Teheran EKOIN.CO – Seorang jenderal tinggi dari Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menyatakan bahwa Iran sejauh ini hanya menggunakan sekitar lima persen dari total kekuatan militernya dalam konflik melawan Israel.
Pernyataan ini disampaikan oleh Brigadir Jenderal Mohammad Reza Naqdi dalam wawancara televisi pada Minggu (29/6), yang dikutip oleh sejumlah media lokal Iran.
Menurut Naqdi, keterlibatan langsung Iran dalam perang melawan Israel masih sangat terbatas. Ia menegaskan bahwa Iran memiliki cadangan kekuatan yang jauh lebih besar yang belum dikerahkan.
“Selama perang melawan rezim Zionis, Republik Islam Iran hanya menggunakan sekitar lima persen dari kapasitas kekuatannya,” ujar Naqdi, seperti dikutip dari laporan kantor berita Tasnim.
Naqdi juga mengklaim bahwa Iran mampu memberikan pengaruh signifikan melalui dukungannya terhadap kelompok-kelompok perlawanan di kawasan, tanpa perlu menurunkan kekuatan utamanya secara penuh.
Ia menyoroti peran Iran dalam mendukung kelompok-kelompok seperti Hizbullah di Lebanon dan kelompok perlawanan di Jalur Gaza, yang menurutnya cukup efektif dalam menghadapi Israel.
Pernyataan tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel dalam beberapa bulan terakhir, yang dipicu oleh serangkaian serangan udara dan balasan antara kedua negara dan sekutu mereka di kawasan.
Iran secara resmi menyatakan mendukung perjuangan Palestina melawan Israel, tetapi berulang kali membantah telah mengirim pasukan tempur secara langsung ke wilayah konflik.
Naqdi menyatakan bahwa kemampuan Iran yang belum digunakan mencakup persenjataan, kekuatan pasukan, teknologi militer, dan strategi intelijen yang siap diaktifkan jika diperlukan.
“Apa yang terjadi selama ini hanyalah sebagian kecil dari kekuatan nyata kami. Ini bukan akhir. Kami hanya menunjukkan sebagian kecil dari kemampuan kami,” kata Naqdi.
Ia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang bentuk kekuatan yang belum digunakan, namun menyiratkan bahwa Iran memiliki kapasitas untuk memperluas konflik jika eskalasi terus berlanjut.
Pernyataan ini memicu perhatian luas di kalangan pengamat geopolitik yang menilai bahwa Iran tengah mengirimkan sinyal peringatan kepada Israel dan sekutu-sekutunya, terutama Amerika Serikat.
Ketegangan meningkat setelah beberapa kali insiden di Suriah, Lebanon Selatan, dan Irak yang melibatkan milisi yang didukung Iran serta pasukan Israel dan AS.
Naqdi juga menambahkan bahwa kekuatan perlawanan yang beroperasi di berbagai negara Timur Tengah telah memperoleh dukungan logistik dan pelatihan dari Iran.
Dalam konteks ini, IRGC memposisikan dirinya sebagai tulang punggung perlawanan regional terhadap pengaruh Israel dan Amerika Serikat.
Meski Iran menyatakan tidak menginginkan perang besar, pihaknya tetap menyatakan siap membalas setiap tindakan agresif dengan skala lebih luas.
Israel sendiri belum merespons langsung pernyataan dari Naqdi ini. Namun sebelumnya, para pejabat militer Israel menyatakan bahwa mereka akan terus menargetkan basis logistik milisi yang didukung Iran.
Sejumlah analis menilai bahwa pernyataan tersebut juga merupakan upaya Iran menunjukkan ketahanan strategis di tengah tekanan ekonomi dan militer yang dialaminya.
Naqdi menyatakan keyakinannya bahwa “front perlawanan” yang terdiri dari berbagai kelompok di Palestina, Lebanon, Suriah, dan Irak akan terus memperkuat posisi Iran dalam jangka panjang.
