Pyongyang EKOIN.CO – Rusia menyatakan dukungan penuh terhadap program senjata nuklir Korea Utara dalam kunjungan resmi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, ke ibu kota Pyongyang. Lavrov juga memperingatkan Amerika Serikat agar tidak melibatkan sekutu-sekutunya di Asia Timur dalam upaya menekan Moskow dan Pyongyang.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Lavrov menegaskan bahwa Moskow menghormati ambisi nuklir Korea Utara dan tidak akan membiarkan tekanan asing menghalangi hubungan bilateral yang semakin erat antara kedua negara. Ia menyampaikan bahwa tidak ada rencana penggunaan kekuatan terhadap Korea Utara, meski ketegangan kawasan terus meningkat.
Pernyataan tersebut dilontarkan menyusul latihan militer udara bersama antara Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan di atas perairan internasional, yang melibatkan pesawat pembom strategis B-52 milik AS dan sejumlah jet tempur.
Latihan militer gabungan itu memicu kekhawatiran Rusia dan Korea Utara mengenai potensi peningkatan eskalasi militer di kawasan Semenanjung Korea dan sekitarnya. Lavrov menyebut tindakan AS dan sekutunya sebagai provokatif dan merusak stabilitas regional.
Dalam pernyataannya, Lavrov menambahkan bahwa Rusia dan Korea Utara memperhatikan secara serius pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai kemungkinan dilanjutkannya kontak dengan Pyongyang. Namun, ia menilai pernyataan tersebut tidak sejalan dengan aksi militer di lapangan.
Peringatan Rusia Terhadap AS dan Sekutunya
Menurut Lavrov, kerja sama militer antara Washington, Tokyo, dan Seoul bukan hanya mengganggu situasi keamanan di Semenanjung Korea, tetapi juga dapat memperburuk hubungan global yang telah tegang akibat konflik Ukraina dan sanksi terhadap Rusia.
Ia menyatakan bahwa peningkatan kekuatan militer AS di Asia Timur bertentangan dengan upaya diplomasi dan mengancam kedaulatan negara-negara yang tidak sejalan dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Kunjungan diplomatik Lavrov ke Korea Utara juga menjadi sinyal bahwa Rusia ingin memperkuat aliansinya dengan negara-negara yang dianggap terpinggirkan oleh Barat. Pyongyang pun merespons hangat lawatan tersebut dengan menyatakan kesediaan mempererat hubungan strategis.
Media Korea Utara melaporkan bahwa kedua negara sepakat untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang, termasuk militer dan pertahanan, serta memperkuat koordinasi dalam menghadapi tekanan internasional.
Lavrov juga menekankan pentingnya menjaga perdamaian di kawasan melalui jalur diplomasi, meskipun ia menganggap bahwa AS tidak menunjukkan komitmen nyata untuk berdialog dengan Korea Utara.
Dukungan Terbuka pada Ambisi Nuklir Korut
Dukungan terbuka Rusia terhadap program senjata nuklir Korea Utara merupakan perkembangan penting di tengah upaya global untuk mencegah proliferasi senjata nuklir. Hal ini dinilai dapat memperkuat posisi Pyongyang dalam negosiasi di masa depan.
Lavrov menuturkan bahwa hak Korea Utara untuk mempertahankan diri tidak boleh dikompromikan. Ia menyebut bahwa pengembangan senjata strategis Pyongyang merupakan bagian dari kebijakan pertahanan nasional negara tersebut.
Di sisi lain, pemerintah Korea Utara menyatakan apresiasinya atas dukungan Rusia dan menyebut Moskow sebagai mitra penting dalam perjuangan melawan tekanan dan sanksi dari Barat.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyampaikan bahwa kerja sama strategis dengan Rusia akan terus berkembang, khususnya dalam bidang teknologi militer dan penguatan sistem pertahanan.
Kedua negara juga menyoroti pentingnya kerja sama dalam kerangka multilateralisme dan menolak dominasi satu kutub dalam politik global. Hal ini menegaskan posisi keduanya sebagai kekuatan penyeimbang terhadap pengaruh Amerika Serikat dan sekutunya.
Lavrov menyatakan bahwa stabilitas kawasan hanya bisa dicapai jika semua pihak menghormati kedaulatan negara lain dan menahan diri dari tindakan provokatif yang memperburuk situasi keamanan.
Kunjungan ini sekaligus menjadi simbol pergeseran geopolitik di Asia Timur, di mana Rusia dan Korea Utara memperkuat hubungan strategis di tengah tekanan internasional yang semakin kompleks.
Sejauh ini belum ada tanggapan resmi dari pemerintah AS terkait pernyataan Lavrov dan peningkatan kerja sama antara Moskow dan Pyongyang.
Namun, analis memperkirakan bahwa hubungan yang semakin erat antara Rusia dan Korea Utara akan memperumit dinamika diplomasi regional dan menantang kebijakan luar negeri AS di Asia Timur.
Kunjungan Lavrov ke Pyongyang juga menandai babak baru dalam hubungan bilateral kedua negara yang sebelumnya dibatasi oleh berbagai faktor politik dan ekonomi.
Kesimpulan dari perkembangan ini menunjukkan bahwa hubungan internasional semakin bersifat multipolar, dengan Rusia dan Korea Utara menegaskan posisi mereka terhadap dominasi Barat. Aliansi ini juga menunjukkan pergeseran strategi luar negeri Moskow pasca konflik Ukraina.
ketegangan antara Rusia, Korea Utara, dan negara-negara Barat kini memasuki fase baru. Dukungan terbuka terhadap program nuklir Pyongyang bukan hanya memperlihatkan posisi strategis Rusia, tetapi juga menjadi pesan kuat bagi AS dan sekutunya. Situasi ini memerlukan perhatian global untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Ke depannya, komunitas internasional disarankan untuk memperkuat jalur diplomatik dan mendorong semua pihak, termasuk AS dan Korea Utara, untuk kembali ke meja perundingan. Penekanan terhadap pendekatan damai menjadi satu-satunya pilihan guna menjaga stabilitas kawasan.
Diperlukan pula peran aktif negara-negara netral atau organisasi internasional untuk menjembatani komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat, demi mencegah benturan kepentingan menjadi konflik terbuka. Hal ini menjadi semakin penting mengingat kompleksitas situasi yang berkembang saat ini.
Selain itu, peningkatan kerja sama strategis antara Rusia dan Korea Utara mengindikasikan bahwa pengaruh geopolitik Barat mulai menghadapi tantangan serius. Maka dari itu, strategi luar negeri negara-negara besar perlu dievaluasi kembali secara menyeluruh.
penguatan sistem diplomasi multilateral, pengurangan kegiatan militer provokatif, dan komitmen bersama terhadap keamanan global harus menjadi prioritas dalam menghadapi dinamika politik Asia Timur saat ini.(*)