Jerusalem, EKOIN.CO – Gelombang pengungsi mengalir deras dari wilayah konflik Timur Tengah pada tanggal 23 Juni 2025, menyusul meningkatnya serangan rudal dan udara antara Israel dan Iran.
Pagi ini, Iran meluncurkan rudal balistik ke kota Ashdod, memicu salah satu gelombang terparah eskalasi sejak perang dimulai 13 Juni 2025
Tak lama setelah itu, IDF membalas dengan serangan udara intensif ke Tehran, termasuk menargetkan Evin Prison dan pusat komando Garda Revolusi
Akibat dugaan jatuhnya banyak korban sipil—lebih dari 400 nyawa tewas di Iran, termasuk pengaruh besar terhadap populasi sipil—ribuan warga Iran meninggalkan ibukota dan kota besar lainnya menuju provinsi utara dan negara tetangga .
UNHCR memperingatkan eskalasi bisa memicu krisis pengungsi baru di kawasan, mengingat aliran pencari perlindungan sudah mulai melewati perbatasan
Di Israel, serangan Iran membuat sistem pertahanan udara sibuk namun beberapa rudal berhasil menembus, menyebabkan sedikitnya 27 orang terluka ringan di Tel Aviv dan sekitarnya .
Kepadatan di shelter wilayah Shapira, Tel Aviv, memicu kerusuhan kecil, termasuk perkelahian dan penggunaan semprotan merica di antara para pengungsi
Polisi setempat hingga kini telah menahan tiga orang akibat insiden tersebut dan menghimbau semua penghuni untuk tetap tertib
Jumlah pengungsi Israel yang mencari perlindungan di luar negeri melonjak—beberapa menuju Mesir—walau memicu ketegangan diplomatik setempat negara mengambil langkah evakuasi. India menjalankan “Operation Sindhu” untuk membawa pulang 110 warganya dari Iran hingga 21 Juni, dan berencana memperluas operasi ke Israel
Irlandia berhasil mengevakuasi 18 warganya dari Israel dan Iran, kata Tánaiste Simon Harris, berterima kasih atas dukungan mitra Eropa berhasil mengevakuasi 96 WNI dan satu pasangan WNI–Iran sejak 20 Juni, menggunakan jalur darat ke Azerbaijan dan selanjutnya penerbangan komersial dari Baku
Empat WNI tambahan juga dievakuasi dari Israel oleh KBRI Amman pada 23 Juni, menurut laporan Antara dan RRI
Kawasan utara Iran mencatat lonjakan pasien stres dan traumatis akibat eksodus massal akibat kekhawatiran keamanan dan serangan udara (klinik bergerak, didirikan untuk melayani mereka yang dalam perjalanan, terutama di rute menuju provinsi Mazandaran, Gilan, dan Alborz
Sementara itu, laporan menunjukkan ribuan warga Afghanistan turut terdampak—berusaha pulang ke negara asal karena konflik dan deportasi meningkat .
Mereka melintasi perbatasan Herat dengan laju 5.000 orang per hari, sebagian besar tunawisma dan memerlukan bantuan pangan, tempat tinggal, dan layanan kesehatan , namun tetap relatif stabil, lantaran negara-negara Barat belum memberi sinyal intervensi lebih lanjut .
Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat terkait keadaan, sementara Presiden Trump memberikan pernyataan mendukung “regime change” Iran dan klaim keberhasilan penghancuran situs nuklir
Tanggapan global beragam: beberapa politisi AS menentang tindakan Trump lewat jalur formal, merujuk pelanggaran konstitusional .
Sementara itu, 21 negara Arab dan Muslim secara resmi mengutuk serangan udara Israel ke Iran, menyatakan agresi “melanggar hukum internasional” pertemuan Liga Arab dan OKI yang dipimpin Menteri Luar Negeri Badr Abdelatty, menegaskan menolak agresi unilateral
Rusia dan China mendesak penurunan eskalasi, sementara Iran kemungkinan menutup Selat Hormuz sebagai langkah tekanan berikutnya .
Iran menuduh Amerika dan Israel bertindak tidak sah, sementara segera menyiapkan serangan balik—walau belum dilaksanakan secara luas .
Israel menyatakan sedang mendekati pencapaian tujuan militernya, namun bersiap untuk melanjutkan serangan jika Iran kembali membangun fasilitas nuklir
Diplomasi intensif berlangsung dengan keterlibatan negara-negara anggota NATO yang cemas akan ketegangan lebih lanjut di kawasan
Situasi pengungsi tetap genting: baik Iran dan Israel menghadapi tekanan pada fasilitas sipil, kapasitas evakuasi, dan kesiapan medis
Sebelumnya, Kompas.tv dan Al Jazeera melaporkan dialog diplomatik soal konflik pada 20–21 Juni gagal meredakan ketegangan
Meski upaya diplomasi masih berjalan, para pengungsi terus mengalami kesulitan di tengah ancaman perang terbuka dan minimnya perlindungan internasional
Perlu memperkuat koordinasi diplomatik untuk membuka akses bantuan dan jalur evakuasi aman.
Pemerintah dan NGO sebaiknya menambah fasilitas darurat di area penampungan, termasuk kesehatan mental korban.
Proteksi internasional terhadap pengungsi harus ditingkatkan, terutama di negara transit seperti Azerbaijan.
Negara asal perlu komunikasi intensif, memastikan warga terdampak pulang dengan aman.
Keselamatan wilayah sipil dan penghentian serangan harus menjadi prioritas bersama guna mencegah derita lebih lanjut. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v