Teheran, EKOIN.CO – Intensifikasi konflik antara Iran dan Israel mencapai puncak baru pada Kamis pagi, 19 Juni 2025, ketika Iran meluncurkan puluhan rudal balistik ke Israel, termasuk satu rudal hipersonik Fattah-1, sebagai balasan atas serangan udara Israel ke fasilitas nuklir Iran di Arak dan Natanz.
Israel secara resmi melaporkan kerusakan luas di Soroka Medical Center di Be’er Sheva dan beberapa kawasan permukiman Ramat Gan dan Holon. Menurut Magen David Adom, lebih dari 240 orang luka‑luka, termasuk staf rumah sakit dan warga sipil .
Iran mengklaim target utama serangan itu adalah markas intelijen dan komando militer Israel di dekat Soroka , dan menyatakan rumah sakit hanya mengalami kerusakan ringan akibat gelombang ledakan .
Beberapa rudal dilaporkan membawa hulu ledak cluster (rudal dengan beberapa hulu beban) dan menyebar serpihan di radius hingga 8 km, menyebabkan kerusakan properti signifikan, termasuk gedung tinggi di Azor .
Sebagai balasan, jet tempur Israel melakukan serangan udara masif terhadap fasilitas nuklir Iran, dengan sasaran utama di Arak heavy‑water reactor serta kompleks Fordow, Natanz, dan Rasht
Kantor berita IRNA menyatakan tidak ada bahaya radiasi di area Arak, dan pihak Iran menyebut serangan itu tidak merusak reaktor secara signifikan .
Para pejabat militer Israel mengklaim telah menghancurkan sekitar 30–55 % infrastruktur peluncur rudal Iran, berfokus pada situs penyimpanan dan peluncur Shahab, Sejjil, dan sistem Fattah‑1.
IDF juga menyebut Mossad menjalankan operasi pengintaian dan sabotase dengan drone di dalam Iran sebelum serangan udara, menonaktifkan baterai pertahanan udara dan peluncur rudal
Sedikitnya lima serangan udara Israel sejak 13 Juni, didampingi gelombang drone yang menarget sektor komando dan fasilitas rudal di Kermanshah, Esfahan, Tabriz, dan Teheran.
Sejak 13 Juni, Iran diperkirakan meluncurkan lebih dari 400 rudal dan 1.000 drone menuju wilayah Israel, dengan serangan kabarnya menggunakan rudal hipersonik Fattah‑1 yang berkecepatan Mach 13–15.
Menurut pejabat, sistem pertahanan Iron Dome dan David’s Sling berhasil mencegat sebagian besar serangan, namun sistem Arrow yang menangkal rudal balistik kemungkinan mengalami kekurangan .
Seorang pejabat IDF menyampaikan: “Kami telah menyerang komponen infrastruktur rudal Iran untuk menetralkan ancaman sebelum diluncurkan” .
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengutuk keras Iran karena “menggunakan rumah sakit sebagai tameng” dan memperingatkan bahwa “para tiran di Tehran akan membayar mahal” .
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuntut pertanggungjawaban langsung dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei .
Ayatollah Khamenei menyatakan “pertarungan telah dimulai” setelah Presiden AS Donald Trump mendesak “penyerahan tanpa syarat” dari Iran .
Presiden Trump memberikan jangka waktu dua minggu untuk solusi diplomatik sebelum mempertimbangkan intervensi AS, termasuk kemungkinan serangan ke situs Fordow .
Sementara itu, Uni Eropa dan PBB menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya korban sipil dan menyerukan gencatan senjata segera .
Lebih dari 657 orang tewas dan ribuan luka-luka di sisi Iran, termasuk sipil, akibat serangan udara balasan Israel .
Jaringan komunikasi di Iran dilaporkan terganggu akibat serangan udara dan pemadaman internet massal .
Diplomat Iran akan bertemu dengan perwakilan Eropa di Jenewa, sementara beberapa negara — termasuk Australia dan Lithuania — melakukan evakuasi staf dari wilayah konflik .
