Langkah diplomatik ini muncul di tengah serangan udara Israel ke fasilitas nuklir Iran dan serangan rudal balasan Iran ke kota-kota di Israel
Lammy menekankan urgensi mencegah akses Iran ke senjata nuklir serta risiko eskalasi regional, dan menyampaikan komitmen bersama untuk menyelesaikan melalui jalur diplomasi
Berikut ini bagian lengkap artikel “Dukungan Jerman dan G7” yang menjadi salah satu subjudul utama dalam laporan tentang Tindakan Eropa atas Konflik Israel dan Iran:
Dukungan Jerman dan G7
Pernyataan mencolok datang dari Kanselir Jerman Friedrich Merz, yang secara terbuka menyatakan bahwa serangan Israel terhadap Iran adalah “pekerjaan kotor yang dilakukan untuk kita”, merujuk pada kepentingan keamanan Eropa secara keseluruhan. Pernyataan ini disampaikan Merz dalam wawancara dengan stasiun televisi Jerman ZDF pada pertengahan Juni 2025.
Menurut Merz, tindakan militer Israel terhadap fasilitas nuklir Iran memberikan dampak strategis yang, menurutnya, juga bermanfaat bagi keamanan regional Eropa. “Serangan Israel adalah sesuatu yang pada dasarnya dilakukan juga demi keamanan Jerman dan Eropa,” ujarnya, seperti dikutip dari laporan Reuters.
Pernyataan tersebut langsung menuai berbagai reaksi. Duta Besar Israel untuk Jerman, Ron Prosor, menyambut baik dukungan terbuka dari Kanselir Merz. Ia menyatakan bahwa sikap seperti itu menunjukkan solidaritas yang kuat dari sekutu tradisional Israel di tengah krisis yang terus memanas.
Namun, pernyataan Merz juga mengundang kritik tajam dari beberapa partai oposisi di parlemen Jerman. Anggota parlemen dari Partai Sosial Demokrat (SPD) dan Partai Hijau menyebut bahwa dukungan tersebut terlalu membenarkan kekerasan dan mengabaikan risiko terhadap korban sipil. Mereka juga mengingatkan bahwa setiap eskalasi militer bisa berdampak buruk terhadap stabilitas global dan kemanusiaan di kawasan Timur Tengah.
Kanselir Merz sendiri belum merespons secara langsung kritik tersebut, namun juru bicara pemerintah Jerman menyatakan bahwa posisi Jerman tetap konsisten dalam mendukung hak Israel membela diri, sekaligus menyerukan de-eskalasi.
Dukungan Jerman terhadap Israel juga tercermin dalam pertemuan Kelompok Tujuh (G7) yang berlangsung di Quebec, Kanada, pada minggu ketiga Juni 2025. Dalam pertemuan itu, isu konflik antara Israel dan Iran menjadi topik pembahasan utama di antara para pemimpin dunia.
Selain Jerman, negara-negara anggota G7 lainnya – yakni Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Italia, Jepang, dan Inggris – juga menyatakan posisi mereka secara bersama. Dalam pernyataan bersama, G7 menegaskan pengakuan mereka atas hak Israel untuk membela diri dari serangan rudal dan drone Iran, namun juga menekankan pentingnya menahan diri dan mencegah eskalasi lebih lanjut.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang baru menjabat, mengingatkan bahwa diplomasi tetap menjadi satu-satunya jalan untuk mencapai penyelesaian damai. “Tidak ada solusi militer untuk krisis ini. Semua pihak harus memilih jalur diplomasi,” ujarnya di sela-sela pertemuan G7.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta Israel untuk tidak melakukan serangan balasan lanjutan yang bisa memperburuk situasi. Macron juga mengingatkan bahwa penggunaan kekuatan harus proporsional dan tetap dalam koridor hukum internasional.
Dalam pertemuan yang sama, para pemimpin G7 juga membahas kemungkinan pemberian sanksi tambahan terhadap Iran jika program nuklirnya terbukti telah melanggar batas-batas kesepakatan internasional. Namun, belum ada keputusan resmi yang disepakati terkait langkah konkret tersebut.
Menteri Luar Negeri Kanada Mélanie Joly, sebagai tuan rumah forum G7 tahun ini, menyampaikan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan dan mendesak semua pihak untuk segera kembali ke meja perundingan. Ia menyebut konflik ini bukan hanya ancaman bagi Timur Tengah, tapi juga bagi keamanan internasional.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang menghadiri forum G7 untuk pertama kalinya setelah kembali menjabat, mengatakan bahwa pihaknya akan menunggu hingga dua minggu untuk melihat respons Iran terhadap tuntutan internasional sebelum mempertimbangkan opsi militer. Pernyataan Trump ini dianggap sebagai langkah menahan diri meskipun retorika keras tetap disuarakan.
Kehadiran pemimpin-pemimpin G7 dalam forum tersebut mencerminkan kekhawatiran serius dunia internasional terhadap potensi meluasnya konflik bersenjata. Para pemimpin menyerukan agar semua negara, termasuk sekutu-sekutu regional di Timur Tengah, tidak turut memperkeruh keadaan dengan mengirim bantuan militer secara langsung.
Sementara itu, masyarakat sipil di Eropa menunjukkan sikap beragam. Di beberapa kota seperti Berlin, Paris, dan London, unjuk rasa kecil digelar oleh kelompok pro-perdamaian yang meminta pemerintah mereka untuk tidak terlibat lebih jauh dalam konflik dan fokus pada perlindungan warga sipil serta bantuan kemanusiaan.
G7 menyatakan dalam dokumen penutup bahwa mereka akan terus memantau perkembangan situasi dan mempertimbangkan mekanisme diplomatik serta ekonomi untuk mencegah perang terbuka antara Israel dan Iran.
Dukungan Jerman yang tegas terhadap Israel dalam forum G7 memperlihatkan kontras dengan sikap kehati-hatian dari negara-negara Eropa lainnya seperti Prancis dan Italia, yang lebih menekankan pada solusi diplomatik dan penghormatan terhadap hukum internasional.
Forum G7 tersebut ditutup dengan deklarasi bersama yang menekankan tanggung jawab global dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Mereka juga menyerukan agar Iran kembali mematuhi aturan perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang selama ini menjadi dasar pengawasan nuklir.
Dengan dinamika yang terus berkembang, peran G7 dalam membentuk konsensus global terhadap konflik Israel–Iran menjadi semakin penting dalam mendorong upaya penyelesaian damai yang berkelanjutan.
Upaya diplomasi Eropa dan G7 perlu diperkuat agar pesan menahan diri tersampaikan efektif ke kedua belah pihak.
Negara-negara Eropa hendaknya memanfaatkan rangkaian pertemuan di Geneva dan G7 untuk menjembatani persoalan nuklir Iran secara kooperatif.
Pendekatan multilateral dapat meredam eskalasi dan mencegah konflik terbuka, sekaligus menjaga stabilitas kawasan dan global.
Keseriusan Eropa dalam menegaskan hak pertahanan Israel harus diimbangi dengan komitmen teguh untuk meredam aksi militer demi keselamatan warga sipil.
Dialog lintas saluran, termasuk jalur PBB dan pertemuan bilateral, sebaiknya terus digalakkan hingga tercapai gencatan senjata dan kesepakatan nuklir.(*).
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v