Jakarta, EKOIN.CO – Rudal jelajah Taurus, hasil pengembangan bersama antara MBDA Deutschland GmbH dan Saab-Bofors Dynamics Swedia lewat Taurus Systems GmbH, kembali menyita perhatian global. Dirancang untuk menghancurkan sasaran keras dan bunker bawah tanah, teknologi ini tidak menggunakan hulu ledak nuklir, melainkan hulu ledak konvensional Mephisto seberat sekitar 480 kg Berikut ulasan mendetail di bawah model piramida terbalik.
Pada intinya, rudal Taurus KEPD‑350 mampu terbang hingga jarak sekitar 500 km, melaju pada kecepatan subsonik Mach 0,8–0,95, dengan kemampuan menembus medan pertahanan udara yang padat Bobot totalnya mencapai sekitar 1.400 kg, dengan panjang 5,1 m, lebar sayap 2 m saat terbuka, serta diameter badan sekitar 1,08 m Sistem penargetannya mengandalkan navigasi presisi tinggi, termasuk kemampuan low-level flight untuk menghindari deteksi radar.
Bagaimana Cara Kerja dan Efek Ledakannya
Taurus menggunakan hulu ledak Mephisto multi-efek dua tahap, dirancang khusus untuk menembus perlindungan berat seperti beton bertulang dan struktur bawah tanah. Ledakan dari rudal ini memicu fragmentasi hebat dalam radius sasaran, efektif menghancurkan fasilitas militer stasioner seperti bunker, landasan pacu, atau gudang amunisi Keunggulan modular membuatnya cocok untuk berbagai operasi siang-malam dan dalam cuaca buruk.
Apakah Taurus Nuklir?
Tidak. Rudal Taurus tidak mengandung hulu ledak nuklir. Semua informasi menyebutkan kemampuan penetrasi dan penghancuran didasarkan pada hulu ledak konvensional Mephisto, bukan nuklir Spekulasi walaupun ada, belum ada bukti kemampuan nuklir dari rudal ini.
Seberapa Besar Efek Ledakan Taurus?
Dengan berat hulu ledak sekitar 480 kg, Taurus memberikan efek penghancuran massal. Direkayasa untuk membongkar beton tebal dan lapisan pelindung, ledakan dan serpihannya bisa melubangi struktur hingga beberapa meter ke dalam tanah serta area di sekitarnya. Efek ini mengancam infrastruktur yang sangat terlindungi
Platform Peluncur Rudal Taurus
Saat ini, Taurus hanya bisa diluncurkan dari pesawat jet tempur seperti Panavia Tornado, Eurofighter Typhoon, Saab Gripen, Boeing F/A‑18 Hornet, dan F‑15K Pengintegrasian ke jet non‑NATO seperti MiG‑29 atau Su‑27 memerlukan penyesuaian teknis yang kompleks.
Apakah Indonesia Sudah Memiliki Taurus?
Hingga kini, Indonesia belum memiliki rudal Taurus. Tidak ada catatan pembelian atau negosiasi resmi antara Indonesia dan pihak pengembang. Sumber hanya mencatat Swedia sedang mengintegrasikannya ke Gripen, dan Korea Selatan memasang pada F‑15K
Status Produksi dan Pasokan
Produksi Taurus sempat dibatasi karena permintaan rendah dan kekhawatiran Jerman akan keterlibatan langsung dalam konflik, terutama jika dikirim ke Ukraina Namun pada akhir 2023, MBDA Jerman siap melanjutkan produksi jika ada pesanan baru
Reaksi Rusia dan Eropa
Kremlin memperingatkan bahwa pengiriman Taurus ke Ukraina bisa menyeret Jerman atau Eropa ke dalam konflik berskala penuh, menuding persyaratan teknis integrasi mengharuskan kehadiran teknisi asing di medan perang
Rudal Taurus adalah senjata jelajah konvensional canggih dengan kemampuan penetrasi tinggi, tapi bukan nuklir. Efek ledakannya cukup dahsyat untuk menghancurkan fasilitas dan bunker. Integrasinya ke platform militer memerlukan kesepakatan politik dan dukungan teknis. Bagi Indonesia, mempertimbangkan akuisisi harus disertai pengembangan platform jet tempur yang kompatibel. Selain itu, perlu menimbang risiko geopolitik, terutama hubungan dengan negara besar seperti Rusia dan sekutu Eropa. Jika benar-benar dibutuhkan, penyesuaian regulasi dan pelatihan teknisi lokal menjadi prioritas. Namun saat ini, lebih rasional fokus pada dukungan sistem pertahanan udara yang lebih kompatibel dengan alutsista existing. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v