Jakarta, EKOIN.CO – Indonesia dan Turki resmi menandatangani kesepakatan pembelian 48 unit jet tempur generasi kelima KAAN dengan nilai sebesar US$ 10 miliar, diumumkan Presiden Recep Tayyip Erdoğan pada pameran Indo Defence 2025 di Jakarta, Rabu (11/6/2025) .
Pesawat akan diproduksi oleh Turkish Aerospace Industries (TAI) di Turki, dengan integrasi komponen dan kapasitas lokal Indonesia dalam proses produksi .
Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dan Sekretaris Industri Pertahanan Turki Haluk Gorgun, disaksikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto, yang disebut berperan krusial dalam perolehan kesepakatan .
KAAN merupakan jet tempur siluman generasi kelima dengan mesin kembar, uji terbang pertama pada Februari 2024, dan diklaim mampu mencapai kecepatan Mach 1,8 serta ketinggian operasional hingga 8.000 kaki (±2.438 meter) .
Presiden Erdoğan menyampaikan melalui unggahan di X bahwa kesepakatan ini mencerminkan prestasi industri pertahanan domestik Turki dan berharap kolaborasi tersebut bermanfaat bagi kedua negara .
Disebutkan pula bahwa total waktu pengiriman jet ke Indonesia diperkirakan berlangsung selama 10 tahun, dengan estimasi rampung 120 bulan setelah penandatanganan .
Pakar pertahanan Turki, Yusuf Akbaba, menjelaskan partisipasi Indonesia akan menurunkan biaya produksi per unit dan meningkatkan minat negara lain terhadap jet tersebut .
KAAN dilengkapi radar canggih dan integrasi drone, serta kemampuan senjata seperti rudal udara-ke-udara jarak jauh dan bom pintar; desainnya untuk menggantikan armada F‑16 Indonesia yang mulai menua .
Presiden Subianto menegaskan, “Tidak ada bangsa yang waras ingin berperang, namun sejarah mengajarkan bahwa bangsa yang tak berinvestasi dalam pertahanan akan kehilangan kemerdekaannya,” saat membuka Indo Defence 2025 .
Kesepakatan juga mencakup transfer teknologi melalui lisensi produksi KAAN oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI), peluang joint‑venture, dan manufaktur bersama komponen kedirgantaraan di dalam negeri .
Rencana tersebut mengikuti kunjungan Presiden Erdogan ke Bogor, 11 Februari 2025, yang membuka akses lisensi dan memperkuat kolaborasi pertahanan termasuk pendidikan personel TNI serta kerja sama intelijen dan kontra-terorisme .
Dalam pertemuan bilateral di Ankara, 10 April 2025, Presiden Prabowo menyampaikan hasrat Indonesia untuk ikut serta dalam pengembangan jet KAAN dan kapal selam bersama industri Turki .
Presiden Prabowo menambahkan akan membentuk perusahaan patungan antara perusahaan pertahanan Indonesia dan Turki, meski belum disebutkan entitas spesifik .
Kedua negara juga sepakat memperluas akses pasar dan menghapus hambatan dagang, mendorong percepatan negosiasi perjanjian perdagangan preferensial (PTA) menuju CEPA Indonesia–Turki .
Memasuki tahun 2025, TF‑KAAN (TAI TF Kaan) telah melakukan beberapa uji terbang dan menjadi simbol kedaulatan teknologi Turki, dengan pengiriman pertama ke Angkatan Udara Turki ditargetkan pada 2028 .
Analisis dari Business Insider menyebutkan KAAN menjadi bagian dari gelombang jet generasi lima yang ikut menantang monopoli AS, China, dan Rusia, dan menarik minat negara lain seperti Indonesia, Pakistan, dan Arab Saudi .
Dengan pembelian ini, Indonesia memperkuat strategi diversifikasi alutsista, selain jet Rafale dan opsi F‑15EX, serta proyek KF‑21 dengan Korea Selatan .
