Jakarta EKOIN.CO – Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, menerima kunjungan resmi Menteri Pertanian dan Pangan Kanada, Heath MacDonald, di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, pada Kamis, 31 Juli 2025. Kunjungan ini merupakan agenda internasional pertama MacDonald sejak menjabat, dengan Indonesia menjadi negara tujuan perdana dalam lawatan kerjanya.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dalam pertemuan tersebut, kedua menteri membahas peluang besar kemitraan strategis antara Indonesia dan Kanada di sektor pertanian. Diskusi difokuskan pada penguatan ekspor kelapa sawit, kerja sama peternakan, dan pertukaran teknologi pertanian modern. Pertemuan ini sekaligus menandai dimulainya fase baru diplomasi pertanian kedua negara di kawasan Indo-Pasifik.
Andi Amran menekankan urgensi membangun kemitraan pertanian yang saling menguntungkan, terutama di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, ketegangan geopolitik, dan ancaman krisis pangan. Menurutnya, kerja sama ini menjadi bagian dari transformasi pertanian Indonesia menuju sistem yang modern, inklusif, dan berkelanjutan.
“Kami mendorong agar ke depan, Indonesia menjadi eksportir utama CPO ke Kanada. Intinya kita memperkuat kerja sama dan saling menguntungkan,” ujar Amran dalam pernyataan resminya pada Kamis, 31 Juli 2025. Ia juga membuka peluang ekspor di sektor peternakan, khususnya untuk komoditas susu dan sapi hidup.
Ekspor Kelapa Sawit dan Teknologi Pertanian
Pertemuan ini memperlihatkan keinginan kuat dari kedua pihak untuk memperkuat kerja sama di bidang ekspor komoditas pertanian. Salah satu prioritas utama Indonesia adalah memperluas pasar ekspor kelapa sawit (CPO) ke Kanada, yang selama ini masih terbatas.
Di samping kelapa sawit, Amran juga menyoroti pentingnya kolaborasi dalam pengembangan peternakan dan teknologi pertanian. Indonesia membuka diri untuk menerima transfer teknologi dari Kanada guna mendukung ketahanan iklim dan produktivitas pertanian dalam negeri.
Heath MacDonald menyambut baik seluruh gagasan kerja sama yang disampaikan oleh Amran. Ia menyampaikan bahwa Kanada berkomitmen memperkuat hubungan pertanian dengan Indonesia melalui kemitraan strategis yang berorientasi pada keberlanjutan dan pertumbuhan jangka panjang.
“Situasi geopolitik yang kita hadapi saat ini memberi kita peluang untuk meningkatkan perdagangan dengan Indonesia, mempererat persahabatan, dan membangun keberlanjutan, khususnya di sektor pertanian,” kata Heath MacDonald.
Peluang Dagang dan Implementasi CEPA
Data tahun 2024 menunjukkan bahwa ekspor komoditas pertanian Indonesia ke Kanada mencapai lebih dari 222 juta dolar AS. Komoditas utama yang diekspor adalah karet senilai 115,4 juta dolar AS, kakao 58,2 juta dolar AS, kopi 29,5 juta dolar AS, dan nanas 5,8 juta dolar AS.
Pemerintah Kanada juga menegaskan dukungannya terhadap implementasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), perjanjian ekonomi komprehensif yang telah disepakati bersama Indonesia. CEPA diharapkan mempercepat akses pasar dan pertumbuhan investasi di sektor pertanian kedua negara.
Kementerian Pertanian RI menyatakan bahwa pertemuan ini menjadi tonggak penting dalam penguatan hubungan dagang antara Indonesia dan Kanada, sekaligus sebagai bentuk pengakuan terhadap posisi strategis Indonesia di kawasan Asia-Pasifik.
Selain Kanada, Indonesia juga menjalin kerja sama pertanian dengan negara mitra lainnya. Sebelumnya, Menteri Amran menerima kunjungan Menteri Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Australia, Julie Collins. Pertemuan tersebut membahas stabilisasi pasokan pangan dan pertukaran pakar pertanian.
Dalam pernyataan penutup, Andi Amran menyatakan bahwa ke depan Indonesia akan terus mendorong kerja sama internasional berbasis manfaat bersama. Fokus utama adalah menjaga ketahanan pangan nasional dan memperluas jejaring ekspor komoditas pertanian unggulan.
Heath MacDonald menambahkan bahwa Kanada membuka peluang investasi dan kolaborasi riset pertanian dengan Indonesia. Ia juga menilai Indonesia sebagai mitra penting dalam diplomasi pertanian Kanada di Asia.
Kedua negara sepakat untuk membentuk forum kerja sama teknis guna memantau perkembangan program-program yang telah disepakati. Forum ini akan menjadi wadah konsultasi, evaluasi, dan tindak lanjut konkret dalam kerja sama pertanian bilateral.
Pertemuan tersebut ditutup dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) tentang kerja sama ekspor-impor komoditas pertanian dan peningkatan kapasitas petani.
Kunjungan Menteri Heath MacDonald menjadi simbol penting penguatan hubungan diplomatik Indonesia-Kanada, khususnya dalam mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan yang adaptif terhadap tantangan global.
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemasok utama produk pertanian bagi pasar Kanada dan negara lain di kawasan Amerika Utara.
Indonesia juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas produk ekspor, memenuhi standar internasional, serta mempercepat modernisasi sektor pertanian nasional melalui kerja sama teknologi dan investasi asing.
Langkah-langkah konkret dari kedua negara akan menjadi tolok ukur keberhasilan diplomasi ekonomi di bidang pertanian, seiring meningkatnya kebutuhan global akan pangan yang berkelanjutan.
Indonesia menargetkan peningkatan nilai ekspor pertanian ke Kanada dalam tiga tahun ke depan, dengan fokus pada diversifikasi komoditas dan penguatan jaringan logistik internasional.
Ke depan, diharapkan kerja sama ini akan mempercepat pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian di Indonesia, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor agribisnis.
Sinergi antara pemerintah Indonesia dan Kanada menjadi contoh kolaborasi internasional yang dapat menghasilkan manfaat jangka panjang, khususnya di tengah dinamika global yang terus berubah.
Konsistensi dalam implementasi CEPA dan program kerja sama teknis akan menjadi kunci dalam menjaga momentum positif hubungan bilateral di bidang pertanian.
Kedua negara berkomitmen untuk menjadikan kerja sama ini sebagai model kemitraan pertanian yang inovatif, berkelanjutan, dan mampu merespons tantangan global secara adaptif.
(*)


























