Washington EKOIN.CO – Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah mengerahkan senjata nuklir modern ke beberapa pangkalan militer Eropa di bawah program nuklir NATO. Langkah ini dinilai meningkatkan ketegangan antara blok Barat dan Rusia, seiring dengan upaya modernisasi persenjataan nuklir AS dan deklarasi kebijakan nuklir Rusia yang makin tegas
Menurut Administrator Badan Keamanan Nuklir Nasional AS, Jill Hruby, pengerahan bom gravitasi B61-12 telah rampung pada awal 2025. Bom ini menggantikan hulu ledak B61 terdahulu dan telah ditempatkan di pangkalan-pangkalan strategis Eropa
Di sisi lain, ICAN (Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir) menyebut sekitar 150 hulu ledak nuklir AS kini tersebar di pangkalan udara di Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Turki
Modernisasi itu diduga dilakukan tanpa pemberitahuan luas kepada publik, namun mempertegas komitmen AS terhadap skema pembagian nuklir NATO. Alistair Burnett, kepala media ICAN, mencatat bahwa upgrade tersebut sedang berjalan meski tidak dipublikasikan secara resmi
Signifikansi Modernisasi B61-12 bagi Keamanan NATO
Program Perpanjangan Masa Pakai B61-12 dimulai sejak 2008 dan kini memperpanjang umur bom nuklir tersebut hingga setidaknya 20 tahun ke depan
Bom ini merupakan bagian dari peningkatan kemampuan nuklir NATO dan keselamatan penerbang yang ditugaskan membawa bom tersebut. Sebagai bom gravitasi, B61-12 dirancang untuk lebih presisi dan efektif.
Kehadiran bom modern ini dipandang sebagai sinyal kesiapan NATO dalam menjaga deterensi terhadap ancaman eksternal. Namun, hal ini juga memancing kritik dari kelompok anti-nuklir karena dianggap meningkatkan risiko eskalasi militer di Eropa.
Respons dari Rusia dan Eropa
Rusia merespon pengerahan ini sebagai ancaman terhadap stabilitas regional. Pejabat Kremlin memperingatkan bahwa penempatan nuklir asing di Eropa akan membuat pangkalan-pangkalan tersebut menjadi target utama
Negara-negara Eropa pun menghadapi tantangan sulit terkait kebergantungan terhadap payung nuklir AS. Europolitik mencerminkan dilema antara perlindungan strategis dan risiko provokasi militer
Di Athena, misalnya, pemerintahan Prancis mempertimbangkan memperluas payung nuklirnya sebagai upaya mandiri, namun hal tersebut menemui hambatan politik dan teknis
Modernisasi dan penyebaran ini juga dinilai bagian dari penguatan sistem pencegah nuklir bersama sekutu-sekutu AS di Eropa. Menurut data FAS, AS memiliki ribuan hulu ledak aktif, sehingga kebijakan ini menjadi langkah konsolidasi kekuatan nuklir jangka panjang
Eropa pun makin bersiap menghadapi kemungkinan eskalasi. Finlandia, Swedia, dan Norwegia sudah mengedukasi warga terkait persiapan krisis nusantara, termasuk mekanisme perlindungan sipil, sebagai respons terhadap ketidakpastian keamanan nuklir
Penempatan dan modernisasi hulu ledak nuklir AS di Eropa menegaskan kembali kompleksitas situasi geopolitik antara NATO dan Rusia, serta menyoroti pentingnya transparansi dan dialog strategis untuk mempertahankan stabilitas regional.
Dianjurkan agar negara-negara Eropa dan AS meningkatkan komunikasi diplomatik dengan Rusia guna meredakan ketegangan dan menghindari eskalasi militer yang dapat memicu konfrontasi nuklir.
Kelompok masyarakat sipil dan LSM penghapus senjata nuklir perlu diberikan platform lebih besar untuk mengadvokasi langkah-langkah penurunan ketegangan dan pemangkasan armamentarium nuklir, selaras dengan perjanjian internasional.
Lebih lanjut, penting bagi pemerintahan di Eropa untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga sipil tanpa menimbulkan panik, lewat edukasi, latihan, dan mekanisme respons cepat jika terjadi gangguan keamanan.
Langkah lanjutan yang dapat dipertimbangkan adalah pelibatan pihak ketiga independen, seperti ICAN atau ICRC, untuk memfasilitasi dialog transparan mengenai regulasi dan pengawasan senjata nuklir lintas batas.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v