Teheran, EKOIN.CO – Pemerintah Iran menolak dengan tegas tuduhan Amerika Serikat yang menyebut negara tersebut telah mengirimkan pasukan dan senjata ke wilayah Yaman untuk mendukung kelompok Houthi. Penolakan ini disampaikan pada Kamis, 17 Juli 2025, oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, dalam sebuah konferensi pers resmi di Teheran.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Menurut Baghaei, tuduhan yang dilontarkan oleh Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) tersebut tidak memiliki dasar dan merupakan bagian dari kampanye propaganda yang bertujuan menjelekkan citra Iran di panggung internasional. Ia menekankan bahwa klaim tersebut sama sekali tidak berdasar dan dibuat untuk membenarkan kehadiran militer AS di kawasan Asia Barat.
Satu hari sebelumnya, CENTCOM melalui akun resminya di media sosial X, mengunggah pernyataan yang menuduh Iran telah mengirimkan pasokan senjata dalam jumlah besar ke wilayah konflik di Yaman. Menurut CENTCOM, pengiriman itu berhasil disita oleh Pasukan Perlawanan Nasional (National Resistance Forces/NRF) Yaman.
Dalam pernyataan tersebut, CENTCOM menyebut NRF menemukan lebih dari 750 ton amunisi dan perlengkapan militer. Barang-barang itu meliputi ratusan rudal jelajah, rudal antikapal, rudal antipesawat, hulu ledak, sistem pelacak, mesin drone, sistem radar, dan alat komunikasi militer.
CENTCOM menuding bahwa semua senjata dan peralatan itu dimaksudkan untuk memperkuat kelompok bersenjata Houthi yang selama ini terlibat dalam konflik dengan pemerintah yang diakui secara internasional di Yaman. Klaim itu memunculkan kekhawatiran akan semakin parahnya ketegangan di wilayah tersebut.
Iran Sebut Tuduhan AS Sebagai Dalih Politik
Menanggapi pernyataan CENTCOM, Baghaei menegaskan bahwa tuduhan semacam itu sering digunakan oleh Amerika Serikat sebagai dalih politik untuk mempertahankan keberadaannya di Timur Tengah. Ia menilai bahwa langkah tersebut dilakukan berulang kali oleh AS setiap kali eskalasi meningkat di kawasan.
“Setiap kali tekanan terhadap Israel dan sekutunya meningkat, kita akan melihat gelombang propaganda anti-Iran seperti ini,” ujar Baghaei dalam pernyataan resmi. Ia menyebut bahwa AS berupaya menciptakan justifikasi atas manuver militernya sendiri di kawasan.
Baghaei juga mengatakan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya, khususnya Israel, telah secara aktif mendukung tindakan militer yang memicu ketidakstabilan di kawasan, termasuk agresi terhadap Suriah, Lebanon, dan Palestina. Ia menuduh AS menyediakan senjata dan dukungan politik kepada Israel dalam konflik yang menelan korban sipil.
Lebih lanjut, juru bicara tersebut menyampaikan bahwa genosida di Gaza dan Tepi Barat, serta serangan terhadap negara-negara lain di Timur Tengah, telah menempatkan Amerika Serikat sebagai aktor yang harus bertanggung jawab secara langsung. Ia menilai bahwa tuduhan terhadap Iran adalah bentuk pengalihan isu dari keterlibatan AS dalam konflik tersebut.
Menurutnya, dunia internasional semestinya fokus pada agresi yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina dan keterlibatan AS dalam mendukung aksi militer yang melanggar hukum internasional. Ia mendesak masyarakat global untuk tidak terjebak dalam narasi yang dibuat oleh Washington.
Iran Minta Masyarakat Internasional Tak Terprovokasi
Baghaei menyatakan bahwa masyarakat internasional seharusnya tidak terprovokasi oleh pernyataan sepihak dari pihak Amerika Serikat yang tidak didukung oleh bukti sahih. Ia meminta badan-badan internasional untuk memverifikasi secara independen setiap klaim sebelum membuat keputusan atau mengambil sikap.
