Teheran, EKOIN.CO – Iran kembali menjadi sorotan dunia setelah meluncurkan rudal balistik terbaru bernama Khyber yang dilengkapi dengan hulu ledak ganda. Peluncuran tersebut dilakukan pada Senin, 23 Juni 2025, dan langsung memicu respons keras dari Israel serta negara-negara Barat.
Kementerian Pertahanan Iran menyatakan bahwa rudal Khyber merupakan generasi ketiga dari seri rudal Khorramshahr dan memiliki kemampuan tempur lebih canggih dari pendahulunya. Rudal ini dilengkapi dengan dua hulu ledak yang mampu menyerang dua target berbeda secara bersamaan.
Rudal Khyber dikembangkan oleh Organisasi Industri Dirgantara Iran dan diumumkan secara resmi dalam sebuah acara militer di Teheran. Sejumlah petinggi militer Iran menghadiri peluncuran tersebut, termasuk Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Mohammad Reza Ashtiani.
“Peluncuran rudal ini merupakan bagian dari strategi pertahanan nasional kami. Kami tidak akan mundur dari upaya mempertahankan kedaulatan wilayah Iran,” ujar Ashtiani dalam sambutannya, seperti dikutip dari SINDOnews.com.
Rudal ini memiliki jangkauan hingga 2.000 kilometer dan mampu membawa muatan peledak seberat 1.500 kilogram. Teknologi hulu ledak gandanya memungkinkan rudal ini membelah di udara dan menyerang dua titik secara bersamaan.
Peluncuran rudal Khyber disebut dilakukan sebagai unjuk kekuatan kepada Israel, menyusul ketegangan yang meningkat antara kedua negara. Media Israel menyebut peluncuran ini sebagai “provokasi yang sangat berbahaya”.
Israel dilaporkan menggelar pertemuan darurat tingkat tinggi tak lama setelah peluncuran rudal diumumkan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut tindakan Iran sebagai “ancaman langsung bagi keamanan kawasan”.
“Kami tidak akan tinggal diam. Kami akan mempertimbangkan semua opsi untuk melindungi negara kami dari setiap ancaman,” kata Netanyahu kepada media setempat.
Peluncuran Khyber dilakukan di tengah meningkatnya eskalasi konflik antara Iran dan Israel, khususnya di wilayah Suriah dan Lebanon. Sejumlah serangan udara dilaporkan terjadi dalam beberapa pekan terakhir, melibatkan militer Israel dan kelompok pro-Iran.
Washington juga bereaksi keras terhadap peluncuran rudal ini. Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan bahwa tindakan Iran bisa memperburuk stabilitas regional yang sudah rapuh.
Dalam pernyataannya, pihak AS mendesak Iran untuk menghentikan pengembangan rudal balistik dan mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang pengembangan sistem senjata semacam itu.
Iran menegaskan bahwa pengembangan rudal Khyber murni untuk kepentingan pertahanan nasional dan tidak dimaksudkan untuk menyerang negara lain. Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani.
“Iran tidak mencari konfrontasi. Namun, kami tidak akan membiarkan negara kami menjadi sasaran ancaman dari kekuatan asing,” ujar Kanaani dalam konferensi pers.
Rudal Khyber sendiri merupakan peningkatan dari rudal Khorramshahr-2, dengan sistem navigasi lebih presisi dan desain aerodinamis yang memungkinkan peluncuran dari berbagai platform.
Analis militer menyebut rudal ini sebagai bagian dari strategi deterrent Iran terhadap potensi serangan dari musuh, terutama Israel dan sekutu-sekutunya di kawasan Teluk.
Rekaman peluncuran rudal Khyber yang dirilis media pemerintah Iran menunjukkan rudal raksasa diluncurkan dari lokasi terpencil di gurun tengah Iran. Rudal tersebut terbang tinggi sebelum menghilang di cakrawala.
Publikasi ini langsung menimbulkan reaksi dari berbagai negara Eropa, termasuk Prancis dan Jerman, yang mengutuk peluncuran tersebut dan menyebutnya sebagai langkah eskalatif.
Kelompok pengamat internasional menilai peluncuran ini bisa memperumit upaya diplomasi yang sedang dirintis untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 (JCPOA).
Iran telah beberapa kali menyatakan kecewa atas kebuntuan perundingan nuklir dan menyalahkan AS serta negara Eropa karena tidak menepati komitmen mereka dalam kesepakatan tersebut.
Pihak Teheran menyatakan bahwa pengembangan rudal ini dilakukan secara mandiri dan tidak terkait dengan proyek nuklir mereka. Namun, pihak Barat tetap menyoroti pengembangan rudal sebagai bagian dari potensi ancaman regional.
Israel memperingatkan bahwa pihaknya akan merespons dengan “cara yang sesuai” jika Iran mencoba menyerang atau mendukung serangan terhadap wilayahnya melalui proksi di Gaza atau Lebanon.
Beberapa anggota parlemen Israel mendesak pemerintah untuk memperkuat sistem pertahanan udara dan mempercepat kerja sama dengan AS dalam hal keamanan.
