Solo EKOIN.CO – Presiden terpilih Prabowo Subianto menyoroti fenomena pesimisme yang menurutnya sengaja disebarkan melalui media sosial oleh pihak-pihak tertentu dengan membayar sejumlah pakar. Dalam pidatonya di Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang berlangsung di Edutorium, Solo, Jawa Tengah, pada Minggu, 20 Juli 2025, Prabowo menyampaikan keprihatinannya terhadap tren penggunaan teknologi digital untuk menyebarkan narasi negatif terhadap bangsa.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Menurut Prabowo, media sosial telah digunakan sebagai alat oleh kelompok tertentu untuk menyebarkan rasa putus asa dan merusak semangat kebangsaan. Ia menyebut bahwa terdapat upaya sistematis yang melibatkan penggunaan teknologi, uang, serta keterlibatan para pakar untuk menghidupkan narasi pesimisme.
“Memang ada usaha tadi menggunakan teknologi, menggunakan uang menggunakan sosmed membayar pakar-pakar, nyinyir, menghidupkan pesimisme,” ujar Prabowo saat menyampaikan pidatonya di hadapan para kader PSI.
Dalam kesempatan tersebut, Prabowo juga menunjukkan rasa herannya atas keberadaan kelompok yang justru memanfaatkan status mereka sebagai tokoh publik namun justru menyebarkan pesimisme di ruang publik.
“Saya geleng-geleng kepala ada orang-orang yang berperan sebagai orang pintar, berperan sebagai pemimpin, tapi yang disebarkan adalah pesimisme,” tuturnya.
Prabowo Sebut Ada Rekayasa dan Pembiayaan
Presiden Prabowo juga mengungkapkan adanya dugaan rekayasa dalam kemunculan berbagai tagar negatif di media sosial. Ia mencontohkan tagar seperti “Indonesia Gelap” hingga “Kabur Aja Dulu” yang kerap muncul dan menyebar luas di berbagai platform digital.
Menurutnya, tagar-tagar tersebut tidak muncul secara alami, melainkan hasil dari suatu desain naratif yang sengaja dibangun untuk menciptakan persepsi buruk terhadap kondisi dalam negeri.
“Dan ternyata memang ini adalah rekayasa ini dibuat-buat ini dibayar. Oleh siapa? Oleh mereka-mereka yang ingin Indonesia selalu gaduh, Indonesia selalu miskin,” ujar Prabowo.
Ia menambahkan bahwa pihak-pihak yang berada di balik penyebaran narasi pesimis ini tidak lain adalah kelompok yang tidak menginginkan kemajuan Indonesia. Bahkan, Prabowo menyebut bahwa terdapat kaitan antara kelompok tersebut dengan para koruptor.
“Ya koruptor-koruptor itu yang biayai demo-demo itu. Indonesia gelap, Indonesia gelap,” katanya.
Prabowo juga menyampaikan pernyataan tegasnya bahwa narasi yang menyebut Indonesia suram adalah bentuk penyesatan. Ia menegaskan keyakinannya bahwa masa depan Indonesia justru penuh harapan dan potensi besar.
Optimisme terhadap Masa Depan Indonesia
Dalam pidatonya, Prabowo menyampaikan optimismenya terhadap prospek ekonomi dan pembangunan nasional. Ia mengklaim bahwa kekayaan Indonesia sangat luar biasa dan hanya perlu dikelola secara baik sesuai dengan konstitusi.
“Indonesia cerah, masa depan Indonesia cerah, masa depan Indonesia cerah saya sudah lihat angka-angkanya kekayaan kita luar biasa,” kata Prabowo.
Ia juga menekankan pentingnya keberanian untuk menjalankan perintah Undang-Undang Dasar sebagai kunci dalam mengelola sumber daya nasional. Dengan demikian, Indonesia diyakini akan mampu keluar dari berbagai krisis dan tantangan.
“Yang penting tinggal kita bisa mengelola atau tidak, tinggal kita berani atau tidak menjalankan perintah Undang-Undang Dasar,” lanjutnya.
Pidato Prabowo tersebut disampaikan di hadapan peserta Kongres PSI yang hadir di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta. Acara ini menjadi salah satu momentum penting bagi PSI dalam menyatakan dukungan politiknya terhadap pemerintahan mendatang.
Kongres tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting partai dan tamu undangan dari berbagai kalangan. Prabowo tampil sebagai tokoh sentral dengan pidato yang membahas persoalan nasional dan arah pembangunan masa depan.
Sambutan terhadap pidato Prabowo bervariasi, baik di media sosial maupun kalangan elite politik. Sebagian menilai pernyataan Prabowo sebagai bentuk kewaspadaan terhadap ancaman disinformasi, namun ada pula yang mempertanyakan narasi soal pembiayaan pakar.
Meski demikian, pernyataan Prabowo menggarisbawahi pentingnya menjaga ruang digital dari penyebaran hoaks dan pesan-pesan yang merusak semangat nasionalisme, terutama menjelang peralihan kekuasaan.
Fenomena penyebaran tagar negatif seperti “Indonesia Gelap” memang kerap menjadi sorotan di media sosial. Sejumlah analis media sebelumnya telah mencatat adanya tren meningkatnya narasi pesimistik di masa transisi politik.
Tudingan terhadap keterlibatan pakar bayaran dalam menyebarkan pesimisme menjadi isu yang cukup sensitif. Tidak sedikit pihak yang menunggu klarifikasi atau bukti lebih lanjut dari pihak pemerintah.
Pernyataan Prabowo ini sekaligus mengisyaratkan bahwa pemerintahan mendatang berpotensi memperketat pengawasan terhadap konten digital yang dianggap mengganggu stabilitas sosial dan politik.
Isu ini juga memunculkan kembali diskusi soal batas antara kritik dan kampanye negatif. Publik pun diimbau untuk lebih cermat dalam menyaring informasi yang beredar luas di media sosial.
Mengingat dampak yang bisa ditimbulkan dari penyebaran pesimisme secara luas, sejumlah lembaga kebijakan publik menyarankan peningkatan literasi digital di berbagai lapisan masyarakat.
Sebagai pidato Presiden Prabowo di Solo menandai langkah awal untuk memperkuat narasi positif mengenai masa depan Indonesia, sekaligus menjadi seruan untuk menghindari manipulasi informasi.
Masyarakat perlu diberikan pemahaman menyeluruh mengenai pentingnya menjaga semangat optimisme nasional. Informasi yang beredar di media sosial harus disikapi dengan bijak dan tidak langsung dipercaya tanpa verifikasi.
Tuduhan mengenai pakar bayaran yang menyebar pesimisme menyoroti tantangan baru dalam tata kelola ruang digital. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk membuktikan integritas dan keterbukaan informasi.
Langkah-langkah ke depan sebaiknya mencakup penguatan edukasi publik, serta penciptaan media yang sehat dan konstruktif dalam mendukung pembangunan. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem informasi yang jujur dan bertanggung jawab.
Pemerintahan Prabowo ke depan diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan tersebut dengan kebijakan yang adil, transparan, dan mengutamakan kepentingan rakyat secara menyeluruh. (*)