Kesepakatan pembelian KAAN menandakan transisi dari sekadar pembeli alat utama sistem senjata menjadi mitra pengembangan teknologi industri pertahanan .
Kedekatan diplomatik Indonesia–Turki terlihat dari rasionalisasi pengadaan drone Bayraktar TB3 sebelumnya, dengan alasan kompatibilitas taktis dan ekonomi serta harga yang bersaing .
Pembelian drone sebelumnya membuka jalan hubungan pertahanan yang lancar, membangun kepercayaan menuju proyek KAAN dan kerja sama kapal selam .
Pentingnya alih teknologi juga diperkuat lewat potensi lisensi PTDI yang dapat mengurangi pengangguran melalui peningkatan kapasitas manusia dan lokal produksi .
Meski nilai kontrak dihimpun dari sumber media menjadi sekitar US$ 10 miliar, Erdoğan tidak merinci nilai resmi saat pengumuman, mengedepankan aspek strategis daripada sekadar nilai moneter .
Implementasi rencana ini diharapkan berlangsung bertahap dengan pengiriman jet ke Indonesia dimulai sekitar 2028–2029 dan produksi bersama capai puncak beberapa tahun setelahnya .
Kerja sama ini memperkuat posisi Indonesia dalam industri pertahanan global dan rangkaian diplomasi strategis berbasis teknologi, sambil menjaga kedaulatan nasional .
Provinsi dan wilayah kerja sama mencakup Jakarta sebagai pusat pengumuman, Ankara sebagai lokasi pembahasan teknis, dan Bogor sebagai simbol konfirmasi lisensi produksi .
Diplomasi “sky diplomacy” ini diinterpretasikan sebagai pemacu ekonomi lokal, peningkatan SDM, dan visi jangka panjang untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat manufaktur teknologi tinggi pertahanan di Asia Tenggara .
Indonesia mempertegas posisinya di antara negara Global South yang memiliki kemampuan dan ambisi industri pertahanan mandiri, sejalan tren multipolar dalam geopolitik militer masa depan .
Kesepakatan ini juga memperluas portofolio alutsista Indonesia sehingga tidak terbatas pada pembelian, tetapi memasuki fase pengembangan dan co-produksi sistem pertahanan canggih .
Porsi integrasi lokal merupakan tonggak penting—Indonesia tak hanya menjadi konsumen tetapi partisipan dalam proyek jet generasi kelima dengan akses teknologi dan produksi nyata .
Dengan target pengiriman bagian awal mulai 2028, Indonesia memasuki fase baru pembangunan industri pertahanan sama kuatnya dengan negara produsen utama di dunia .
Pemerintah perlu menyiapkan regulasi, anggaran, dan roadmap alih teknologi agar keterlibatan industri nasional berjalan sesuai target dan dapat mendukung agenda pembangunan pertahanan jangka panjang.
Komitmen kedua pemerintahan menegaskan bahwa hubungan bilateral Indonesia dan Turki tak hanya dijalin atas kepentingan jual‑beli, melainkan kemitraan strategis dengan dampak ekonomi, teknologi, dan industri besar.
Penutup artikel menyajikan lima paragraf kesimpulan dan saran:
Diplomasi pertahanan Indonesia–Turki menandai era baru kerja sama teknologi tinggi, bukan sekadar transaksi militer.
Bergabung dalam proyek KAAN memberikan peluang alih teknologi serta penguatan PT Dirgantara Indonesia dan SDM industri domestik.
Transparansi dalam negosiasi dan progres implementasi harus dijaga agar nilai investasi dan komitmen negara bisa dipertanggungjawabkan.
Pemerintah perlu menyelaraskan kebijakan anggaran, kurikulum vokasi pertahanan, dan infrastruktur manufaktur untuk menyokong produksi lokal.
Dengan cara ini, modernisasi alutsista diiringi peningkatan kedaulatan teknologi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih berkelanjutan.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v