Washington,EKOIN.CO – Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump tengah mengkaji langkah untuk mengganti peran perusahaan Elon Musk, SpaceX, dalam proyek pertahanan misil senilai Rp2.852 triliun bernama Golden Dome. Proyek ini merupakan versi Amerika dari sistem pertahanan udara Iron Dome milik Israel, yang akan diperluas dengan dukungan konstelasi satelit berkapasitas tinggi.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Langkah Gedung Putih ini dilaporkan seiring meningkatnya tensi antara Trump dan Elon Musk. Menurut laporan Reuters, sejumlah pejabat Trump disebut telah menjalin komunikasi dengan perusahaan pesaing SpaceX, termasuk Project Kuiper milik Jeff Bezos. Proyek Golden Dome membutuhkan dukungan komunikasi dan kendali dari jaringan satelit orbit rendah dalam skala besar.
Selama ini, pemerintah AS mengandalkan layanan Starlink dan Starshield dari SpaceX untuk keperluan komunikasi militer. Namun, kekhawatiran muncul mengenai ketergantungan terhadap satu entitas swasta dalam proyek strategis sebesar ini. Pentagon dan Gedung Putih, sebagaimana dilaporkan Reuters, telah mempertimbangkan opsi lain sejak sebelum konflik Trump-Musk mencuat ke publik.
Gedung Putih Bidik Kuiper sebagai Alternatif
Salah satu kandidat utama pengganti SpaceX adalah Project Kuiper, perusahaan satelit milik Jeff Bezos. Kuiper telah meluncurkan 78 satelit dan merencanakan total 3.000 satelit orbit rendah. Meski awalnya dirancang untuk kebutuhan komersial, Bezos menyebut Kuiper juga dapat digunakan untuk kepentingan strategis, termasuk pertahanan.
Bezos dalam wawancara dengan Reuters Januari lalu menyatakan, “Kuiper memang fokus pada pasar komersial, tetapi tetap bisa dialihkan untuk fungsi lain seperti sistem pertahanan.” Hal ini menunjukkan kesiapan Amazon bersaing dalam tender proyek militer bernilai besar tersebut.
Konstelasi satelit Kuiper masih dalam tahap awal pengembangan, sementara SpaceX telah mengorbitkan lebih dari 9.000 satelit. Pengalaman dan jangkauan luas infrastruktur SpaceX menjadikannya mitra utama selama ini, tetapi kebijakan pengadaan federal mengharuskan pemilihan penyedia jasa dengan harga dan efisiensi terbaik.
Trump Gerakkan Kontraktor Baru
Selain Kuiper, pemerintahan Trump juga menjajaki kerja sama dengan perusahaan kontraktor pertahanan lain di luar bidang antariksa. Dua di antaranya adalah Lockheed Martin dan RTX, yang disebut akan memproduksi sistem persenjataan dalam proyek Golden Dome.
Michael Guetlin, jenderal yang memimpin angkatan bersenjata luar angkasa AS (Space Force), ditunjuk untuk mengepalai proyek Golden Dome. Ia akan memimpin pengembangan arsitektur sistem ini dalam waktu 60 hari ke depan. Proyek ini diumumkan sepekan setelah Trump resmi dilantik sebagai Presiden pada Februari lalu.
“Pengadaan pemerintah federal mengharuskan memilih penyedia yang menawarkan harga terbaik. Jika tidak, itu adalah pelanggaran hukum,” tulis Elon Musk dalam akun media sosial X miliknya. Musk tidak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai keterlibatan SpaceX ke depan dalam proyek ini.
Proyek Golden Dome dirancang untuk memberikan perlindungan menyeluruh terhadap ancaman misil di berbagai kawasan Amerika Serikat. Karena wilayah AS jauh lebih luas dibandingkan Israel, sistem ini membutuhkan jaringan satelit dan infrastruktur pertahanan yang jauh lebih besar dan kompleks.
Trump disebut menginstruksikan timnya untuk mempercepat proses evaluasi vendor pengganti. Di antara pertimbangannya adalah memastikan bahwa sistem Golden Dome tidak dimonopoli oleh satu perusahaan, serta membuka persaingan sehat antarpenyedia teknologi.
Selain teknologi satelit, sistem Golden Dome juga direncanakan memiliki elemen intersepsi dan radar berbasis darat serta udara. Komponen-komponen ini akan dikembangkan bersama kontraktor pertahanan terkemuka, dengan integrasi penuh ke dalam jaringan komunikasi luar angkasa militer.
Menurut laporan Reuters, pengembangan awal Golden Dome akan fokus pada desain sistem integratif antara jaringan satelit orbit rendah dan platform persenjataan di bumi. Pentagon menyatakan bahwa proses ini bersifat mendesak dan strategis bagi keamanan nasional.
Para pejabat senior Pentagon menyebutkan, mereka telah memperkirakan risiko jika terlalu bergantung pada satu penyedia layanan. Diversifikasi vendor akan memperkuat ketahanan sistem pertahanan dan memastikan stabilitas jangka panjang.
Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari pihak Gedung Putih mengenai batas waktu keputusan penggantian SpaceX. Namun, pembicaraan terus berlangsung intensif di kalangan internal pemerintah dan sejumlah mitra industri pertahanan.
SpaceX masih tercatat sebagai kontraktor aktif dalam proyek pertahanan lain di bawah Departemen Pertahanan AS, termasuk peluncuran satelit militer dan misi intelijen luar angkasa. Keputusan final terhadap keterlibatannya dalam Golden Dome akan sangat mempengaruhi masa depan kerjasama ini.
Golden Dome dianggap sebagai salah satu proyek paling ambisius Trump dalam masa jabatan keduanya. Ia menilai sistem pertahanan berbasis luar angkasa ini akan menjadi fondasi utama dalam melindungi daratan AS dari serangan rudal balistik antarbenua.
Sementara itu, sejumlah analis kebijakan pertahanan menyebut langkah membuka peluang untuk perusahaan lain sebagai respons realistis terhadap dinamika pasar dan hubungan personal antara Presiden dan tokoh bisnis seperti Musk.
dari perkembangan ini menunjukkan adanya pergeseran paradigma dalam pengadaan sistem pertahanan nasional Amerika Serikat. Ketergantungan kepada satu entitas dinilai tidak lagi relevan, terutama untuk proyek dengan skala sebesar Golden Dome.
Sebagai bagian dari upaya modernisasi militer, pemerintah AS menargetkan integrasi sistem pertahanan berbasis darat dan luar angkasa dalam satu kesatuan platform. Hal ini dianggap penting untuk meningkatkan daya tangkal terhadap ancaman strategis dari negara-negara pesaing.
Langkah mengevaluasi SpaceX sebagai penyedia utama mencerminkan kehati-hatian dalam pengambilan keputusan strategis. Meski SpaceX memiliki pengalaman luas, persaingan terbuka menjadi pilihan yang lebih aman secara jangka panjang.
Dengan keterlibatan banyak aktor industri, pemerintah AS juga akan mendapatkan lebih banyak opsi teknologi, fleksibilitas logistik, dan harga yang lebih kompetitif. Ini sejalan dengan prinsip efisiensi dalam pengadaan publik federal.
Ke depan, keputusan akhir soal siapa yang akan memimpin sistem komunikasi Golden Dome akan sangat menentukan arah kebijakan luar angkasa militer Amerika Serikat di era baru ini. (*)