Jakarta, EKOIN.CO – Rupiah kembali menghadapi tekanan serius pada perdagangan Jumat, 5 September 2025. Berdasarkan data pasar Non-Deliverable Forward (NDF), mata uang Garuda melemah 0,10% ke level Rp16.409 per dolar AS pada pukul 09.20 WIB. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan keberlanjutan aliran dana asing di tengah pelemahan global.
Gabung WA Channel EKOIN
Pelemahan tersebut terjadi meskipun pasar domestik libur nasional dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Hal ini membuat pergerakan rupiah sepenuhnya tercermin dari perdagangan instrumen derivatif di luar negeri.
Sehari sebelumnya, Kamis (4/9/2025), rupiah ditutup melemah tipis 0,03% di posisi Rp16.415 per dolar AS. Bahkan sempat tertekan hingga level Rp16.455 per dolar AS pada perdagangan intraday.
Tekanan Rupiah dan Minimnya Dana Asing
Dalam sepekan terakhir, rupiah tercatat terkoreksi 0,42%. Kondisi ini menjadi sorotan karena menunjukkan lemahnya arus dana asing yang masuk ke Indonesia. Investor global dinilai lebih memilih menempatkan modal di negara tetangga, termasuk Vietnam, yang dianggap menawarkan stabilitas lebih baik.
Penguatan mata uang Vietnam Dong dalam beberapa waktu terakhir memperkuat pandangan bahwa Indonesia harus meningkatkan daya tarik investasi untuk menahan pelemahan rupiah.
Sejumlah analis menilai tekanan rupiah bukan hanya dipengaruhi faktor eksternal, tetapi juga keterbatasan fundamental dalam negeri. Ketergantungan pada arus modal asing jangka pendek membuat rupiah rawan volatilitas.
Rupiah dalam Bayang-Bayang Global
Faktor global seperti kebijakan suku bunga The Fed, harga komoditas, dan ketidakpastian geopolitik terus menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Tekanan bertambah ketika ekspektasi investor terhadap reformasi ekonomi domestik belum sepenuhnya terpenuhi.
Pelemahan rupiah yang berlarut-larut dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas harga dan memperbesar beban impor. Kondisi ini berpotensi memengaruhi daya beli masyarakat serta kinerja industri berbasis bahan baku impor.
Meski demikian, peluang perbaikan masih terbuka jika pemerintah mampu mempercepat realisasi investasi strategis dan menjaga iklim usaha yang kompetitif. Dukungan dari sektor ekspor juga diharapkan bisa mengurangi tekanan terhadap neraca pembayaran.
Bank Indonesia diperkirakan akan terus menjaga stabilitas rupiah melalui intervensi pasar valas dan penyesuaian kebijakan suku bunga acuan. Namun, upaya tersebut dinilai tidak cukup tanpa masuknya arus dana asing yang berkelanjutan.
Jika tren ini berlanjut, rupiah berpotensi bertahan di zona Rp16.400–Rp16.500 per dolar AS hingga akhir kuartal III 2025. Kondisi ini akan menjadi ujian bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi di tengah ketidakpastian global.
Rupiah sebagai simbol kepercayaan pasar kini berada dalam sorotan, dan setiap kebijakan yang diambil akan menentukan arah pergerakan mata uang nasional pada tahun 2025.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v