Jakarta, ekoin.co – Konflik panas antara Iran dan Israel memasuki babak baru setelah gencatan senjata diumumkan secara sepihak oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Namun, hingga kini, kedua belah pihak belum menunjukkan tanda-tanda penurunan eskalasi di lapangan, bahkan justru melanjutkan serangan balasan yang mematikan.
Gencatan Senjata Tanpa Kesepakatan Tegas
Presiden Trump pada Senin malam (waktu setempat) menyatakan bahwa kedua negara “telah sepakat untuk menghentikan perang selama dua belas hari terakhir”. Namun, klaim tersebut segera dibantah oleh Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi. Ia menyebut bahwa Iran belum membuat kesepakatan formal apa pun dengan Israel maupun Amerika Serikat, dan hanya bersedia menghentikan serangan jika Israel “menghentikan agresi ilegalnya sebelum pukul 04.00 waktu Teheran.”
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan meminta seluruh pejabat tinggi pemerintahannya untuk tidak memberikan pernyataan publik, memperkuat dugaan bahwa Tel Aviv masih belum sepenuhnya menyetujui atau mempercayai tawaran gencatan senjata tersebut.
Rudal Iran Hujani Israel, Tiga Tewas
Meski kabar gencatan senjata telah mengemuka, Iran tetap melakukan peluncuran rudal balistik ke wilayah Israel dalam enam gelombang serangan yang terjadi Senin malam hingga Selasa dini hari. Serangan tersebut menewaskan tiga warga sipil di Beersheba dan menyebabkan kerusakan pada fasilitas rumah sakit dan infrastruktur lainnya.
Kementerian Kesehatan Israel melaporkan bahwa rumah sakit Soroka di Beersheba terkena dampak langsung, memaksa evakuasi darurat sebagian pasien ke fasilitas cadangan di selatan kota. Serangan itu dianggap sebagai pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional.
Israel Balas, Serang Penjara Politik Iran
Sebagai tanggapan, Israel melakukan serangan udara strategis di wilayah Tehran dan Karaj, Iran. Target utamanya termasuk penjara Evin yang dikenal sebagai pusat penahanan tahanan politik. Gambar satelit menunjukkan kerusakan parah pada sisi barat kompleks penjara, dan sejumlah laporan menyebutkan kemungkinan jatuhnya korban jiwa, termasuk tahanan politik yang belum dikonfirmasi identitasnya.
Tak hanya itu, fasilitas nuklir dan riset ilmiah seperti Weizmann Institute juga dilaporkan diserang, meski pemerintah Israel belum memberikan konfirmasi resmi mengenai target spesifik tersebut.
Rakyat Sipil Mengungsi, Situasi Memburuk
Akibat serangan udara Israel, ribuan warga sipil Iran dilaporkan mengungsi dari wilayah Tehran menuju kawasan pegunungan di utara. Beberapa di antaranya menyebut bahwa mereka mengalami pemadaman listrik, kekurangan air bersih, dan kepanikan massal, terutama setelah terdengar suara ledakan besar pada Senin malam.
Sementara itu, di Israel, sirene peringatan terus berbunyi di kota-kota selatan seperti Ashkelon dan Beersheba. Lembaga Penanggulangan Bencana Nasional Israel melaporkan jumlah pengungsi meningkat menjadi lebih dari 30 ribu orang hanya dalam waktu 24 jam terakhir.
Dunia Internasional Mendesak Kedua Pihak Menahan Diri
PBB dan Uni Eropa telah mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan kedua negara untuk segera menghentikan aksi militer dan mengembalikan proses ke jalur diplomasi. Namun, dengan kondisi komunikasi yang terbatas, dan masing-masing pihak masih saling menyalahkan, peluang perdamaian masih tampak jauh dari kenyataan.
China, Rusia, dan Turki turut menyuarakan keprihatinan dan mendorong diselenggarakannya konferensi darurat internasional. Namun hingga kini, belum ada inisiatif konkret yang diterima oleh kedua negara berseteru.
-
Gencatan senjata diumumkan secara sepihak oleh AS, namun belum diakui penuh oleh Iran maupun Israel.
-
Iran tetap meluncurkan rudal dan menewaskan warga Israel.
-
Israel membalas dengan serangan udara ke pusat tahanan politik di Iran.
-
Ribuan warga sipil dari kedua negara terdampak langsung, dengan gelombang pengungsian terus bertambah.
-
Dunia internasional menyerukan perdamaian, tapi belum terlihat tanda-tanda deeskalasi di lapangan.
-
Komunitas internasional perlu mendesak transparansi informasi dari kedua belah pihak mengenai korban sipil.
-
Diperlukan kehadiran tim kemanusiaan netral di kedua wilayah konflik.
-
Negara-negara Asia, termasuk Indonesia, harus mengambil posisi aktif dalam mendesak diplomasi damai.
-
Media harus berhati-hati menyebarkan informasi spekulatif demi menjaga ketenangan publik.
-
Warga Indonesia di Timur Tengah disarankan tetap waspada dan mengikuti arahan KBRI setempat.
Dapatkan update eksklusif dan tajam seputar konflik global, ekonomi, dan politik hanya di EKOIN.CO.
🟢 Langganan WA News EKOIN sekarang juga! Kirim pesan ke 0812-3456-7890 dengan kata kunci LANGGANAN.