New York EKOIN.CO – Rusia kembali menegaskan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak akan pernah terwujud tanpa kemerdekaan bagi Palestina. Penegasan ini disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Vershinin, dalam Konferensi Internasional Tingkat Tinggi PBB mengenai Penyelesaian Damai Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara yang berlangsung di Markas Besar PBB, New York, pada Rabu (30/7/2025).
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Vershinin menyatakan bahwa kawasan Timur Tengah saat ini menghadapi krisis terburuk yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, eskalasi kekerasan yang signifikan menandai kegagalan dunia dalam menyelesaikan isu Palestina secara adil dan menyeluruh.
“Peristiwa di Timur Tengah, krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan eskalasi kekerasan yang signifikan sekali lagi menunjukkan bahwa tanpa solusi yang adil dan langgeng untuk masalah Palestina, tidak akan ada perdamaian dan keamanan sejati di kawasan,” ujar Vershinin, dikutip dari Sputnik.
Ia menekankan bahwa Rusia mendukung penuh solusi dua negara, yakni pembentukan negara Palestina yang merdeka berdampingan secara damai dengan Israel. Menurutnya, hanya dengan langkah ini, perdamaian dan stabilitas di kawasan dapat dicapai.
Krisis Palestina dan Seruan Dunia Internasional
Vershinin menggambarkan situasi di Palestina sebagai tragedi kemanusiaan. Ia menyebut kondisi saat ini sebagai bentuk dehumanisasi massal, di mana ribuan warga sipil menjadi korban dan infrastruktur penting mengalami kehancuran masif.
“Kita menyaksikan sebuah tragedi berupa dehumanisasi massal, penderitaan, korban jiwa yang sangat besar, dan kehancuran,” kata Vershinin dalam pidatonya di forum tersebut.
Sebelumnya, Inggris juga menyatakan niatnya untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa Inggris akan mengakui Palestina sebagai negara berdaulat dalam Sidang Majelis Umum PBB pada September 2025, apabila Israel tidak mengambil langkah nyata memperbaiki kondisi di Gaza.
Langkah Inggris ini disebut mengikuti jejak Prancis, yang lebih dahulu mengumumkan rencana serupa di forum internasional tersebut. Sejumlah negara Eropa mulai menunjukkan perubahan sikap dalam merespons situasi konflik Israel-Palestina.
Menurut pengamat internasional, pergeseran sikap beberapa negara Barat ini menunjukkan tekanan global yang semakin besar terhadap Israel untuk menghentikan blokade dan kekerasan terhadap warga sipil di Gaza.
Desakan atas Solusi Dua Negara
Dalam forum tersebut, Rusia juga menyerukan implementasi konkret dari resolusi-resolusi PBB yang selama ini mendukung pembentukan negara Palestina. Vershinin mengatakan, semua pihak harus mendorong Israel untuk menghentikan tindakan sepihak dan mematuhi hukum internasional.
Ia juga menambahkan bahwa Moskow siap berperan aktif dalam mendukung semua upaya diplomatik yang bertujuan mewujudkan perdamaian di Timur Tengah, dengan menekankan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan.
Konferensi PBB ini digelar di tengah meningkatnya kekerasan di Gaza dan Tepi Barat yang mengakibatkan ratusan korban sipil dalam beberapa pekan terakhir. Situasi ini memicu kecaman luas dari komunitas internasional.
Dalam kesempatan yang sama, sejumlah negara anggota PBB menyuarakan pentingnya pembentukan negara Palestina secepatnya, guna menghentikan penderitaan warga sipil dan menghentikan konflik berkepanjangan di kawasan.
Dukungan Rusia terhadap Palestina selama ini bersifat konsisten dalam berbagai forum internasional. Negara tersebut juga kerap mengkritik langkah-langkah sepihak Israel yang dinilai melanggar hak asasi manusia dan hukum internasional.
PBB sendiri telah mengeluarkan puluhan resolusi yang menyerukan penghentian pembangunan permukiman ilegal Israel dan mendukung hak rakyat Palestina atas tanah dan kemerdekaan mereka.
Seiring dengan meningkatnya dukungan global, tekanan terhadap Israel kian besar untuk memulai kembali perundingan damai dan memberikan hak penuh bagi rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri.
Konflik Israel-Palestina telah berlangsung selama lebih dari tujuh dekade, dengan sejumlah upaya damai yang sebagian besar gagal akibat perbedaan sikap politik dan tindakan kekerasan yang terus berulang.
Meski berbagai perundingan damai telah dilakukan, hingga kini belum ada solusi permanen yang disepakati kedua belah pihak, sementara warga sipil terus menjadi korban dari konflik ini.
Dengan meningkatnya seruan internasional dan dukungan untuk solusi dua negara, banyak pihak berharap tekanan ini dapat mendorong perubahan signifikan dalam waktu dekat.
Konferensi PBB ini diharapkan menjadi momentum bagi komunitas internasional untuk memperkuat dukungan terhadap kemerdekaan Palestina dan menghentikan siklus kekerasan yang telah berlangsung lama.
Langkah diplomatik yang lebih konkret diharapkan dapat segera diambil, termasuk pengakuan resmi negara-negara besar terhadap kemerdekaan Palestina dan penarikan pasukan Israel dari wilayah pendudukan.
dari konferensi ini menegaskan bahwa tanpa penyelesaian adil terhadap konflik Palestina, Timur Tengah akan tetap berada dalam ketidakstabilan dan krisis kemanusiaan berkepanjangan.
Sebagai bentuk solidaritas global, sejumlah negara menyerukan penghentian segala bentuk kekerasan di kawasan dan membuka jalur bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina yang terdampak.
Masyarakat internasional didorong untuk terus memberikan tekanan politik dan diplomatik kepada pihak-pihak yang terlibat dalam konflik agar menghormati hak asasi manusia dan hukum internasional.
Langkah konkret dari negara-negara besar untuk mengakui Palestina secara resmi akan menjadi pendorong penting dalam penyelesaian konflik ini, serta memberikan harapan baru bagi rakyat Palestina.
Dalam waktu dekat, Sidang Majelis Umum PBB bulan September akan menjadi forum penting bagi masa depan Palestina dan langkah selanjutnya dalam mewujudkan perdamaian di Timur Tengah.
(**)