Di dalam negeri, peluncuran rudal Khyber disambut dengan kebanggaan oleh warga Iran. Sejumlah media lokal menampilkan tajuk utama yang memuji keberhasilan ilmuwan dan teknisi militer negara itu.
Media Iran menggambarkan rudal Khyber sebagai simbol kemajuan teknologi dan kemerdekaan militer Iran di tengah tekanan sanksi internasional.
Pihak militer Iran juga mengklaim bahwa rudal ini memiliki kemampuan untuk menghindari sistem pertahanan anti-rudal modern seperti Iron Dome milik Israel.
Hingga kini, tidak ada konfirmasi resmi mengenai apakah rudal Khyber telah diuji secara aktif terhadap target bergerak atau hanya dalam simulasi.
Israel menilai bahwa kemampuan rudal Iran sangat serius, terlebih dengan pengalaman masa lalu Iran memasok senjata ke Hizbullah dan milisi Houthi di Yaman.
Beberapa pakar menilai peluncuran ini sebagai pesan simbolik Iran menjelang pembicaraan diplomatik besar di Wina bulan depan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran terus mengembangkan sistem rudalnya sebagai respons terhadap embargo senjata dan tekanan internasional.
Meski PBB telah menetapkan sanksi terhadap pengembangan rudal balistik oleh Iran, negara itu tetap menyatakan bahwa semua proyeknya sah secara hukum internasional.
Organisasi Internasional untuk Pengendalian Senjata (ICAN) menyerukan penyelidikan lebih lanjut terhadap jenis dan jangkauan rudal yang diluncurkan Iran.
Reaksi dari negara-negara Arab juga bervariasi. Beberapa negara Teluk seperti Arab Saudi menyuarakan keprihatinan, sementara Suriah dan Irak cenderung mendukung Iran secara tidak langsung.
Kementerian Pertahanan Iran menyatakan bahwa mereka akan terus memperkuat sistem pertahanannya dan tidak akan gentar menghadapi tekanan eksternal.
Beberapa pengamat menilai bahwa peluncuran rudal Khyber dapat memperburuk polarisasi politik di kawasan dan menambah risiko konflik terbuka.
Peluncuran rudal ini menambah daftar panjang uji coba militer Iran yang dilaksanakan sepanjang 2025 sebagai bagian dari agenda keamanan nasional.
Belum ada tanda-tanda bahwa ketegangan ini akan mereda dalam waktu dekat, mengingat respons tegas dari Israel dan negara-negara Barat.
Iran menutup peluncuran rudal ini dengan seruan agar dunia menghormati hak setiap negara dalam mempertahankan diri secara sah dan berdaulat.
Masyarakat internasional kini menunggu bagaimana dinamika berikutnya, apakah akan terjadi peningkatan ketegangan atau terbukanya jalur diplomatik.
Pihak intelijen AS dan Israel diperkirakan akan mengawasi ketat setiap gerakan militer Iran, khususnya di wilayah-wilayah strategis.
Sementara itu, pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB dikabarkan akan digelar dalam waktu dekat untuk membahas perkembangan ini.
Penting bagi komunitas internasional untuk mendorong pendekatan diplomatik dan mencegah eskalasi konflik lebih lanjut antara Iran dan Israel. Setiap langkah militer berisiko menimbulkan instabilitas luas, tidak hanya di Timur Tengah, tetapi juga berdampak pada keamanan global.
Negara-negara anggota PBB perlu mengevaluasi kembali mekanisme pengawasan terhadap pengembangan senjata strategis oleh negara-negara berisiko tinggi, termasuk Iran. Pelibatan lembaga pengawas independen bisa menjadi kunci pengendalian.
Pemerintah Iran disarankan untuk membuka ruang transparansi terhadap pengembangan rudalnya, guna mencegah asumsi atau tuduhan tidak berdasar yang bisa memicu konflik lebih besar.
Israel dan sekutunya sebaiknya menghindari reaksi militer spontan dan mempertimbangkan sanksi multilateral sebagai jalur tekanan tanpa melibatkan kekerasan.
Peran negara-negara nonblok serta ASEAN dapat menjadi alternatif jalur netral dalam menengahi konflik, dengan memfasilitasi dialog dan mendorong stabilitas kawasan melalui pendekatan damai.
Peluncuran rudal Khyber oleh Iran menambah ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah. Dengan kemampuan hulu ledak ganda dan jangkauan jauh, rudal ini membawa dimensi baru dalam strategi pertahanan Iran.
Reaksi keras dari Israel menunjukkan kekhawatiran atas potensi ancaman langsung, meski belum ada serangan fisik yang terjadi. Dunia internasional pun waspada terhadap eskalasi lebih lanjut.
Dibutuhkan pendekatan kolektif untuk mencegah konflik berskala besar, terutama dengan melibatkan lembaga internasional dan mekanisme diplomatik yang efektif.
Transparansi dan komunikasi terbuka antara pihak terkait menjadi faktor penting untuk menghindari kesalahpahaman yang bisa memicu krisis militer.
Tantangan ke depan terletak pada kemampuan komunitas global menjaga keseimbangan antara hak pertahanan nasional dan keamanan kawasan secara menyeluruh. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v