Tel Aviv EKOIN.CO – Militer Israel mengumumkan telah berhasil mencegat sebuah rudal balistik yang diluncurkan dari wilayah Yaman pada Selasa, 22 Juli 2025. Serangan ini disebut berasal dari kelompok Houthi, yang selama ini dikenal mendapat dukungan dari Iran. Kejadian ini terjadi hanya sehari setelah Israel menggempur pelabuhan Hodeidah, wilayah yang dikuasai milisi tersebut.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Pernyataan militer Israel disampaikan melalui saluran Telegram, dan dikutip oleh Al Arabiya. Mereka menyebut bahwa sistem pertahanan udara berhasil mencegat rudal setelah sirene peringatan berbunyi di sejumlah wilayah Israel. Insiden ini merupakan bagian dari eskalasi serangan kelompok Houthi terhadap Israel dalam beberapa bulan terakhir.
Serangan tersebut diklaim kelompok Houthi sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Sejak konflik di Gaza meningkat, Houthi telah meluncurkan berbagai serangan rudal dan drone ke wilayah Israel. Militer Israel menanggapi serangan ini dengan peningkatan aktivitas militer di kawasan Laut Merah dan sekitar Yaman.
Balasan Udara Israel di Pelabuhan Hodeidah
Sehari sebelum rudal dicegat, Angkatan Udara Israel telah melancarkan serangan ke Pelabuhan Hodeidah pada Senin, 21 Juli 2025. Menurut laporan dari The Jerusalem Post, serangan itu merupakan balasan atas upaya serangan rudal balistik Houthi sebelumnya.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menegaskan bahwa serangan ditujukan untuk menghancurkan infrastruktur kelompok Houthi yang berada di pelabuhan. “Serangan kami menargetkan lokasi rezim teror Houthi di Pelabuhan Hodeidah,” katanya. Ia menambahkan bahwa pelabuhan tersebut digunakan untuk mengimpor senjata dari Iran.
Gallant juga mengeluarkan ancaman serius, menyatakan bahwa nasib Yaman bisa setara dengan Teheran jika Houthi terus melakukan serangan terhadap Israel. “Nasib Yaman akan sama seperti Teheran,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Pernyataan senada disampaikan oleh Menteri Pertahanan lainnya, Israel Katz. Ia mengatakan bahwa prinsip yang sama berlaku bagi Yaman dan Iran dalam hal penanggulangan ancaman militer terhadap Israel. “Aturan untuk Yaman sama seperti untuk Teheran,” katanya mengacu pada serangan Israel terhadap fasilitas Iran bulan lalu.
Target Serangan dan Serangan Drone Tambahan
Dalam laporan lanjutan dari militer Israel, target utama dari serangan udara di Hodeidah adalah kendaraan teknik yang digunakan untuk membangun ulang pelabuhan, kontainer bahan bakar, serta sejumlah kapal militer di area sekitar pelabuhan.
Militer Israel meyakini bahwa Pelabuhan Hodeidah digunakan sebagai jalur utama pengiriman senjata dari Iran kepada kelompok Houthi. Senjata tersebut kemudian digunakan dalam berbagai serangan terhadap Israel dan sekutunya di kawasan Timur Tengah.
Seorang pejabat keamanan Houthi yang berbicara kepada Al Arabiya menyebutkan bahwa serangan Israel menghancurkan dermaga yang baru selesai dibangun ulang setelah serangan sebelumnya.
Selain serangan rudal, Israel juga melaporkan telah menembak jatuh sebuah drone yang datang dari arah timur di hari yang sama. Menurut analisis dari The Jerusalem Post, arah timur biasanya mengacu pada wilayah Yaman.
Drone tersebut diyakini diluncurkan sebelum serangan Israel ke Hodeidah terjadi. Namun, hingga kini pihak militer belum memberikan keterangan rinci mengenai asal pasti drone dan jenis senjata yang dibawanya.
Israel juga menyoroti aktivitas kelompok Houthi di Laut Merah dan Teluk Aden yang semakin intens. Kelompok tersebut disebut secara aktif menargetkan kapal-kapal asing, khususnya yang dikaitkan dengan Israel.
Militer menyatakan bahwa penargetan kapal ini merupakan bentuk tekanan terhadap Israel agar menghentikan agresinya di Jalur Gaza. Aktivitas ini juga berdampak pada jalur pelayaran internasional di kawasan tersebut.
Tindakan Houthi di perairan internasional telah memicu kekhawatiran negara-negara di kawasan, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Teluk, yang melihat potensi gangguan terhadap stabilitas regional.
Sementara itu, berbagai pengamat internasional terus memantau situasi yang berpotensi memperluas konflik regional, mengingat keterlibatan Iran dalam mendukung kelompok milisi seperti Houthi.
Israel tetap menegaskan komitmennya untuk melindungi wilayahnya dari segala bentuk ancaman, baik dari udara maupun laut. Militer akan terus melakukan penilaian terhadap ancaman dan mengambil langkah lanjutan sesuai kebutuhan.
Dalam pernyataan terbarunya, militer Israel mengingatkan bahwa setiap serangan terhadap Israel akan dibalas dengan tindakan militer yang lebih besar. Mereka juga menegaskan tidak akan membiarkan wilayahnya menjadi sasaran tanpa respons.
Konflik antara Israel dan kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman menunjukkan betapa meluasnya dampak konflik Gaza ke kawasan regional. Terlebih lagi, keterlibatan Iran menambah ketegangan antara negara-negara di Timur Tengah.
Serangan-serangan yang berlangsung selama dua hari berturut-turut ini memperlihatkan siklus serangan dan balasan yang terus meningkat antara kedua pihak. Hingga kini, belum ada tanda-tanda deeskalasi dari kedua belah pihak.
Serangan rudal dan drone yang berasal dari luar wilayah langsung konflik menambah kompleksitas situasi di kawasan. Arah konflik pun berpotensi melibatkan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Serangkaian serangan dan ancaman dari Israel terhadap Yaman menunjukkan bahwa konflik Gaza kini telah berkembang ke medan yang lebih luas. Eskalasi ini memerlukan perhatian internasional agar tidak menyulut ketegangan lebih jauh di kawasan yang sudah lama tidak stabil.
Langkah militer yang diambil Israel menandakan pendekatan keras yang terus mereka tempuh dalam merespons ancaman dari kelompok yang didukung Iran. Hal ini berpotensi menciptakan rantai aksi balasan yang lebih besar dan menyulitkan upaya diplomasi.
Penting bagi negara-negara di kawasan untuk menahan diri dan memfasilitasi jalur dialog agar konflik tidak berkembang menjadi konfrontasi langsung antara negara. Pelibatan organisasi internasional juga sangat krusial dalam meredakan ketegangan.
Kawasan Timur Tengah menghadapi risiko keamanan yang terus membesar apabila konflik seperti ini tidak segera dikendalikan. Kestabilan regional, jalur perdagangan, dan keselamatan sipil sangat terancam oleh potensi perang terbuka.
pendekatan yang lebih mengedepankan diplomasi dan tekanan politik perlu lebih dikedepankan daripada langkah militer sepihak. Menjaga komunikasi terbuka antara pihak-pihak yang berseteru dapat menjadi kunci meredakan konflik yang telah meluas ini. (*)