Beer sheva, EKOIN.CO – Ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali meningkat setelah pasukan Houthi dari Yaman meluncurkan rudal ke wilayah selatan Israel, tepatnya ke kota beer sheva, pada Jumat, 28 Juni 2025. Militer Israel (IDF) menyatakan berhasil mengintersepsi serangan tersebut menggunakan sistem pertahanan udara.
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan koalisi Amerika Serikat-Israel. Pemerintah Iran menyatakan siap melakukan aksi balasan jika mendapatkan serangan tambahan dari kedua negara tersebut. Pernyataan ini disampaikan melalui perwakilan militer Iran dalam konferensi pers di Teheran pada hari yang sama.
Militer Israel belum melaporkan adanya korban jiwa atau kerusakan serius akibat rudal yang diluncurkan. Namun, warga sekitar Beer Sheva dilaporkan sempat mencari perlindungan ke tempat aman saat sirene peringatan berbunyi.
IDF mengonfirmasi bahwa serangan itu berasal dari wilayah Yaman dan diduga kuat dilakukan oleh kelompok Houthi yang diketahui memiliki kedekatan dengan Iran. Pernyataan resmi militer Israel menyebutkan bahwa sistem pertahanan berhasil menggagalkan ancaman tersebut sebelum mencapai permukiman.
Situasi ini menambah daftar panjang eskalasi konflik yang melibatkan berbagai aktor di kawasan, terutama menyusul bentrokan Iran dan Israel yang terus memanas sejak awal Juni 2025.
Teheran secara eksplisit menyatakan bahwa Iran tidak akan tinggal diam jika diserang kembali. Juru bicara militer Iran mengatakan bahwa “tindakan apapun dari AS atau Israel akan direspons dengan kekuatan penuh”.
Pernyataan ini memperkuat sinyal bahwa Iran masih memiliki opsi militer dan diplomatik sebagai respons terhadap dinamika kawasan yang kian tidak stabil. Sebelumnya, Iran juga memperingatkan negara-negara Barat untuk tidak turut campur dalam urusan regional.
Sementara itu, analis militer dari Universitas Tehran menyebut bahwa Iran tengah mengevaluasi berbagai skenario pertahanan dan penyerangan sebagai bentuk kesiapsiagaan nasional.
Dikutip dari kantor berita IRNA, sebagian unit militer Iran juga telah disiagakan di wilayah barat dan selatan negara tersebut. Aktivitas ini disebut sebagai bagian dari langkah pencegahan jika situasi berubah menjadi konflik terbuka.
Ketegangan ini juga berdampak terhadap lalu lintas udara dan laut di wilayah sekitar, termasuk Selat Hormuz yang dikenal sebagai jalur strategis energi global.
Di tengah situasi yang terus memanas, sejumlah negara mulai mengambil langkah diplomatik untuk menghindari eskalasi lebih lanjut. Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, secara terbuka mengapresiasi peran Iran dalam membantu evakuasi warga India dari kawasan berisiko.
Pernyataan ini disampaikan Menlu India pada Kamis, 27 Juni 2025, sebagaimana dikutip dari Times of India. Ia menyebut bahwa Iran menunjukkan “kerja sama yang sangat baik dalam membantu penyelamatan warga negara asing.”
Dari sisi Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri menyatakan terus memantau situasi dengan saksama. Juru bicara Kemlu RI menyebut bahwa keselamatan WNI tetap menjadi prioritas utama dalam setiap perkembangan di kawasan tersebut.
Indonesia juga disebut berkomunikasi dengan berbagai perwakilan diplomatik negara-negara Timur Tengah untuk mencari solusi damai dan meredam ketegangan.
Sejumlah organisasi internasional seperti PBB dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga menyerukan deeskalasi dan penghentian kekerasan di kawasan.
Sejumlah saksi mata di Israel selatan menyebut ledakan terdengar dari arah gurun Negev, meski tidak menimbulkan kerusakan nyata. Sirene peringatan sempat membunyikan alarm lebih dari satu kali sepanjang malam.
