BEIJING EKOIN.CO – China baru saja membuat gebrakan besar dalam dunia energi dengan mengumumkan penemuan cadangan thorium dalam jumlah yang sangat signifikan. Informasi tersebut dirilis pada pertengahan Juli 2025 dan langsung mengguncang wacana energi global. Thorium disebut-sebut sebagai bahan bakar nuklir alternatif yang tidak hanya efisien, tetapi juga lebih aman dan berkelanjutan daripada uranium.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Cadangan thorium ini diyakini mampu menyediakan energi selama 60.000 tahun ke depan jika dikembangkan dengan teknologi reaktor garam cair. Keunggulan thorium yang lebih melimpah dan tidak mudah meleleh menjadikannya bahan bakar masa depan. Temuan ini menjadi sorotan karena menyuguhkan alternatif konkret menuju transisi energi global yang ramah lingkungan.
Penemuan tersebut diumumkan oleh otoritas energi China yang tengah mengembangkan proyek reaktor garam cair generasi baru. Mereka menyebut bahwa proyek ini telah memasuki tahap eksperimen lanjutan dan akan diuji di gurun Gobi. Teknologi ini memungkinkan thorium dicampur dalam garam cair untuk menghasilkan reaksi nuklir yang lebih stabil dan minim risiko kecelakaan.
Menurut laporan yang dikutip dari South China Morning Post, reaktor garam cair dapat menghindari risiko ledakan besar karena tekanan operasi yang jauh lebih rendah dibanding reaktor konvensional. Teknologi ini dinilai cocok untuk penggunaan jangka panjang karena mampu menghasilkan limbah radioaktif yang lebih sedikit.
Thorium sendiri merupakan unsur radioaktif yang secara alami lebih melimpah di kerak bumi dibanding uranium. Dengan efisiensi yang tinggi dalam menghasilkan energi, thorium menjadi pilihan menarik di tengah krisis energi global. Selain itu, karena lebih stabil secara reaksi, thorium dinilai lebih aman untuk digunakan dalam pembangkit listrik tenaga nuklir.
Sejumlah negara saat ini mulai menaruh perhatian pada pengembangan thorium sebagai alternatif masa depan. Selain China, India juga diketahui tengah mengembangkan teknologi serupa. Namun, dominasi China dalam cadangan serta teknologi reaktor garam cair memberi keunggulan strategis tersendiri di panggung global.
Sementara itu, sorotan juga mengarah pada Indonesia yang ternyata memiliki potensi besar dalam cadangan thorium. Menurut data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tahun 2022, Indonesia menyimpan sekitar 150 ribu ton thorium dan 90 ribu ton uranium. Sumber daya ini tersebar di sejumlah wilayah seperti Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Yang paling menonjol adalah wilayah Sumatra yang tercatat menyimpan lebih dari 126 ribu ton thorium. Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi cadangan thorium terbesar di dunia. Potensi ini membuka peluang besar untuk pengembangan energi nuklir non-konvensional.
Namun, pengembangan thorium di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan mendasar. Salah satunya adalah keterbatasan infrastruktur teknologi nuklir mutakhir seperti reaktor garam cair. Indonesia juga masih memerlukan regulasi yang mendukung serta pendanaan yang memadai untuk riset dan pengembangan.
Dalam keterangannya, BRIN menyebut bahwa pemanfaatan thorium membutuhkan kesiapan yang kompleks, mulai dari teknologi, kebijakan energi nasional, hingga dukungan publik. Tanpa itu, potensi besar thorium akan sulit direalisasikan dalam waktu dekat.
Meski begitu, para pakar energi menyatakan bahwa investasi dalam pengembangan thorium akan sangat strategis dalam jangka panjang. Selain mengurangi ketergantungan pada energi fosil, penggunaan thorium dinilai lebih minim limbah dan risiko dibandingkan dengan uranium yang saat ini masih mendominasi reaktor nuklir.
Beberapa pengamat menilai bahwa kolaborasi internasional bisa menjadi kunci percepatan pemanfaatan thorium di Indonesia. Misalnya, menjalin kerja sama teknologi dengan China atau India yang sudah lebih maju dalam pengembangan reaktor garam cair.
Di sisi lain, isu keamanan dan keselamatan nuklir masih menjadi perhatian publik. Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat serta transparansi kebijakan sangat penting dalam mendukung pembangunan energi nuklir berbasis thorium.
Pemerintah Indonesia sejauh ini telah menyatakan minat dalam menjajaki sumber energi alternatif, termasuk nuklir. Namun, belum ada kebijakan khusus yang mengatur secara rinci tentang pengembangan thorium sebagai sumber utama energi nuklir nasional.
Sejumlah lembaga riset mendorong agar Indonesia segera menyusun peta jalan pengembangan thorium. Langkah ini dinilai penting untuk menghadapi tantangan masa depan, terutama dalam memenuhi kebutuhan energi nasional yang terus meningkat.
Para ahli menyarankan agar langkah awal yang bisa diambil adalah penguatan riset dan investasi teknologi, pelatihan tenaga ahli, serta peningkatan kerja sama internasional di bidang nuklir. Hal ini bertujuan agar Indonesia tidak hanya menjadi pemilik cadangan, tetapi juga pengguna aktif energi thorium.
Dari sisi lingkungan, penggunaan thorium dinilai lebih ramah karena mengurangi limbah radioaktif dan tidak menghasilkan gas rumah kaca. Ini sejalan dengan target global dalam menurunkan emisi karbon serta menuju pembangunan berkelanjutan.
Dengan potensi cadangan thorium yang besar dan dorongan global terhadap transisi energi bersih, Indonesia dihadapkan pada peluang yang tak boleh diabaikan. Namun tanpa strategi dan komitmen serius, sumber daya tersebut bisa kembali menjadi potensi yang terlewatkan.
Pemerintah juga perlu menggandeng sektor swasta dan lembaga pendidikan tinggi dalam menciptakan ekosistem teknologi nuklir berbasis thorium. Dengan sinergi yang kuat, pengembangan thorium dapat lebih cepat diimplementasikan secara nyata.
China telah membuktikan bahwa energi masa depan bisa dimulai dengan keberanian berinvestasi dan riset. Indonesia pun memiliki peluang besar untuk mengikuti jejak ini, asalkan ada keinginan kuat dari seluruh pemangku kepentingan. Potensi besar ini akan sia-sia jika tidak diiringi tindakan nyata dan keberanian memulai transformasi.
Langkah awal bisa dimulai dari pembangunan pusat riset thorium nasional yang fokus pada teknologi reaktor dan sistem pendukungnya. Pusat riset ini dapat menjadi tulang punggung pengembangan energi nuklir alternatif di dalam negeri, sekaligus membuka peluang kerja sama regional.
Selain itu, kebijakan energi nasional perlu diarahkan untuk memberi ruang pada pengembangan thorium sebagai bagian dari bauran energi. Keterlibatan aktif pemerintah daerah juga penting karena lokasi-lokasi cadangan tersebar di banyak wilayah yang memerlukan pendekatan lokal.
Penting juga untuk memastikan partisipasi masyarakat melalui edukasi yang menyeluruh mengenai manfaat dan keamanan thorium. Dengan begitu, penerimaan publik terhadap energi nuklir akan lebih kuat dan konstruktif.
Masa depan energi Indonesia sangat mungkin ditentukan oleh bagaimana negeri ini memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Jika dikelola dengan benar, thorium bisa menjadi senjata utama menuju kedaulatan energi dan pengurangan emisi global yang lebih signifikan. (*)