Iran, EKOIN.CO – Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat memuncak setelah Presiden Donald Trump memerintahkan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran. Di tengah kecaman internasional, Iran menyatakan siap membalas. Presiden Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa meski Iran tidak menginginkan perang, negara itu akan membuat pihak agresor menyesal. Dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif, Pezeshkian mengecam keras agresi militer AS terhadap fasilitas nuklir Iran di Isfahan, Natanz, dan Fordow.
“Amerika harus bertanggung jawab atas agresinya,” katanya seraya menekankan bahwa tindakan itu menunjukkan kebohongan AS soal dialog dan perdamaian.
Pezeshkian juga menyampaikan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa Iran telah diserang secara militer dan punya hak untuk membela diri.
“Jika Anda yang diserang, apa yang akan Anda lakukan?,” tegasnya.
Dalam perbincangan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyebut situasi global saat ini sebagai sesuatu yang “mengkhawatirkan dan tidak dapat diterima.” Ia juga menegaskan bahwa tuduhan terhadap Iran soal senjata nuklir adalah “kebohongan sejarah besar.” Menurutnya, serangan Israel dengan dukungan AS pada 13 Juni telah menewaskan ratusan orang, termasuk warga sipil, komandan militer, dan ilmuwan nuklir Iran.
Retorika Memanas: Balasan Iran, Ancaman Trump
Di forum Dewan Keamanan PBB, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan, “Serangan Amerika Serikat akan meninggalkan dampak yang berlangsung lama,” ujarnya saat memberi penjelasan. Ia menyalahkan Israel sebagai pemicu perang lewat serangan mendadak, dan menyebut keterlibatan AS sebagai bentuk penghancuran jalur diplomasi. Araghchi menegaskan bahwa militer Iran akan menentukan waktu, bentuk, dan skala balasan sesuai keputusan panglima angkatan bersenjata.
Pernyataan dari Washington menunjukkan posisi yang berbeda. Di hadapan wartawan, Trump menyatakan bahwa Iran harus memilih antara damai atau kehancuran.
“Sudah 40 tahun Iran meneriakkan Mati untuk Amerika, Mati untuk Israel. Sekarang akan ada damai, atau akan ada tragedi jauh lebih besar dari delapan hari terakhir,” ujarnya.
“Ingat, masih banyak target lainnya. Kalau damai tidak datang dengan cepat, kami akan kejar target itu dengan presisi, kecepatan, dan keahlian,” ungkapnya dalam konferensi pers.
Meski menyuarakan keinginan untuk perdamaian, Trump juga sempat menyinggung soal perubahan rezim, yang memicu kemarahan lebih lanjut di Teheran.
“Amerika tidak sedang berperang dengan Iran. Kami tidak ingin memperpanjang ini,” ucap Wakil Presiden JD Vance yang mencoba meredam ketegangan dalam sebuah sesi diskusi partai. Namun, komentar tersebut tidak meredakan kemarahan Iran. Pezeshkian menyebut bahwa AS dan Israel terus mengacaukan kawasan, menyebarkan senjata, serta menciptakan citra palsu tentang Muslim di dunia internasional.
Ia juga menyatakan bahwa Iran tetap akan mengejar haknya secara sah, meski sistem hukum internasional saat ini gagal melindungi kedaulatan negara-negara dari agresi.
Siaga Global, Ancaman Siber, dan Risiko Ekonomi
Kementerian Luar Negeri Amerika merilis peringatan perjalanan global “Worldwide Caution” yang berbunyi, “Konflik antara Israel dan Iran telah mengganggu perjalanan dan menutup sebagian wilayah udara di Timur Tengah. Ada potensi demonstrasi terhadap warga dan kepentingan Amerika di luar negeri,” sebut kementerian tersebut dalam pernyataannya. Nilai tukar dolar saat ini sekitar Rp16.400, namun ketegangan di Timur Tengah membuat biaya dan risiko perjalanan bagi warga AS di luar negeri ikut meningkat.
Peringatan lain datang dari dalam negeri. Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menyatakan potensi serangan siber oleh kelompok pro-Iran meningkat.
Dalam dokumen tersebut dijelaskan, “Serangan siber tingkat rendah dari kelompok pro-Iran kemungkinan besar terjadi pada jaringan AS.”
Mereka juga menyebut adanya ancaman terhadap tokoh-tokoh pemerintah, termasuk Trump, sebagai bagian dari rencana balasan atas pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani tahun 2020.
Sebagai bentuk pencegahan, otoritas lokal di New York, Los Angeles, dan Washington DC meningkatkan patroli di tempat ibadah, kantor diplomatik, dan area publik. Laporan Bloomberg menyebut polisi setempat telah mendapat instruksi pengamanan ekstra.
Di luar isu keamanan langsung, Iran masih punya pengaruh besar atas jalur minyak dunia. Selat Hormuz, yang dikuasainya, menjadi jalur 20 persen perdagangan minyak global. Namun jika ditutup, dampaknya bisa memukul balik ekonomi Iran dan negara mitranya, seperti Tiongkok.
Sementara itu, para analis menyebut kapasitas militer Iran memang terganggu akibat serangan Israel pada 13 Juni. Namun Iran tetap punya opsi serangan cepat, dan situasi ini justru bisa mendorong ambisi nuklir Iran lebih jauh dari sebelumnya.