Sementara itu, berbagai pihak di kawasan dan dunia internasional terus menyerukan de-eskalasi konflik agar tidak meluas menjadi perang regional terbuka.
Dalam beberapa pekan terakhir, serangkaian serangan lintas batas dan serangan udara telah menewaskan sejumlah warga sipil di Lebanon Selatan dan Gaza.
PBB dan organisasi kemanusiaan internasional menyuarakan keprihatinan terhadap meningkatnya korban jiwa dan memburuknya kondisi kemanusiaan di wilayah konflik.
Iran, melalui perwakilan tetapnya di PBB, juga menuduh Israel melakukan pelanggaran hukum internasional dengan menyerang wilayah kedaulatan negara lain.
Di sisi lain, Israel menuduh Iran menggunakan milisi proksi untuk menyusupkan pengaruh dan menciptakan ketidakstabilan di wilayah Timur Tengah.
Pernyataan dari Naqdi dipandang sebagai pesan politik dan militer bahwa Iran belum memperlihatkan seluruh kekuatannya, namun siap melakukannya jika konflik berlanjut.
Meski demikian, belum ada tanda-tanda bahwa Iran benar-benar akan meningkatkan keterlibatan langsung secara signifikan dalam waktu dekat.
Analis di wilayah Teluk menilai bahwa Iran akan tetap menggunakan pendekatan tidak langsung dalam mendukung sekutu regionalnya, untuk menghindari konfrontasi terbuka dengan kekuatan Barat.
Konflik Iran-Israel telah berlangsung dalam berbagai bentuk selama puluhan tahun, termasuk melalui operasi intelijen, perang siber, dan dukungan terhadap pihak ketiga di wilayah konflik.
Situasi saat ini mencerminkan pola lama ketegangan geopolitik yang terus berlangsung di kawasan Timur Tengah, dengan potensi meningkat setiap saat.
Meskipun Naqdi menyampaikan keyakinan bahwa Iran dapat memenangi perang melalui strategi asimetris dan perlawanan, belum jelas bagaimana strategi ini akan berdampak dalam jangka panjang.
Pernyataan-pernyataan semacam ini juga kerap menjadi bagian dari narasi domestik Iran untuk memperkuat semangat nasionalisme dan ketahanan menghadapi tekanan eksternal.
Hingga kini, berbagai sumber internasional belum dapat mengonfirmasi secara independen tingkat keterlibatan militer Iran yang sebenarnya dalam konflik langsung melawan Israel.
Pakar militer menyatakan bahwa evaluasi akurat terhadap kemampuan militer Iran hanya bisa dilakukan melalui data lapangan yang terbuka, yang saat ini masih terbatas.
Pemerintah Iran terus menekankan bahwa pihaknya bertindak dalam kerangka pembelaan terhadap hak-hak rakyat Palestina dan untuk menjaga stabilitas regional.
Namun, berbagai negara di kawasan, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, menyatakan kekhawatiran atas potensi meluasnya perang akibat ketegangan Iran-Israel.
Sementara itu, Amerika Serikat sebagai sekutu utama Israel telah meningkatkan kewaspadaan militer di kawasan Teluk, termasuk dengan pengerahan kapal perang tambahan.
Diplomasi internasional kini berupaya menenangkan situasi, dengan sejumlah negara menyerukan gencatan senjata dan dimulainya kembali dialog politik.
Iran menyatakan terbuka terhadap diplomasi, tetapi menekankan bahwa kebijakan luar negerinya tidak akan tunduk pada tekanan atau ancaman.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada perkembangan lebih lanjut terkait tanggapan resmi dari Israel terhadap klaim Iran tersebut.
Pihak IRGC sendiri menyatakan akan terus memantau situasi di berbagai front konflik dan merespons sesuai dengan strategi pertahanan nasional Iran.(*).
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v