Jakarta, EKOIN.CO – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq, melaksanakan kunjungan kerja ke Provinsi Jawa Barat pada pekan kedua Juni 2025. Tiga lokasi strategis menjadi fokus tinjauannya: Kilang Pertamina Balongan di Indramayu, Taman Kehati Indramayu, dan TPA Kopi Luhur di Cirebon.
Di Kilang Balongan, Menteri Hanif meninjau langsung kesiapan fasilitas tersebut dalam memproduksi bahan bakar rendah sulfur setara Euro IV. Bahan bakar ini diyakini dapat menekan emisi kendaraan bermotor yang selama ini menjadi penyumbang utama polusi udara.
Tidak sekadar meninjau, Menteri Hanif mengungkapkan telah mengirim surat resmi kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Keuangan, serta Direktur Utama PT Pertamina. Tujuannya agar distribusi bahan bakar rendah sulfur secara nasional ditargetkan minimal 24% untuk bensin dan 10% untuk solar sebelum akhir tahun.
“Efisiensi tidak boleh mengorbankan kesehatan masyarakat. Kami meminta langkah konkret segera dilakukan,” ujar Menteri Hanif saat berada di area kilang. Langkah ini dinilai penting dalam menghadapi persoalan kualitas udara di wilayah urban.
Selanjutnya, rombongan kunjungan bergerak ke Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Indramayu. Area konservasi ini merepresentasikan ekosistem rawa khas Pantura dengan keanekaragaman hayati tinggi dan potensi edukasi lingkungan.
Pelestarian dan Edukasi Lingkungan
Di lokasi ini, Menteri Hanif menanam pohon mahoni, jenis tanaman yang dikenal mampu menyerap polusi dan menghasilkan oksigen dalam jumlah besar. Ia juga berinteraksi langsung dengan fauna lokal, termasuk rusa jawa yang menjadi simbol konservasi kawasan tersebut.
Menteri Hanif turut memberi nama pada seekor anak rusa yang baru lahir dengan nama “Lucky,” seraya meminta izin kepada Bupati Indramayu sebelumnya. Keakraban suasana menjadi momen penting dalam kunjungan tersebut.
“Ruang hijau bukan hanya penghias kota, melainkan solusi nyata untuk mengurangi dampak polusi udara dan menjaga keseimbangan lingkungan,” jelas Menteri Hanif kepada media.
Namun, kondisi yang sangat berbeda ditemukan di titik terakhir, yakni Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kopi Luhur di Cirebon. Sistem open dumping masih digunakan, sementara instalasi pengolahan air lindi dalam keadaan rusak.
Bau menyengat dan pemandangan gunungan sampah mencolok menyelimuti kawasan tersebut. Nama “Kopi Luhur” dinilai tidak mencerminkan kondisi aktual lokasi yang jauh dari kesan nyaman dan sehat.
Peringatan Keras dan Tenggat Waktu
Dalam arahannya di lokasi, Menteri Hanif menyampaikan bahwa TPA Kopi Luhur telah mendapatkan sanksi administratif. Tenggat waktu selama enam bulan diberikan untuk melakukan pembenahan dan penutupan area yang tidak sesuai standar.
“Jika tidak ada tindakan nyata dalam waktu tersebut, sanksi pidana akan diberlakukan. Pemerintah daerah juga diperintahkan untuk segera melakukan capping atau penutupan lahan terbuka dan beralih ke sistem sanitary landfill,” pungkas Menteri Hanif.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya pendekatan 3R (reduce, reuse, recycle) yang dimulai dari tingkat rumah tangga. Menurutnya, perilaku masyarakat sangat memengaruhi keberhasilan pengelolaan limbah.
Turut hadir dalam kunjungan tersebut, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, menyampaikan urgensi perubahan pola pikir dalam menangani sampah. Ia menegaskan bahwa pengelolaan tidak bisa bergantung sepenuhnya pada TPA.
“Biaya penanganan sampah akan jauh lebih tinggi jika tidak ada pemilahan sejak awal,” ucapnya di hadapan peserta kunjungan.
Integrasi dan Aksi Kolektif
Melalui seluruh rangkaian kunjungan tersebut, Menteri Hanif menunjukkan bahwa isu lingkungan tidak bisa ditangani secara terpisah. Energi bersih, pelestarian ruang terbuka hijau, dan pengolahan limbah harus menjadi satu sistem terintegrasi.
Ia menekankan pentingnya peran pemerintah, sektor industri, dan masyarakat dalam mendorong perubahan nyata. Menurutnya, aksi kecil seperti memilih bahan bakar rendah emisi atau mengurangi plastik sekali pakai akan berdampak luas dalam jangka panjang.
“Langit biru adalah hak semua warga, bukan kemewahan,” ujar Menteri Hanif. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan bumi demi generasi mendatang.
Kunjungan Menteri Hanif Faisol Nurofiq di Jawa Barat menyoroti pentingnya penanganan polusi dan pengelolaan sampah secara menyeluruh. Ia menunjukkan langkah konkret dari sektor energi bersih hingga konservasi ruang hijau.
Temuan buruk di TPA Kopi Luhur menjadi alarm keras atas sistem pengelolaan limbah yang tidak layak. Instruksi tegas diberikan agar pemerintah daerah segera memperbaiki kondisi tersebut demi menghindari sanksi lebih berat.
Partisipasi semua pihak, terutama masyarakat, menjadi kunci utama keberhasilan kebijakan lingkungan. Dengan sinergi kolektif, masa depan langit biru dan lingkungan sehat bukan sekadar mimpi.(*)