Teheran, EKOIN.CO – Iran masih menjaga ketenangan siber meski sebelumnya mengalami gelombang serangan dari Israel dan Amerika Serikat. Pada Jumat, 27 Juni 2025, laporan terbaru dari sejumlah media menyebutkan bahwa para peretas Iran belum melancarkan respons besar secara daring terhadap serangan yang menghantam berbagai infrastruktur mereka.
Serangan Balasan Belum Terjadi di Dunia Maya
Meskipun serangan militer skala besar menghancurkan berbagai fasilitas fisik, Iran belum menunjukkan aksi balasan yang kuat di dunia maya. Para analis menyebut bahwa kelompok peretas seperti Handala Hack hanya melakukan penetrasi kecil terhadap sistem perbankan Israel.
Operasi Siber Masih Terbatas
Sampai Jumat malam, operasi siber Iran hanya memicu gangguan kecil berupa manipulasi data dan serangan phishing yang tidak sistematis. Aktivitas tersebut dinilai belum sebanding dengan dampak serangan fisik yang dilancarkan sebelumnya oleh Israel dan Amerika Serikat.
Aset Kripto Iran Juga Terserang
Salah satu serangan terkoordinasi berhasil menghapus data keuangan di server bank Iran serta membekukan aset kripto Iran senilai lebih dari 90 juta dolar AS. Kerugian tersebut memukul sistem keuangan Iran, terutama sistem transaksi internasional berbasis blockchain.
Israel Gunakan Teknologi Terkini
Serangan siber dan sabotase data dilakukan secara presisi. Unit intelijen Israel, bekerja sama dengan Badan Keamanan Nasional AS, menggunakan sistem penyusup perangkat lunak terbaru yang mampu menonaktifkan server utama milik lembaga keuangan Iran.
Prancis Diam-diam Intervensi
Sebelum kesepakatan gencatan senjata diumumkan, Prancis menghalau masuknya drone Iran yang melewati pangkalan mereka. Jet tempur Rafale dan sistem pertahanan darat Prancis digunakan untuk menjatuhkan beberapa drone yang diduga menuju wilayah Israel.
Trump Siap Kirim Serangan Lanjutan
Mantan Presiden AS, Donald Trump, yang kini kembali menjabat, menyatakan kesiapan untuk mengirim serangan lanjutan apabila Iran kembali memperkaya uranium di luar batas yang disepakati. Trump menegaskan pentingnya inspeksi nuklir internasional secara terbuka.
Gaza Masih Menderita
Sementara itu, laporan terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut sistem bantuan kemanusiaan yang dikendalikan oleh Israel dan AS di Gaza justru memperparah krisis. Lebih dari 56.000 warga tewas, dan lebih dari 132.000 mengalami luka berat sejak Oktober 2023.
Jalur Perdagangan Kembali Pulih
Perusahaan pelayaran Maersk mulai kembali beroperasi di Pelabuhan Haifa, Israel. Langkah ini menandai pemulihan kegiatan ekspor-impor setelah berakhirnya operasi militer dan dimulainya masa tenang pasca gencatan senjata.
Harga Minyak Dunia Turun
Dengan berakhirnya ketegangan, harga minyak global turun drastis. Minyak jenis Brent dan WTI masing-masing jatuh ke angka 68 dan 65 dolar AS per barel. Pasar global kembali fokus pada keseimbangan pasokan dan permintaan.
Khamenei Klaim Iran Menang
Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, menyampaikan bahwa Iran telah berhasil menampar wajah Amerika Serikat. Ia menyebut bahwa serangan terhadap situs nuklir Iran tidak membuahkan hasil dan tidak menggoyahkan semangat nasional.
Iran Eksekusi Tahanan Internal
Iran melakukan gelombang penahanan terhadap mereka yang dicurigai sebagai mata-mata Israel. Sebanyak 700 orang ditangkap, termasuk warga Kurdi dan pegawai militer. Beberapa di antaranya dieksekusi dalam waktu cepat.
Parlemen Iran Ancam Tutup Selat Hormuz
Parlemen Iran menyetujui rancangan untuk menutup Selat Hormuz jika Israel atau AS kembali melakukan serangan militer. Meski keputusan belum dijalankan, dunia kini mengantisipasi dampak terhadap distribusi minyak global.
Respons Dunia Internasional
Dunia internasional merespons dengan campuran kecaman dan seruan damai. Negara-negara Teluk sebagian mendukung Israel secara diam-diam, namun tetap mempertahankan posisi diplomatik netral di hadapan publik dunia.
Pakistan dan India Dukung Diplomasi
Amerika Serikat mengadakan pembicaraan strategis dengan Pakistan dan India untuk mendorong perdamaian jangka panjang. Donald Trump bahkan mendapat dukungan untuk dicalonkan menerima Nobel Perdamaian atas keterlibatannya dalam gencatan senjata.
Israel Dorong Abraham Accords
PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa konflik terbaru ini menjadi momentum untuk memperluas Abraham Accords. Ia berharap Saudi Arabia dan Suriah dapat bergabung dalam perjanjian perdamaian tersebut. Komunitas internasional perlu memperkuat pengawasan terhadap situasi keamanan digital dan fisik agar tidak berkembang menjadi krisis regional berkepanjangan.
Transparansi dalam proses negosiasi dan pelibatan lembaga independen seperti IAEA harus menjadi prasyarat utama bagi kepercayaan publik.
Sektor bantuan kemanusiaan di Gaza dan wilayah konflik lain membutuhkan jalur distribusi yang aman dan netral tanpa dikendalikan sepihak.
Negara-negara besar perlu mengurangi pendekatan militeristik dan memperkuat upaya diplomatik untuk mencegah konflik serupa terulang.
Di dalam negeri, Iran juga dituntut membuka ruang demokrasi agar suara rakyat tidak ditekan dengan dalih keamanan nasional.Konflik Israel-Iran tidak hanya berdampak secara militer, tetapi juga memperparah kondisi sipil dan ekonomi kawasan.
Serangan siber, walau terbatas, menunjukkan potensi besar dalam mempengaruhi stabilitas suatu negara.
Meskipun gencatan senjata berlangsung, situasi tetap rapuh dan bisa berubah jika salah satu pihak melanggar kesepakatan.
Gagalnya respons siber Iran menandakan lemahnya kesiapan mereka di medan digital, namun belum tentu dalam jangka panjang.
Dunia harus menjaga kestabilan Selat Hormuz, karena gangguan sekecil apa pun di sana dapat mengguncang pasar global.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v