Iran juga menyampaikan komitmennya untuk terus mendukung stabilitas dan keamanan di kawasan, bukan sebaliknya. Dalam berbagai forum internasional, Iran telah menyatakan sikapnya terhadap perlunya penyelesaian politik atas konflik Yaman dan menolak segala bentuk intervensi asing.
Pernyataan Baghaei ini juga menunjukkan bahwa Iran tidak akan membiarkan narasi sepihak Amerika Serikat mendominasi wacana internasional mengenai konflik regional. Ia menyerukan kepada media global agar mengedepankan prinsip verifikasi dan keseimbangan dalam pemberitaan.
Konflik di Yaman sendiri telah berlangsung sejak 2014 dan telah menewaskan ribuan orang serta menyebabkan krisis kemanusiaan parah. Kelompok Houthi, yang didukung sebagian oleh Iran menurut AS dan Arab Saudi, telah menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman termasuk ibu kota Sanaa.
Meski Iran membantah tuduhan memberikan dukungan militer langsung kepada Houthi, negara tersebut secara diplomatik kerap menyatakan simpati terhadap perjuangan rakyat Yaman. Hal inilah yang menjadi dasar tuduhan berulang dari pihak AS dan sekutunya.
Konflik tersebut juga telah memicu intervensi koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang didukung Amerika Serikat. Intervensi ini menuai kritik internasional akibat jatuhnya korban sipil dan kehancuran infrastruktur penting di wilayah konflik.
Amerika Serikat sendiri telah lama menjadikan Iran sebagai target utama kebijakan luar negerinya di kawasan Timur Tengah. Perseteruan keduanya semakin intens pasca penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir pada tahun 2018.
Sementara itu, CENTCOM hingga saat ini belum merilis bukti visual atau dokumentasi yang membenarkan klaim mereka mengenai penyitaan senjata dari Iran di Yaman. Pernyataan mereka masih bersifat sepihak dan belum diverifikasi oleh lembaga independen.
Pemerintah Iran menganggap hal ini sebagai bentuk perang informasi yang bertujuan untuk melemahkan posisi diplomatik Teheran dalam berbagai forum internasional. Baghaei menyatakan bahwa langkah-langkah serupa akan terus dilawan secara diplomatik dan hukum.
Sebagai langkah lanjutan, Iran disebut akan mengirimkan nota protes diplomatik kepada Washington melalui jalur resmi. Tujuannya adalah menuntut klarifikasi atas tuduhan yang dianggap mencemarkan nama baik negara tersebut.
Tuduhan dari Amerika Serikat terhadap Iran terkait pengiriman senjata ke Yaman telah memunculkan ketegangan baru dalam dinamika geopolitik Asia Barat. Bantahan keras dari Iran memperlihatkan ketegangan diplomatik antara kedua negara yang belum mereda sejak lama. Situasi ini menambah kompleksitas konflik di Yaman yang hingga kini belum menemui titik damai.
Pernyataan resmi Iran memperlihatkan bagaimana negara tersebut mencoba memposisikan diri sebagai korban kampanye propaganda. Dalam waktu bersamaan, tuduhan CENTCOM berpotensi memperkeruh pandangan dunia terhadap peran Iran dalam konflik regional. Hal ini penting untuk terus diawasi secara objektif dan independen.
Dalam konteks yang lebih luas, konflik ini menunjukkan bagaimana kekuatan besar kerap menggunakan narasi keamanan untuk memperkuat kehadirannya di kawasan strategis. Tuduhan terhadap Iran kemungkinan akan terus muncul jika tidak disertai proses verifikasi terbuka oleh lembaga internasional yang netral.
Situasi ini perlu ditanggapi dengan kehati-hatian oleh masyarakat internasional, agar tidak terjebak dalam polarisasi informasi. Kehadiran aktor-aktor global di konflik lokal menambah kerumitan dalam mencari solusi damai yang berkelanjutan.
Maka dari itu, penting bagi semua pihak, termasuk media dan organisasi internasional, untuk menjalankan fungsinya dalam menyajikan informasi akurat dan netral. Upaya untuk memperkeruh suasana dengan tuduhan yang tidak terverifikasi justru akan memperpanjang penderitaan rakyat di kawasan konflik tersebut. (*)