Moskow EKOIN.CO – Serangan besar-besaran Rusia kembali mengguncang wilayah Ukraina pada Senin malam, 21 Juli 2025. Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya mengonfirmasi bahwa pasukannya telah meluncurkan senjata presisi dari darat, laut, dan udara, termasuk rudal balistik hipersonik Kinzhal serta drone tempur.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Menurut laporan yang dikutip dari Russia Today, serangan terkoordinasi itu menyasar kompleks industri militer serta infrastruktur lapangan udara Ukraina. Pihak kementerian menyatakan bahwa seluruh target yang ditentukan telah berhasil dihantam.
“Tujuan serangan telah tercapai. Semua target yang ditentukan telah diserang,” bunyi pernyataan resmi dari Kementerian Pertahanan Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut sejumlah kota besar mengalami dampak serius. Kyiv, Kharkov, dan Ivano-Frankivsk dilaporkan mengalami kerusakan signifikan akibat gempuran tersebut.
Zelensky juga menyampaikan bahwa sistem pertahanan udara negaranya berhasil menjatuhkan drone Rusia di sejumlah wilayah, termasuk Sumy, Khmelnitsky, Kirovograd, Nikolayev, Poltava, dan Kherson yang saat ini berada di bawah kendali Kyiv.
Serangan tersebut, menurut Zelensky, berlangsung sepanjang malam dan mencakup lebih dari 420 drone serta 20 rudal. Akibatnya, dua warga tewas dan 15 orang lainnya mengalami luka-luka.
Kerusakan juga tercatat pada fasilitas non-perumahan di Kyiv, termasuk sebuah supermarket, gudang, dan kompleks pondok yang tidak berpenghuni. Lokasi tepatnya tidak diungkapkan oleh pihak Ukraina.
Target Infrastruktur Militer, Rusia Klaim Tidak Serang Sipil
Pemerintah Rusia menegaskan bahwa semua serangan ditujukan pada fasilitas militer Ukraina. Mereka menyatakan tidak menargetkan infrastruktur sipil atau penduduk.
Moskow mengklaim bahwa serangan tersebut merupakan balasan atas tindakan Kyiv yang meluncurkan serangan jauh ke wilayah Rusia. Serangan Ukraina sebelumnya diketahui menyasar berbagai infrastruktur penting di dalam wilayah Rusia.
Sementara itu, konflik juga semakin memanas menyusul pernyataan dari Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat, Christopher Donahue. Ia menyebut bahwa eksklave Rusia di Kaliningrad berada dalam jangkauan kekuatan NATO.
Mengutip Newsweek, Donahue mengatakan bahwa Kaliningrad dapat “dihancurkan dalam waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya” oleh aliansi NATO. Pernyataan ini memicu reaksi keras dari Moskow.
Rusia Ancam Gunakan Nuklir Jika Kaliningrad Diserang
Leonid Slutsky, Ketua Komite Urusan Luar Negeri Duma Negara Rusia, memperingatkan bahwa serangan terhadap Kaliningrad sama saja dengan menyerang wilayah Rusia. Ia menyebut Moskow akan merespons menggunakan doktrin nuklirnya.
“Serangan terhadap wilayah Kaliningrad akan berarti serangan terhadap Rusia, dengan segala tindakan pembalasan yang semestinya, yang antara lain diatur oleh doktrin nuklirnya,” ujar Slutsky dalam pernyataannya.
Ancaman nuklir ini mempertegas posisi Rusia di tengah memanasnya hubungan dengan Barat. Slutsky merupakan pejabat tinggi kedua pekan ini yang mengeluarkan pernyataan serupa.
Sebelumnya, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa doktrin nuklir Rusia “masih berlaku” di tengah meningkatnya bantuan militer dari NATO kepada Ukraina.
Pernyataan ini disampaikan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan mengirim senjata canggih ke Ukraina. Dukungan dari AS dan sekutunya dinilai telah memicu eskalasi lebih lanjut.
