Jakarta, EKOIN.CO – Pemerintah melalui Pertamina dan swasta resmi menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi di seluruh SPBU mulai Rabu, 18 Juni 2025. Penyesuaian ini diumumkan secara serentak dan berlaku efektif sejak hari tersebut, sebagai respons terhadap dinamika harga minyak global dan kebutuhan masyarakat .
Penurunan harga BBM non-subsidi di SPBU Pertamina
- Pertamax turun dari sebelumnya Rp 12.500 menjadi Rp 12.100 per liter.
- Pertamax Turbo mengalami penyesuaian signifikan dari Rp 13.800 menjadi Rp 13.250 per liter. Ini merupakan penurunan terbesar di antara jenis BBM yang disalurkan Pertamina
Penyesuaian harga di SPBU Shell
- Shell Super kini dihargai Rp 12.370 per liter, turun dari Rp 12.730.
- Shell V‑Power mengalami penurunan dari Rp 14.060 menjadi Rp 13.600 per liter .
Dampak pada BBM perusahaan swasta
- Di SPBU swasta seperti Vivo dan BP, penurunan juga tercatat. Namun durasi dan besaran berbeda, mengikut kondisi pasar masing-masing operator .
Reaksi dari Pertamina dan Swasta
Pernyataan resmi Pertamina
Dalam keterangan resmi yang disampaikan melalui situs CNBC Indonesia, PT Pertamina menegaskan bahwa penyesuaian harga Pertamax dan Pertamax Turbo dilakukan agar sesuai kondisi pasar saat ini.
Komentar Shell
Shell melalui laman resminya menyampaikan dukungan atas kebijakan ini untuk memperingan beban konsumen. “Kami senantiasa menyesuaikan harga agar tetap kompetitif,” ungkap pihak Shell .
Waktu dan ruang kejadian
Penyesuaian harga BBM ini diumumkan tanggal 18 Juni 2025 dan diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia. Setiap SPBU berada di bawah pengawasan pusat, dan mulai menjual BBM dengan tarif baru pada pukul 00.00 WIB tanggal tersebut.
Respon masyarakat pengguna BBM
Para pengendara menyambut baik penurunan ini. Seorang sopir ojol di Jakarta mengungkapkan bahwa biaya operasional harian terasa lebih ringan. Sejauh ini, belum ada laporan signifikan mengenai antrean panjang atau kekosongan pasokan.
Tren harga di daerah perkotaan besar
Menurut data Oto.com, pada 21 Juni 2025 harga Pertamax Turbo di Jakarta Selatan tercatat Rp 13.300 per liter, sedikit berbeda dari data di SPBU Jakarta umum karena variasi daerah Hal tersebut menegaskan bahwa meski harga acuan ditetapkan nasional, praktek lokal dapat menunjukkan perbedaan tipis.
Pengaruh harga minyak dunia
Penurunan ini turut dipicu oleh penurunan harga minyak mentah global. Faktor geopolitik dan penurunan permintaan menjadi katalis utama. Namun Pertamina dan swasta setiap bulan bersikap adaptif dengan meninjau ulang harga jual BBM.
Catatan regulator dalam penentuan harga
Kementerian ESDM bersama Pertamina menetapkan harga acuan setiap awal bulan. Jika terjadi perubahan signifikan pada komponen pembentuk harga, revisi dilakukan dan disampaikan segera kepada publik.
Kaji ulang subsidi dan non-subsidi
Kebijakan ini kembali membuka diskusi seputar skema subsidi. Balancing antara menjaga daya beli masyarakat dan menjaga keberlanjutan keuangan negara terus dipantau.
Implikasi terhadap inflasi
Harga BBM menjadi komponen utama dalam penghitungan inflasi. Penurunan BBM non-subsidi diperkirakan akan meredam tekanan inflasi bulan Juni dan Juli 2025, meski kontribusi sektor transportasi tetap meningkat.
Tantangan distribusi
Meski harga turun, tantangan tetap ada: memastikan stok cukup hingga akhir bulan dan memperlancar distribusi di wilayah perbatasan serta daerah terpencil. Pertamina memastikan cadangan mencukupi.
Monitoring harga oleh konsumen
Masyarakat diimbau mengikuti update melalui kanal resmi. Ada aplikasi MyPertamina serta website seperti Oto.com yang menyediakan data harga BBM harian di masing‑masing wilayah
Mendorong efisiensi energi
Penurunan harga ini juga menjadi momentum edukasi efisiensi energi. Pemerintah dan pihak swasta dituntut aktif mengampanyekan penggunaan BBM ber-RON tinggi secara bijak, sesuai kebutuhan kendaraan.
Prospek ke depan
Analisis di sektor energi memprediksi bahwa tren fluktuatif akan terus berlangsung. Namun komitmen penyesuaian harga tetap menjadi mekanisme stabilisasi jangka pendek.
Kesimpulan dan Saran
Penurunan harga BBM non-subsidi pada 18 Juni 2025 memberikan ruang bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk meringankan biaya operasional.
Masyarakat dianjurkan memantau harga harian melalui aplikasi dan tetap berhati-hati terhadap variasi di lapangan, khususnya di daerah-daerah tertentu.
Pelaku usaha transportasi dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengoptimalkan efisiensi bahan bakar, misalnya melalui jadwal perjalanan yang lebih cermat dan penggunaan kendaraan berperforma tinggi.
Pemerintah dan penyalur BBM perlu memastikan distribusi merata agar daerah terpencil tidak mengalami keterlambatan penyesuaian atau kekosongan pasokan.
Stabilisasi harga ini juga sebaiknya diimbangi dengan edukasi efisiensi energi untuk menjaga kesinambungan dan keseimbangan ekonomi nasional. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v