New Delhi ,EKOIN.CO – India mengambil langkah strategis dengan memperkuat hubungan dagang bersama Amerika Serikat dan menghindari keterlibatan penuh dalam wacana pengurangan ketergantungan pada dolar AS yang diusung oleh sebagian negara anggota BRICS.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Langkah India ini terungkap setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengancam akan mengenakan tarif impor terhadap negara-negara yang mencoba meninggalkan penggunaan dolar dalam transaksi internasional. Sebagai respons, pemerintah India menegaskan tidak berniat melemahkan posisi greenback dalam perdagangan global.
Sikap India tersebut dilaporkan oleh Bloomberg, yang menyebut bahwa pemerintah di New Delhi telah secara aktif melakukan komunikasi dengan otoritas keuangan AS. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kebijakan nilai tukar India tidak disalahartikan sebagai bagian dari upaya dedolarisasi.
India Pilih Stabilitas Ketimbang Konfrontasi
Dalam pernyataannya, India mencoba meredakan ketegangan dengan memberikan jaminan kepada Washington. Hal ini dilakukan guna menghindari potensi pemberlakuan bea masuk tambahan terhadap produk-produk ekspor asal India.
Pendekatan itu kontras dengan Brasil, anggota BRICS lainnya, yang justru menjadi sasaran kebijakan proteksionis Donald Trump. Pada Rabu (9/7), Trump menetapkan tarif impor sebesar 50% terhadap sejumlah produk dari Brasil, hanya dua hari setelah KTT BRICS 2025 berlangsung.
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva mengecam kebijakan tersebut dan menegaskan bahwa negaranya tidak akan tunduk pada tekanan eksternal. Di sisi lain, India memilih jalur diplomatik dan memperkuat hubungan bilateralnya dengan AS.
India merupakan anggota BRICS sejak 2009. Namun, negara ini cenderung bersikap hati-hati terhadap inisiatif kelompok tersebut yang ingin mengurangi dominasi dolar AS dalam sistem keuangan global.
Penegasan India dalam Konteks Politik Global
Mohan Kumar, mantan diplomat India di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), mengatakan bahwa India tidak pernah sepenuhnya menyetujui wacana penggunaan mata uang alternatif BRICS dalam skala global.
“Trump memang tidak menyukai pembahasan soal dedolarisasi, termasuk ketika India terlibat di dalamnya. Tapi India juga selalu menekankan bahwa diskusi itu hanya untuk perdagangan lokal, bukan sistem global,” ujar Kumar sebagaimana dikutip Bloomberg.
Koordinasi India dengan Amerika Serikat juga mencerminkan kekhawatiran akan dampak ekonomi jika hubungan bilateral dengan Washington memburuk. Sebab, Amerika adalah mitra dagang utama bagi India, terutama dalam sektor teknologi dan farmasi.
Langkah India tersebut dinilai sebagai bentuk penyeimbangan antara keterlibatan dalam BRICS dan kepentingan nasionalnya yang lebih besar dalam hubungan dagang global.
India tampaknya ingin menjaga stabilitas ekonomi domestiknya dengan tidak terlibat dalam konflik moneter internasional yang bisa memicu sanksi atau hambatan dagang.
Pilihan ini juga menunjukkan sikap realistis pemerintah India terhadap risiko yang bisa muncul dari perubahan drastis dalam sistem moneter global.
Langkah menjauh dari agenda dedolarisasi oleh India dapat memberikan sinyal kepada negara-negara lain bahwa kerja sama strategis dengan AS masih menjadi hal krusial dalam perdagangan global saat ini.
Kendati India tetap menjadi anggota aktif BRICS, namun negara tersebut menunjukkan bahwa komitmennya terhadap dolar AS lebih kuat daripada agenda mata uang alternatif yang digagas oleh beberapa anggota lainnya.
Respons cepat India atas ancaman Trump mencerminkan pentingnya menjaga kelangsungan ekspor dan mencegah hambatan perdagangan yang bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.
India juga tampaknya sedang mempertimbangkan ulang perannya dalam inisiatif BRICS pasca KTT 2025, khususnya terkait kebijakan finansial dan penggunaan mata uang bersama.
Dalam waktu dekat, kerja sama India dan AS diperkirakan akan mengarah pada penguatan kebijakan perdagangan bilateral dan kolaborasi di sektor-sektor strategis lainnya.
Negara-negara anggota BRICS yang lain akan memperhatikan langkah India ini, sebagai cerminan dinamika internal kelompok yang selama ini kerap berbeda pandangan dalam banyak isu.
Hubungan India dan Amerika Serikat kini diperkirakan akan menjadi lebih erat, seiring sikap New Delhi yang menunjukkan kesediaan untuk menjaga sistem moneter global yang didominasi oleh dolar.
Kondisi ini juga menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi nasional menjadi pertimbangan utama bagi India, ketimbang mengikuti gerakan geopolitik yang berisiko terhadap kepentingan dagangnya.
India secara efektif mengelola tekanan dari dua arah: komitmen terhadap BRICS dan kebutuhan untuk tetap berada dalam orbit dagang yang menguntungkan bersama Amerika Serikat.
India perlu mempertimbangkan kembali arah kebijakan luar negerinya, khususnya dalam kerangka kerja sama BRICS yang mulai berubah menjadi forum politik dengan tekanan geopolitik tinggi. Konsistensi menjaga hubungan baik dengan AS adalah langkah strategis untuk menghadapi tekanan ekonomi dan mengamankan pertumbuhan jangka panjang.
Sebagai kekuatan ekonomi besar, India juga harus terus meningkatkan transparansi dalam komunikasi kebijakan keuangannya agar tidak disalahartikan oleh mitra internasional. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan dan stabilitas hubungan dagang.
Sikap India yang mengedepankan diplomasi dan pragmatisme perlu dipertahankan sebagai model dalam menyikapi tekanan eksternal tanpa merusak tatanan ekonomi domestik. Dengan menghindari konfrontasi, India mampu menjaga momentum pertumbuhan.
Pemerintah India juga sebaiknya tetap aktif dalam forum-forum multilateral lain yang tidak berorientasi pada dedolarisasi, untuk memperluas jaringan ekonomi tanpa risiko politik. Diversifikasi ini penting dalam menghadapi dinamika pasar global.
Ke depan, kerja sama India dan Amerika Serikat perlu difokuskan pada pembangunan teknologi, pertahanan, dan energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada pasar yang bergejolak. Keseimbangan strategis inilah yang akan menentukan posisi India dalam percaturan global.(*)