JERUSALEM — EKOIN.CO – Israel dan Iran akhirnya menyepakati gencatan senjata setelah terlibat dalam rangkaian serangan udara dan rudal selama hampir dua pekan. Kesepakatan ini mulai berlaku pada Senin pagi, 24 Juni 2025, mengakhiri konflik bersenjata paling intens dalam sejarah hubungan kedua negara.
Serangan Besar Dimulai dari Israel
Israel meluncurkan operasi udara bertajuk “Rising Lion” pada 13 Juni 2025. Operasi ini menargetkan tiga fasilitas nuklir utama Iran—Natanz, Fordow, dan Isfahan. Jet-jet tempur serta rudal bunker-buster menggempur sasaran secara simultan. Pasukan Amerika Serikat juga mendukung misi ini dengan pesawat pengebom siluman B-2 dan rudal jelajah.
Iran Balas dengan Rudal dan Drone
Tak lama setelah serangan itu, Iran langsung membalas dengan meluncurkan lebih dari 150 rudal balistik dan lebih dari 100 drone ke wilayah Israel. Beberapa rudal juga diarahkan ke pangkalan militer AS di Qatar, termasuk pangkalan Al-Udeid. Rumah sakit Soroka di Beersheba turut menjadi sasaran.
Korban Jiwa dan Kerusakan Meluas
Israel mencatat lebih dari 28 warganya tewas dalam serangan balasan Iran. Di sisi lain, Iran kehilangan ratusan nyawa. Laporan menyebut angka korban mencapai 600 hingga 900 orang akibat serangan rudal Israel terhadap instalasi militer dan fasilitas nuklirnya.
Infrastruktur Nuklir Iran Lumpuh Sebagian
Badan intelijen AS dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyampaikan bahwa serangan Israel menghantam keras fasilitas nuklir Iran. Beberapa instalasi rusak parah, namun sebagian besar material nuklir diduga telah dipindahkan sebelumnya. Sejumlah sentrifugal juga hancur, menyebabkan keterlambatan besar dalam pengayaan uranium.
Mediasi Internasional Turut Berperan
Amerika Serikat, Qatar, dan Inggris memfasilitasi jalannya gencatan senjata. Upaya diplomasi ini intensif dilakukan setelah kekhawatiran meningkat terhadap potensi perang skala penuh di Timur Tengah. Pertemuan bilateral antara Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Perdana Menteri Pakistan juga mendorong langkah damai tersebut.
Ketegangan Politik dalam Negeri Iran
Ayatollah Ali Khamenei muncul kembali ke publik setelah absen sejak serangan 13 Juni. Ia menyampaikan bahwa Iran telah “menampar Amerika” dengan membalas agresi militer. Meski demikian, sejumlah analis menilai posisinya kini melemah di internal pemerintahan.
Trump Klaim Keberhasilan Serangan
Donald Trump, yang kembali mencalonkan diri sebagai presiden AS, menyebut operasi militer gabungan itu sebagai “kesuksesan besar.” Menurutnya, langkah ini mampu menunda program nuklir Iran selama beberapa tahun. Ia juga menegaskan komitmen untuk terus menekan Iran lewat kerja sama dengan Israel.
Israel Siapkan Diplomasi Lanjutan
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu merencanakan lawatan resmi ke Washington untuk bertemu Trump. Kunjungan ini bertujuan memperkuat kerja sama strategis dan membahas tindak lanjut gencatan senjata. Di sisi lain, Israel tetap memperketat keamanan di wilayah domestik dan wilayah perbatasan.
Gaza Tetap Bergolak
Meski konflik dengan Iran mereda, situasi di Gaza masih mencekam. Operasi militer Israel terhadap Hamas terus berlangsung. Sejauh ini, lebih dari 56.000 warga Palestina dilaporkan meninggal dunia. Sementara itu, militer Israel juga kehilangan ratusan tentaranya.
