Canada, EKOIN.CO – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto batal menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 ke-51 di Kananaskis, Alberta, Kanada pada 17 Juni 2025, meskipun sebelumnya telah menerima undangan resmi sebagai tamu kehormatan. Keputusan tersebut diambil karena berbarengan dengan agenda kunjungan kenegaraan ke Singapura dan Rusia.
Undangan resmi dan penerimaan
Kementerian Luar Negeri RI, melalui Jubir Rolliansyah Soemirat, menyatakan undangan dari Perdana Menteri Kanada Mark Carney menunjukkan pengakuan bagi posisi strategis Indonesia di pentas global
Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya juga memastikan Prabowo secara formal telah menerima undangan tersebut dan bahkan dihubungi langsung lewat telepon oleh PM Carney pada 6 Juni 2025
Penjadwalan ulang akibat agenda luar negeri
Menurut Rolliansyah, Prabowo terpaksa memilih karena sudah mengatur kunjungan ke Singapura pada 16 Juni 2025, dilanjutkan ke Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg di Rusia pada 18–20 Juni 2025, di mana dia akan bertemu Presiden Vladimir Putin dan menandatangani berbagai perjanjian kerja sama .
Reaksi diplomatik
Juru Bicara Kemlu menekankan bahwa ketidakhadiran tidak mengurangi dukungan Indonesia terhadap G7. Prabowo disebut telah menyampaikan apresiasi dan dukungan secara langsung kepada PM Carney melalui panggilan telepon beberapa hari sebelum acara
Pandangan pengamat terkait keputusan
Pengamat hubungan internasional Teuku Rezasyah menilai keputusan itu sebagai strategi untuk memperkuat kemitraan jangka panjang dengan Rusia, khususnya dalam kerangka Comprehensive Strategic Partnership dan hubungan dengan negara-negara anggota SCO
Pertimbangan ekonomi dan geopolitik
Forum St. Petersburg di Rusia dibidik sebagai momentum untuk menjajaki peluang di sektor transportasi, teknologi, ekonomi kreatif, dan pendidikan tinggi, dengan tujuan memperluas pengaruh diplomatik Indonesia di Eurasia
Konsistensi dalam politik luar negeri bebas aktif
Analisis dari Kompas menyatakan Prabowo sempat mempertimbangkan hadir di G7 karena dapat memperkuat citra RI sebagai penyeimbang global dan mendukung kerja sama ekonomi, energi hijau, serta rantai pasokan
Respons domestik
Domestik menyoroti bahwa ketidakhadiran Prabowo di forum G7 belum dibahas di DPR. Komisi I DPR menyebut keputusan tersebut dapat dijadikan representasi posisi strategis Indonesia, sepanjang diimbangi dengan diplomasi aktif di forum lain .
Dimensi kerjasama bilateral
Rencana kunjungan ke Singapura juga menjadi fokus, karena agenda bilateral retreat antara Prabowo dan PM Lawrence Wong dianggap krusial untuk memperdalam hubungan ekonomi dan keamanan regional Indo-Pasifik .
Sinyal geopolitik ke Kanada
Meski absen, undangan tetap direspon positif. Rolliansyah menyatakan Indonesia mendorong kerja sama G7 dengan negara non-anggota dalam menangani tantangan global seperti perubahan iklim, kestabilan pangan, dan energi
Agenda di Rusia dan potensi dampaknya
Di St. Petersburg, Prabowo akan menyampaikan pidato resmi bersama Putin. Juga direncanakan penandatanganan nota kesepahaman dalam pembangunan kapal, transportasi, teknologi, dan pendidikan, yang diharapkan mendorong investasi dan proyek strategi di Rusia .
Dinamika hubungan AS-Indonesia
Telepon antara Prabowo dan Trump juga terjadi sebelum rangkaian kunjungan ini. Diskusi seputar perjanjian bilateral dan tarif impor mendapat tempat, mengingat bea tinggi AS terhadap produk Indonesia mencapai 32%
Perhatikan tekanan tarif AS
Kedekatan dengan Rusia dinilai pengamat sebagai upaya Indonesia meredam dampak ekonomi akibat kebijakan tarif Trump dan memperkuat kerjasama regional alternatif .
Diplomasi segitiga
Langkah simultan ke Singapura dan Rusia dijadikan strategi diplomasi segitiga: keseimbangan antara mitra Barat, regional, dan kekuatan global lainnya. Ini memungkinkan RI mengukuhkan posisi lewat kerja sama yang lebih seimbang.
Persepsi global
Pengamat mengatakan absen dari forum multilateral seperti G7 memberi sinyal lanjutan bahwa Indonesia tidak berpihak, sekaligus mempertegas pilihan diplomasi bebas aktif melalui forum alternatif seperti SCO dan BRICS.
Tantangan komunikasi publik
Meski alasan jadwal jelas, komunikasi publik harus menjaga kesan bahwa ketidakhadiran bukan penolakan, melainkan pengutamaan strategi diplomasi yang lebih menguntungkan nasional.
Keseriusan diplomasi alternatif
Kunjungan ke Rusia disambut undangan langsung dari Putin dan Kemenlu menyebut ini bagian penting memperkuat komitmen Indonesia terhadap kemitraan strategis bilateral.
Penghargaan PM Kanada
Meskipun tidak hadir, PM Carney menyampaikan apresiasi terhadap kepemimpinan Prabowo dan berharap Indonesia terus berperan dalam kestabilan global.
Perbandingan respon negara lain
Beberapa undangan lain ke negara nonanggota seperti MBS dan Lula menunjukkan absensi bukan hal langka, tapi keputusan Indonesia tetap dikawal agar tidak menimbulkan kesan eksklusif
Gelombang perdebatan di DPR dan media lokal mencerminkan bahwa publik menaruh perhatian tinggi terhadap implikasi absen di forum tingkat tinggi seperti G7.
Pilihan Prabowo mengikuti Singapura dan Rusia mencerminkan strategi diplomasi yang matang dan berparalel, memaksimalkan manfaat tanpa meninggalkan komitmen internasional.
Masyarakat perlu memantau hasil praktik kerja sama di Rusia, apakah berdampak nyata bagi penguatan ekonomi dan teknologi nasional.
Pemerintah sebaiknya memastikan komunikasi publik yang transparan agar rakyat memahami alasan absennya di forum G7.
Ruang dialog antar-kementerian dan legislatif penting untuk mengawasi efektivitas diplomasi paralel tersebut.
Selanjutnya, Indonesia perlu meningkatkan partisipasi aktif di forum G7 melalui delegasi tinggi atau perwakilan resmi, memastikan suara bangsa tetap terdengar.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v