Los Angeles, EKOIN.CO – Kerusuhan pecah di pusat kota Los Angeles sejak Jumat, 6 Juni 2025 akibat rentetan penangkapan oleh Badan Imigran.
Kericuhan bermula ketika ICE melakukan razia di beberapa lokasi di distrik Fashion dan Home Depot Westlake. Sebanyak 44 orang ditangkap pada hari pertama, mengundang protes keras.
Pada malam yang sama, polisi melarang kerumunan di persimpangan Alameda dan Temple dan menggunakan gas air mata serta granat kejut untuk membubarkan.
Sabtu pagi, 7 Juni, razia meluas ke Home Depot di Paramount, memicu bentrokan baru. Polisi menggunakan gas air mata.
Malam harinya, ratusan demonstran memblokade Highway 101 dan membakar mobil Waymo.
Presiden Trump mengerahkan 2.000 anggota Garda Nasional tanpa persetujuan Gubernur Newsom, serta memindahkan 700 Marinir.
Demonstrasi terus merebak Minggu, 8 Juni, hingga Compton dan Paramount, dengan pembakaran limbawi dan orang memblokade jalan raya.
Gedung Metropolitan Detention Center menjadi titik konsentrasi protes dengan polisi memakai peluru karet, gas air mata, dan flash bang.
Pada Senin, 9 Juni, toko Apple, Adidas, dan museum Little Tokyo mengalami perusakan dan plundering. Polisi menangkap setidaknya 14 orang karena mencuri dan 96 lainnya karena menolak bubar.
Malam itu juga, gubernur California, Gavin Newsom, menggugat pemerintah federal atas penggunaan kekuatan militer. Dia menyebut intervensi tersebut berlebihan.
Menyusul, Walikota Karen Bass mengumumkan masa darurat lokal dan memberlakukan jam malam tiap pukul 20.00‑06.00 PDT di kawasan pusat kota.
Selasa malam, 10 Juni, polisi menangkap 203 orang karena tak membubarkan diri dan 17 lainnya karena melanggar jam malam.
Secara keseluruhan sejak razia awal, lebih dari 400 orang telah ditahan.
National Guard dan Marinir terlihat mendukung petugas ICE dalam operasi, termasuk berjaga di fasilitas penahanan.
Beberapa demonstran membawa bendera luar negeri, seperti Meksiko, Guatemala, Palestina, hingga bendera campuran Meksiko‑AS.
Trump menyebut para demonstran sebagai “hewan” dan menyerukan penindakan keras.
Sementara itu, Gubernur Newsom menggugat langkah Trump sebagai penyalahgunaan kekuasaan.
Mantan detektif LAPD, Moses Castillo, memperingatkan situasi mulai mirip kerusuhan Rodney King 1992, berkat keterlambatan tindakan Eva Bass.
Kim Kardashian turut angkat suara melalui Instagram, mengutuk tindakan ICE yang memisahkan keluarga dan menyerukan kebijakan imigrasi lebih manusiawi.
DHS mengatakan ICE akan tetap menjalankan hukum dan deportasi.
Aksi nasional mulai terlihat di New York, Chicago, Atlanta, Seattle, hingga San Francisco, sebagian besar damai meski ada catatan bentrokan dan penangkapan.
Jumlah tahanan mencapai 330 orang hingga Selasa, dengan laporan cedera baik pada warga maupun petugas, termasuk jurnalis.
Pemerintah asing seperti Indonesia menyarankan warga di LA menghindari kerumunan. Kedutaan juga tengah memantau dua WNI yang ditahan.
Kemlu RI bersama KJRI Los Angeles memastikan pemantauan kasus dua WNI: ESS (53) dan Chrissahdah Tooy (48), bukan karena demo namun pelanggaran imigrasi.
Konsulat Meksiko melaporkan 11 warga Meksiko ditahan dan mendapat akses bantuan hukum.
Pemerintah Tiongkok dan Jepang juga mengingatkan warga mereka untuk waspada di LA.
Presiden Iran mengejek situasi ini dengan parodi slogan, menyindir Trump lewat meme “Make Mexico Great Again”.
National Guard kini berjumlah sekitar 4.100 personel, dengan 700 Marinir dan misi diperkirakan berlangsung selama 60 hari dengan biaya lebih dari US$134 juta.
Estimasi kerusakan bisnis akibat plundering diperkirakan mencapai jutaan dollar, dengan 23 usaha rusak terserang vandal dan kehilangan inventaris.
Polisi dan National Guard juga melindungi kendaraan otonom Waymo yang dibakar demonstran di pusat kota.
Beberapa relawan lokal mulai membersihkan grafiti dan sisa kekacauan esok harinya.
Walikota Bass menyatakan bahwa tindakan federal sengaja menanamkan kekacauan dan menegaskan ini bukan soal kriminal melainkan solidaritas komunitas.
Sementara itu, penasihat Trump menganjurkan penangkapan terhadap demonstran bertopeng dan memperluas pemberlakuan kekuatan militer.
Mahkamah federal menolak mencegah sementara penempatan Garda Nasional dan Marinir, sidang lanjutan dijadwalkan pekan depan.
Menjelang akhir pekan, organisasi aktivis berencana memobilisasi lebih dari 1.800 demonstrasi “No Kings” saat Parade Militer Flag Day di DC.
Situasi kompleks ini menciptakan benturan antara hak imigran, supremasi federal, dan kewenangan pemerintah lokal AS.
Saran & Kesimpulan:
Kerusuhan ini sebaiknya menjadi momentum bagi pemerintah lokal dan federal untuk membangun dialog konstruktif menyangkut kebijakan imigrasi yang manusiawi.
Pelibatan militer dalam penegakan hukum sipil harus dievaluasi agar tidak melewati batas kewenangan dan menciptakan polarisasi yang dalam.
Penegakan hukum perlu transparansi agar masyarakat merasa dilindungi, bukan ditindas.
Kerjasama lintas negara serta dukungan konsuler hendaknya diperkuat untuk melindungi warga asing yang terdampak.
Selain penegakan hukum, pemerintah harus memprioritaskan upaya pemulihan ekonomi dan sosial di kawasan terdampak agar trauma publik dapat segera teratasi.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v