Gaza dan wilayah Tepi Barat menghadapi tekanan tambahan akibat eskalasi ini, dengan serangan Israel berlanjut dan situasi kemanusiaan memburuk.
Pakar menyampaikan eskalasi ini bisa menjerumuskan kawasan Timur Tengah ke konflik lebih besar jika tidak ada intervensi diplomatik cepat .
Analis politik menyatakan Israel tampak menargetkan perubahan rezim Iran, bukan hanya menghancurkan fasilitas nuklir
Iran diprediksi akan melepaskan diri dari Perjanjian Non-Proliferasi dan menghentikan kerja sama dengan IAEA sebagai langkah balasan politik
IAEA menyatakan Iran telah gagal mematuhi beberapa kewajiban dalam NPT, namun belum ada indikator pengembangan senjata nuklir
Adanya intervensi militer AS masih dalam peninjauan; 60 % publik AS menolak keterlibatan langsung .
AS menempatkan kapal perang perusak di Mediterania dan memperkuat sistem pertahanan rudal regional .
Rusia dan China mendesak pemulihan jalur diplomasi serta menghentikan tindakan militer, baik terhadap Israel maupun Iran
Fakta penting menunjukkan bahwa kedua negara mengerahkan senjata canggih – Iran via rudal hipersonik dan cluster, Israel via drone dan jet tempur jarak jauh.
penggunaan senjata mutakhir dan dampak signifikan terhadap warga sipil di kedua negara. Serangan Iran menampilkan kekuatan rudal hipersonik dan cluster yang meluas, sementara balasan Israel memfokuskan pada fasilitas nuklir dan infrastruktur rudal Iran. Tercatat puluhan jet tempur, ribuan drone, dan sistem pertahanan canggih dikerahkan, memperlihatkan skenario hybrid warfare.
Konflik ini memicu kekhawatiran global, dengan tekanan meningkat pada diplomasi internasional di Jenewa, dan negara-negara seperti AS, Inggris, China, dan Rusia mendesak de‑eskalasi. Tindakan tegas Israel dan ancaman langsung terhadap pemimpin Iran menunjukkan potensi perubahan rezim sebagai bagian dari strategi militernya. Sementara itu, publik AS dan internasional menentang keterlibatan langsung Washington.
Iran menghadapi kerusakan serius dan korban berat akibat serangan udara Israel, yang mungkin memicu respons lebih agresif – termasuk penarikan diri dari perjanjian nuklir dan isolasi diplomatik. Operasi Mossad dan penggunaan drone menunjukkan perubahan paradigma perang modern yang melibatkan operasi rahasia dalam wilayah musuh.
Meski sistem pertahanan Israel mampu menangkis sebagian besar serangan, ketergantungan pada impor sistem seperti Arrow dan THAAD menjadi sorotan. Jika suplai rudal menipis, tekanan pada pertahanan udara Israel bisa memperlemah sistem keamanan nasional. Sementara itu, Iran terus menunjukkan kemampuannya melewati pertahanan, menggunakan rudal canggih dan cluster warhead.
Kedua pihak kini berada di titik kritis. Negosiasi lanjutan dan tekanan diplomatik bisa mencegah perang luas, tapi jika senjata terus mengalir, konflik bisa berubah menjadi perang jangka panjang dengan potensi bencana nuklir.
Penting bagi pihak-pihak terkait untuk mendukung saluran diplomasi sebagai jalan utama menuju de-eskalasi. Tekanan dari komunitas internasional harus diarahkan untuk segera menghentikan serangan terhadap sasaran sipil. Peringatan dini dan perlindungan warga di zona terdampak harus ditingkatkan, terutama di area rawan seperti Be’er Sheva dan Holon. Intervensi pihak ketiga, khususnya melalui mekanisme PBB, bisa menjadi jembatan solusi tanpa penggunaan senjata. Transparansi data korban dan fasilitas yang terdampak akan memperkaya proses perundingan dan meminimalkan kecurigaan dan propaganda.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v