Jakarta, EKOIN.CO – Pengakuan seorang prajurit Israel yang menyebut ada perintah menembaki warga Gaza yang mengantre bantuan bikin militer kelabakan. Media Israel Haaretz memuat pengakuan itu, dan langsung dibantah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu serta Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Netanyahu dan Gallant menuding laporan itu sengaja diterbitkan untuk menjatuhkan citra pasukan Israel.
“Ini adalah kebohongan kejam yang dirancang untuk mendiskreditkan IDF, tentara paling bermoral di dunia,” tegas Netanyahu dan Gallant.
Haaretz menulis bahwa perintah itu diberikan untuk membubarkan kerumunan warga di sekitar lokasi distribusi bantuan. Salah satu prajurit mengaku perintah itu datang langsung dari atasan militer.
“Di lokasi saya ditempatkan, satu hingga lima orang tewas terbunuh setiap hari,” ucap prajurit yang tak disebutkan namanya itu, seperti dilansir Haaretz.
Ia menggambarkan lokasi penjagaannya seperti zona pembantaian.
“Tidak ada pengendalian massa, tidak ada gas air mata. Hanya tembakan langsung dengan segala cara yang bisa dibayangkan,” sambungnya.
Militer Israel membantah keras laporan tersebut dan menekankan tidak ada instruksi menembaki warga sipil.
“Kami sangat membantah tuduhan yang dibuat dalam artikel tersebut. IDF tidak menginstruksikan pasukan untuk dengan sengaja menembak warga sipil, termasuk mereka yang mendekati pusat distribusi,” kata juru bicara IDF.
Juru bicara itu juga menyebut prajurit yang diwawancarai Haaretz tidak bertugas di lapangan.
GHF Minta Israel Selidiki Dugaan Penembakan
Sementara itu, Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung Amerika Serikat ikut buka suara. Mereka mengklaim tak tahu adanya insiden penembakan di sekitar lokasi distribusi.
“GHF tidak mengetahui salah satu dari insiden ini, tapi tuduhan ini terlalu serius untuk diabaikan. Oleh karena itu kami menyerukan Israel untuk menyelidikinya dan secara transparan mempublikasikan hasilnya,” terang GHF.
Laporan yang sama mencatat, lebih dari 500 warga Gaza tewas di sekitar lokasi distribusi sejak 27 Mei. Enam orang kembali dilaporkan tewas saat mengantre bantuan pada Jumat (27/6).
Haaretz menyebut unit khusus tentara Israel telah ditugaskan untuk menelusuri tindakan prajurit di lokasi pembagian bantuan. Militer menyampaikan bahwa sebagian kejadian memang tengah ditinjau.
“Setiap tuduhan penyimpangan dari hukum atau arahan akan diperiksa secara menyeluruh, dan tindakan lebih lanjut akan diambil sebagaimana diperlukan,” jelas pernyataan militer kepada Reuters.