Wilayah Lain Ikut Terdampak
Pecahnya perang juga memicu ketegangan di Lebanon dan Suriah. Milisi pro-Iran di wilayah tersebut sempat menyerang pos militer Israel. Namun, serangan itu dibalas dengan tembakan artileri. Pemerintah Israel menilai kawasan tersebut berpotensi menjadi front baru jika gencatan senjata gagal dipatuhi.
Iran Pertimbangkan Langkah Ekstrem
Beberapa pejabat tinggi Iran dilaporkan mempertimbangkan keluar dari Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Mereka menilai kerja sama dengan IAEA semakin tidak relevan setelah fasilitas nuklirnya dihancurkan. Tekanan dalam negeri terhadap Khamenei pun terus meningkat.
Gencatan Senjata Mulai Berlaku
Setelah negosiasi intensif, kedua negara menyetujui penghentian serangan pada 24 Juni. Namun, pelanggaran kecil sempat terjadi setelahnya. Beberapa drone masih terbang di wilayah Israel dan rudal kecil jatuh di area tak berpenghuni.
Upaya Damai Harus Dilanjutkan
Pihak internasional terus mendorong kedua negara untuk menjaga perdamaian. Organisasi-organisasi seperti PBB dan Uni Eropa menyerukan pembukaan jalur diplomasi yang lebih luas, termasuk kemungkinan perundingan ulang kesepakatan nuklir Iran.
Posisi Iran di Mata Dunia
Serangan terhadap fasilitas nuklirnya memengaruhi posisi Iran di mata dunia. Sejumlah negara mendesak agar Iran membuka kembali akses pengawasan internasional ke fasilitas nuklirnya. Sementara, negara-negara sekutu Iran berusaha menekan agar tidak keluar dari jalur diplomasi.
Israel Waspadai Balasan Tak Terduga
Meski berhasil menggempur instalasi strategis Iran, Israel belum menurunkan tingkat siaga. Otoritas keamanan menilai Iran atau sekutunya bisa saja melancarkan serangan cyber atau aksi sabotase sebagai balasan di masa depan.
Peran Strategis Pakistan dan Qatar
Pakistan memainkan peran penting sebagai jembatan komunikasi karena tidak memiliki hubungan resmi dengan Israel, tetapi tetap menjadi penghubung utama Iran di AS. Qatar, sebagai tuan rumah pangkalan militer AS, juga aktif mengkoordinasikan komunikasi lintas negara.
Masa Depan Timur Tengah Masih Gelap
Meski konflik mereda sementara, benih konflik baru tetap ada. Israel masih menghadapi ketegangan di Gaza, Tepi Barat, dan wilayah utara. Iran pun masih berusaha pulih dari dampak serangan terhadap infrastruktur militernya.
Pemerintah kedua negara perlu memperkuat saluran komunikasi darurat agar konflik tak berulang. Selain itu, masyarakat internasional dapat membantu melalui pengawasan independen dan pendanaan rekonstruksi wilayah terdampak. Keterlibatan lembaga multilateral seperti IAEA harus diperkuat untuk memastikan Iran tetap patuh terhadap perjanjian internasional. Perlu juga diadakan forum perdamaian regional guna mendorong stabilitas jangka panjang. Langkah-langkah ini akan memperkecil risiko konfrontasi berikutnya.
Konflik Israel dan Iran selama 12 hari terakhir menunjukkan betapa rapuhnya perdamaian di Timur Tengah. Gencatan senjata menjadi momen krusial untuk mengevaluasi dampak dan merancang pendekatan damai ke depan. Peran negara-negara ketiga seperti AS, Pakistan, dan Qatar sangat penting dalam mencegah eskalasi lebih lanjut. Kini, beban berada di pundak Iran dan Israel untuk menghindari provokasi lebih lanjut dan membuka jalan ke arah diplomasi. Stabilitas kawasan hanya mungkin terwujud jika seluruh pihak menahan diri dan menjadikan dialog sebagai prioritas utama.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v