JAKARTA, EKOIN.CO – Pola makan sehat dengan bahan nabati sederhana telah terbukti menjadi kunci umur panjang di berbagai belahan dunia. Di lima wilayah yang dikenal sebagai Blue Zones, yakni Okinawa (Jepang), Sardinia (Italia), Nicoya (Kosta Rika), Ikaria (Yunani), dan Loma Linda (California, AS), warganya tidak hanya panjang umur, tetapi juga tetap bugar hingga usia lanjut.
Ubi Jalar dan Prinsip Dasar Diet Sehat
Penelitian yang ditampilkan dalam dokumenter Netflix Live to 100 menegaskan bahwa faktor genetik bukan penentu utama umur panjang. Justru gaya hidup dan pola makan yang konsisten menjadi fondasi kesehatan. Di Okinawa, misalnya, ubi jalar ungu menjadi sumber kalori utama yang dikonsumsi setiap hari bersama sayuran hijau, kedelai, dan sup miso.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam PLOS Medicine, mengganti pola makan Barat dengan diet berbasis nabati dapat memperpanjang usia. Bahan makanan seperti buncis, lentil, dan kacang polong terbukti memberi pengaruh besar terhadap harapan hidup. Konsumsi kacang-kacangan setidaknya lima kali per minggu berkontribusi pada pencegahan penyakit jantung, diabetes, dan obesitas.
Prinsip Hara Hachi Bu dari Okinawa juga berperan penting. Penduduk di sana terbiasa berhenti makan ketika perut sudah 80 persen kenyang. Kebiasaan sederhana ini membantu mereka mengendalikan porsi makan, menjaga metabolisme, serta menghindari kelebihan kalori yang memicu penyakit degeneratif.
Di samping itu, pola memasak yang digunakan masyarakat Blue Zones relatif sederhana. Mereka mengandalkan bahan segar, proses perebusan, pengukusan, serta fermentasi tradisional pada makanan seperti tahu, sourdough, anggur, dan acar. Dengan cara ini, kandungan gizi tetap terjaga tanpa tambahan lemak dan gula berlebih.
Rahasia Menu dari Berbagai Blue Zones
Masing-masing wilayah Blue Zones memiliki menu khas dengan bahan dasar serupa: nabati, rendah daging, dan kaya serat. Di Okinawa, konsumsi ubi jalar kukus dan sayuran rebus menjadi menu harian, didukung produk berbasis kedelai. Sementara itu, masyarakat Ikaria di Yunani lebih banyak mengonsumsi kentang, madu, kacang tunggak, lentil, sayuran liar, serta susu kambing.
Di Sardinia, Italia, pola makan mereka berfokus pada roti gandum, sayuran segar, kacang-kacangan, dan konsumsi daging yang sangat terbatas. Sementara Nicoya, Kosta Rika, mengandalkan makanan pokok berupa jagung, kacang-kacangan, dan labu, yang sering disebut sebagai tiga saudara pangan tradisional.
Berbeda lagi dengan Loma Linda di California, di mana komunitas Advent yang mendominasi wilayah tersebut menjalani diet vegetarian dengan konsumsi kacang-kacangan sebagai sumber protein utama. Gaya hidup mereka terbukti menurunkan risiko penyakit kronis dan meningkatkan harapan hidup hingga lebih dari satu dekade dibanding rata-rata warga Amerika.
Peneliti gizi menilai bahwa kesamaan utama dari seluruh Blue Zones adalah dominasi pola makan berbasis tumbuhan, rendah gula, rendah daging merah, serta penuh nutrisi alami dari tanaman. Satu hal yang konsisten ditemukan di semua wilayah adalah kehadiran ubi jalar atau legum sebagai bahan pangan utama yang menyokong energi harian.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa dengan memprioritaskan makanan nabati, membatasi porsi, dan menerapkan cara memasak sederhana, seseorang dapat memperbesar peluang hidup sehat hingga usia 100 tahun.
Hidup panjang bukan sekadar keberuntungan genetika, melainkan hasil pola makan dan gaya hidup. Konsumsi ubi jalar dan kacang-kacangan terbukti memberi dampak positif pada kesehatan jangka panjang.
Masyarakat dapat mulai beralih ke pola makan nabati, memperbanyak serat, dan mengurangi daging serta gula. Dengan mengikuti prinsip sederhana dari Blue Zones, peluang mencapai usia lanjut dengan tubuh sehat semakin terbuka. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v