Media lokal Israel memberitakan bahwa masyarakat telah diberi informasi untuk tetap waspada terhadap potensi serangan lanjutan. Sistem keamanan sipil pun diperketat sejak pagi hari.
Pihak militer Israel juga menyatakan tetap dalam status siaga tinggi. Komando Selatan IDF menyebut telah memperkuat sistem pertahanan udara dan memperluas area patroli.
Serangan Houthi ini memperkuat kekhawatiran bahwa konflik regional dapat meluas ke berbagai front baru, termasuk dari arah Laut Merah dan Semenanjung Arab.
Pihak Houthi sendiri belum memberikan pernyataan resmi tentang serangan rudal ke Beer Sheva, namun media yang berafiliasi dengan kelompok tersebut mengunggah klaim keberhasilan dalam menyerang wilayah musuh.
Amerika Serikat menyatakan mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa serangan dari Houthi harus dihentikan, dan pihak internasional harus menekan Iran untuk tidak memperluas konflik.
Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Mesir juga menyatakan kekhawatiran atas eskalasi tersebut. Mereka mendesak agar semua pihak menahan diri dan kembali ke jalur diplomasi.
Sebagian analis menyebut bahwa kelompok Houthi kemungkinan memanfaatkan momentum ketegangan Iran-Israel untuk menegaskan posisi mereka di kawasan Yaman dan Laut Merah.
Pemerintah Yaman yang diakui internasional mengecam keras aksi militer dari kelompok Houthi dan meminta dukungan internasional untuk mengendalikan situasi dalam negeri.
Langkah diplomatik lanjutan kini bergantung pada sikap negara-negara besar seperti Rusia dan Tiongkok yang belum memberikan pernyataan resmi terkait perkembangan terbaru.
Di Israel, pemerintah berupaya menenangkan warganya melalui siaran nasional yang menyebutkan bahwa sistem pertahanan mereka sangat andal dan dapat mencegah korban jiwa.
Perdana Menteri Israel belum memberikan tanggapan langsung, namun pertemuan darurat kabinet keamanan nasional dilaporkan telah digelar untuk merumuskan langkah lanjutan.
Warga Israel banyak membagikan kondisi terkini di media sosial, memperlihatkan bunker perlindungan yang telah digunakan kembali sejak ketegangan meningkat.
Di Yaman, masyarakat sipil berada dalam posisi sulit karena konflik yang berkepanjangan dan krisis kemanusiaan yang belum terselesaikan.
Organisasi bantuan internasional mengingatkan bahwa konflik baru akan memperparah kondisi pengungsi di kawasan tersebut, khususnya di perbatasan Yaman–Arab Saudi. Pemerintah negara-negara Asia, termasuk Indonesia dan India, perlu meningkatkan kerja sama regional untuk menghadapi dampak konflik Timur Tengah yang terus berkembang. Penguatan kanal diplomasi menjadi langkah utama untuk menghindari konflik lebih luas yang dapat mempengaruhi stabilitas global.
Media internasional diharapkan menyampaikan informasi yang akurat dan tidak berpihak, guna mencegah penyebaran narasi provokatif. Warga dunia harus mendapatkan berita yang seimbang agar dapat mengambil sikap bijak dalam menanggapi dinamika konflik.
Masyarakat di kawasan terdampak diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan resmi dari otoritas setempat demi menjaga keselamatan bersama. Kesiapan logistik dan perlindungan sipil menjadi krusial dalam situasi seperti ini.
Organisasi internasional seperti PBB harus lebih aktif dalam mempertemukan pihak-pihak yang bertikai, serta mendorong solusi damai yang adil dan berkelanjutan. Pendekatan militer terbukti hanya memperpanjang penderitaan warga sipil.
Para pemimpin dunia diharapkan lebih mengedepankan diplomasi dan menjauh dari kebijakan sepihak yang dapat memperparah konflik. Komitmen kolektif untuk perdamaian harus dihidupkan kembali melalui tindakan konkret dan negosiasi terbuka.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di :
https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v