Dari proses seleksi, enam tim terbaik dipilih untuk melaju ke final yang diselenggarakan di Swedia. Universitas yang turut bersaing di babak final antara lain Stanford University dan University of Massachusetts Boston dari Amerika Serikat.
Tim UGM bersaing dengan tim dari Trinity College Dublin (Irlandia), Tor Vergata University (Italia), dan Caucasus University (Georgia). Kompetisi berlangsung selama lima hari dan mencakup tantangan analisis dua perusahaan nyata.
Strategi, Analisis, dan Inovasi Tim UGM
Gustav Susanto menjelaskan bahwa pada babak final, mereka diminta menganalisis tantangan produksi dan pemasaran dari dua perusahaan, yakni Single Technologies (bidang DNA/RNA Sequencing) dan Woolpower (pakaian luar ruang).
“Selanjutnya, kami diminta mengidentifikasi area yang bisa ditingkatkan, serta memberikan solusi dari area identifikasi tersebut,” ujar Gustav saat diwawancarai usai kepulangan dari Swedia.
Kompleksitas studi kasus menuntut tim memiliki pemahaman lintas bidang. Tantangan teknis dan tekanan waktu membuat mereka harus bekerja dengan efisien dan strategis dalam mengolah data dan merumuskan solusi.
Menurut Gustav, pembimbingan dari dosen berbagai disiplin ilmu seperti keuangan, manajemen, industri, hingga kesehatan sangat membantu mereka dalam menyusun pendekatan yang holistik dan terintegrasi.
Di balik berbagai kendala, pengalaman lintas budaya yang mereka alami justru menjadi nilai tambah tersendiri. Diskusi dengan peserta dari berbagai negara memperluas perspektif tim UGM dalam memahami praktik bisnis global.
Pengalaman Berharga dan Harapan Masa Depan
“Kami sangat puas atas capaian ini karena persiapan dan sumber daya yang kami curahkan sangatlah besar. Banyak kesempatan lain yang kami korbankan demi kompetisi ini, dan hasilnya sebanding,” ujar Gustav.
Ia mengaku bahwa kemenangan ini bukan semata hasil akhir, tetapi merupakan akumulasi dari proses pembelajaran panjang yang memperkuat daya analisis dan kerja tim seluruh anggota.
Gustav berharap pencapaian ini bisa menginspirasi mahasiswa lain di UGM dan universitas lain di Indonesia untuk berani tampil di ajang internasional dan membuktikan kemampuan anak bangsa.
Ia juga menekankan pentingnya mempersiapkan diri sejak dini untuk mengikuti kompetisi seperti ini, termasuk dengan pembekalan pengetahuan lintas disiplin dan pelatihan presentasi yang intensif.
Pencapaian tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada dalam ajang Susilo Business+Ethics Case Competition 2025 menjadi bukti bahwa mahasiswa Indonesia mampu bersaing secara global. Dengan persiapan matang dan kerja tim yang solid, UGM berhasil membawa pulang gelar juara dan mengangkat nama bangsa di kancah internasional.
Kompetisi ini bukan hanya menilai kemampuan teknis dalam bisnis, tetapi juga keberanian, kreativitas, dan kemampuan menyelesaikan masalah kompleks dengan pendekatan lintas disiplin. Pendekatan strategis, ditambah pengalaman berharga selama perlombaan, menjadikan kemenangan ini sangat berarti bagi seluruh tim.
Keberhasilan UGM ini dapat menjadi pemicu semangat bagi mahasiswa lain untuk berani mengikuti kompetisi serupa. Dukungan kampus dan dosen pembimbing juga menjadi faktor kunci dalam membentuk generasi muda yang siap bersaing secara profesional dan etis di dunia internasional.(*)