Wina, Ekoin.co – Program nuklir Iran disebut mengalami kerusakan besar setelah serangan udara yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Israel sejak 13 Juni lalu. Serangan tersebut berdampak pada tiga lokasi utama pengayaan uranium di Natanz, Isfahan, dan Fordow. Fasilitas-fasilitas ini selama ini menjadi pusat dari aktivitas pengayaan dan konversi uranium Iran.
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, mengatakan bahwa meskipun tidak semua fasilitas terkena serangan, kerusakan yang terjadi di beberapa lokasi sangat parah. Ia menggarisbawahi bahwa kerusakan tersebut berdampak langsung pada kemampuan teknis Iran dalam melanjutkan pengayaan uranium seperti sebelumnya.
“Memang benar bahwa, dengan kapasitasnya yang berkurang, akan jauh lebih sulit bagi Iran untuk melanjutkan (program nuklir) dengan kecepatan yang mereka pertahankan,” kata Grossi, saat berada di Wina dan tengah memantau perkembangan teknis IAEA, pada Senin (24/6/2025).
Dalam penjelasan selanjutnya, Grossi juga menyampaikan kondisi sentrifus yang digunakan Iran untuk memperkaya uranium di Fordow. Ia menjelaskan bahwa kerusakan pada mesin-mesin tersebut sangat parah, hingga tidak bisa lagi digunakan.
“Ini adalah mesin dengan posisi yang rumit—ada rotor, ada komponen—jadi kerusakannya pasti total,” terang Grossi.
Grossi menyebutkan pula, sentrifus-sentrifus di Fordow tidak lagi bisa beroperasi. Menurutnya, hal ini menunjukkan skala dampak dari serangan yang telah terjadi.
“Kami tidak dapat menilai sepenuhnya, dan tidak seorang pun dapat mengatakan dengan pasti seberapa parah kerusakannya. Namun, kami telah mengetahui bahwa, mengingat kekuatan senjata tersebut dan karakteristik teknis sentrifus, kami tahu bahwa sentrifus ini tidak lagi beroperasi,” sebut Grossi.
Iran Hentikan Akses Pengawasan Nuklir IAEA
Selain kerusakan teknis, Grossi juga menyoroti sikap Iran yang menghentikan kerja sama dengan IAEA. Ia menilai, jika Iran benar-benar menutup akses terhadap pengawas internasional, maka situasinya akan sangat mengkhawatirkan dan berpotensi menciptakan krisis baru.
“Jika Iran secara sepihak menangguhkan keterlibatannya dan memblokir inspektur untuk mengakses situs nuklir, kita akan berada di ambang krisis baru,” tegas Grossi, saat diwawancarai oleh jaringan radio Prancis dari markas IAEA di Wina, Senin (24/6/2025).
Dalam wawancara yang sama, Grossi menekankan bahwa Iran terikat oleh perjanjian internasional sebagai anggota Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. Oleh karena itu, katanya, kewajiban untuk membuka akses bagi pengawas bukanlah suatu kebaikan, melainkan tanggung jawab yang harus dipenuhi.
“Kehadiran IAEA di Iran bukan karena kemurahan hati. Ini adalah tanggung jawab internasional. Iran adalah penanda tangan Perjanjian Non-Proliferasi, dan karenanya, harus tunduk pada sistem inspeksi,” ucap Grossi.
Sementara itu, serangan udara Israel yang berlangsung selama hampir dua pekan juga menimbulkan dampak besar terhadap warga sipil. Lebih dari 600 orang dilaporkan tewas dan banyak rumah rusak berat di ibu kota Teheran. Kondisi ini menyebabkan banyak warga kehilangan tempat tinggal dan menghadapi pemulihan yang panjang.