Trump, yang kini kembali menjabat sebagai Presiden AS, mengambil pendekatan berbeda dibanding pendahulunya Joe Biden. Ia secara terbuka lebih kritis terhadap Presiden Zelensky dan lebih banyak menjalin komunikasi langsung dengan Moskow.
Meski demikian, dalam beberapa pekan terakhir, Trump juga mulai mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin. Hal ini menunjukkan pergeseran sikap dalam kebijakan luar negerinya.
Perang antara Rusia dan Ukraina yang dimulai pada Februari 2022 telah membawa ketegangan geopolitik ke titik tertinggi. Ancaman penggunaan senjata nuklir meningkatkan kekhawatiran komunitas internasional.
Ketegangan ini juga menunjukkan tidak hanya pertarungan militer di lapangan, tetapi juga konfrontasi diplomatik dan ideologis antara Rusia dan kekuatan Barat, terutama NATO.
Situasi ini belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Serangan terbaru menjadi sinyal bahwa eskalasi bisa terus berlanjut jika tidak ada upaya penyelesaian yang konkret.
Masyarakat internasional menyerukan penahanan diri dan dialog diplomatik. Namun, pernyataan-pernyataan provokatif dari kedua belah pihak justru memperumit kemungkinan tercapainya perdamaian.
Dalam beberapa bulan ke depan, perhatian global kemungkinan besar akan tertuju pada Kaliningrad. Eksklave itu berpotensi menjadi titik nyala konflik yang lebih luas.
Diperlukan pengawasan dan diplomasi aktif untuk mencegah konflik terbuka antara NATO dan Rusia. Kaliningrad bisa menjadi simbol dari risiko besar yang dihadapi dunia saat ini.
Penting bagi semua pihak untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang bisa memicu eskalasi berskala global. Upaya damai harus terus didorong oleh lembaga internasional.
dari kejadian ini adalah bahwa konflik Rusia-Ukraina telah mencapai dimensi baru yang mengkhawatirkan. Penggunaan rudal hipersonik dan ancaman nuklir menunjukkan eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak awal invasi pada 2022.
Bahaya konflik ini bukan hanya berdampak pada Ukraina dan Rusia, tetapi juga menyasar kestabilan global. Pernyataan NATO dan reaksi Rusia menunjukkan bahwa perang ini kini menjadi bagian dari pertarungan kekuatan dunia.
Serangan yang menyasar infrastruktur militer sekaligus menimbulkan korban sipil menandai bahwa konflik ini jauh dari kata selesai. Kedua pihak saling mengklaim justifikasi atas aksi militernya.
Penting bagi masyarakat internasional untuk memantau perkembangan ini dengan cermat. Intervensi diplomatik yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk menghindari skenario terburuk.
yang dapat diberikan adalah agar pemimpin dunia segera mengedepankan perundingan damai. Jalan keluar diplomatik harus menjadi prioritas, bukan justru meningkatkan ancaman atau unjuk kekuatan militer.
Penyelesaian konflik secara damai akan menyelamatkan ribuan nyawa serta menghindarkan dunia dari krisis yang lebih besar. Ancaman nuklir tidak boleh dianggap remeh oleh komunitas internasional.
NATO dan Rusia harus menghindari provokasi lanjutan dan kembali kepada meja perundingan dengan itikad baik. Keterlibatan organisasi internasional dapat membantu mempertemukan kepentingan kedua belah pihak.
Kejelasan mengenai batasan wilayah dan hak kedaulatan sangat penting dalam menyelesaikan konflik ini. Kaliningrad tidak seharusnya menjadi titik pemicu konflik dunia.
Keterbukaan informasi dan akuntabilitas dari masing-masing pihak perlu ditegakkan. Dunia tidak bisa membiarkan kebohongan dan propaganda mendikte arah konflik ini.
( * )