Bandung, Ekoin.co – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Jawa Barat ke-80 berlangsung meriah pada Selasa, 19 Agustus 2025. Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, hadir bersama istri dengan mengenakan busana Kerajaan Sri Maharaja Tarusbawa. Busana itu dipilih sebagai penghormatan terhadap jejak sejarah pendiri Kerajaan Sunda yang berkuasa pada abad ke-7.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Perayaan budaya tersebut juga diikuti Wakil Wali Kota Bekasi, Abdul Harris Bobihoe, yang tampil bersama istri dengan mengenakan pakaian modern adat Bekasi. Keduanya memadukan busana tradisional dengan nuansa kontemporer yang menggambarkan identitas kultural Kota Bekasi dalam bingkai Jawa Barat.
Kirab budaya digelar setelah Sidang Paripurna Istimewa yang dilaksanakan di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung. Rangkaian acara dimulai dari kawasan Asia Afrika hingga berakhir di Gedung Sate dengan menampilkan nuansa Kerajaan Sunda.
Dalam kirab, Tri Adhianto dan istrinya, serta Harris Bobihoe dengan istri, menaiki kereta kencana menuju panggung kehormatan. Kehadiran mereka disambut masyarakat yang memenuhi jalan, menunjukkan antusiasme warga Jawa Barat menyaksikan pesta budaya tersebut.
Rombongan dari Kota Bekasi turut diiringi jajaran camat dan lurah. Mereka berjalan kaki sambil menyapa masyarakat, menciptakan suasana hangat dan memperkuat kedekatan antara pemerintah daerah dengan warganya.
Busana Sri Maharaja Tarusbawa Simbol Sejarah Sunda
Sri Maharaja Tarusbawa adalah Raja ke-13 Tarumanagara sekaligus raja pertama Kerajaan Sunda. Pemerintahannya dari tahun 669 M hingga 723 M dianggap sebagai tonggak penting dalam sejarah Nusantara, terutama di Jawa Barat.
Tri Adhianto menuturkan, pemilihan busana tersebut bukan hanya seremonial, melainkan bentuk penghargaan terhadap perjalanan sejarah leluhur. “Kami ingin mengingatkan generasi sekarang agar tidak melupakan sejarah, karena dari sanalah kita belajar jati diri bangsa,” ujarnya dalam kesempatan itu.

Simbolisme busana Sri Maharaja Tarusbawa dipandang sebagai wujud pelestarian nilai-nilai budaya yang diwariskan sejak ribuan tahun lalu. Penampilan tersebut menegaskan bahwa perayaan HUT Jawa Barat bukan hanya pesta rakyat, melainkan refleksi sejarah.
Selain busana kerajaan, Abdul Harris Bobihoe memilih pakaian modern adat Bekasi. Kehadirannya dianggap penting untuk menonjolkan kekayaan budaya daerah yang tumbuh di kawasan penyangga ibu kota.
Kirab Budaya Hadirkan 27 Daerah di Jawa Barat
Sebanyak 27 kota dan kabupaten turut serta dalam kirab budaya. Mereka menghadirkan kesenian tradisional, tarian khas, hingga atraksi budaya yang menggambarkan keragaman Jawa Barat.
Kota Bekasi menghadirkan penari ronggeng modern yang dipadukan dengan konsep pertunjukan kontemporer. Selain itu, rombongan membawa dongdang sebagai ikon budaya khas Bekasi.
Masyarakat tampak antusias menyaksikan pawai yang berjalan sepanjang rute. Anak-anak, orang tua, hingga wisatawan dari luar daerah ikut berbaur menikmati suguhan budaya.
Kirab budaya ini menjadi wadah pelestarian seni tradisional. Para seniman lokal diberi ruang untuk menampilkan karyanya sekaligus memperkenalkan kearifan lokal masing-masing daerah kepada generasi muda.
Tri Adhianto menekankan pentingnya momentum HUT Jawa Barat sebagai sarana memperkuat identitas bersama. “Jawa Barat memiliki sejarah dan budaya yang kaya. Melalui perayaan ini, kita perkuat persatuan dan kebanggaan sebagai warga Jabar,” katanya.
Harris Bobihoe menambahkan, partisipasi Bekasi dalam perayaan budaya ini diharapkan memperkuat hubungan antar daerah. “Ini bukan hanya tentang seni, tetapi juga tentang solidaritas kita sebagai bagian dari Jawa Barat,” ujarnya.
Perayaan HUT ke-80 Jawa Barat tidak hanya dihadiri pejabat pemerintah daerah, tetapi juga tokoh masyarakat, pelajar, dan komunitas budaya. Semua elemen berbaur menyemarakkan suasana dengan rasa kebersamaan.
Kirab yang berakhir di Gedung Sate ditutup dengan penampilan kesenian kolosal yang menampilkan cerita rakyat Jawa Barat. Acara tersebut menjadi puncak kemeriahan sekaligus pesan pelestarian budaya bagi generasi berikutnya.
Selain kirab, berbagai agenda lain seperti pameran budaya, bazar UMKM, dan pertunjukan musik tradisional turut memeriahkan perayaan. Acara ini dirancang sebagai bentuk syukur atas perjalanan Jawa Barat sejak berdiri hingga saat ini.
Masyarakat berharap momentum perayaan HUT Jawa Barat dapat menjadi agenda tahunan yang konsisten. Dengan demikian, nilai sejarah dan budaya dapat terus terjaga dan dikenalkan pada generasi penerus.