Jakarta, EKOIN.CO – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan perlunya kolaborasi strategis berbasis riset interdisipliner dalam menghadapi tantangan pembangunan di kawasan ASEAN dan Jepang. Pernyataan ini disampaikan dalam sesi kedua The 9th ASEAN–Japan STS Forum yang berlangsung di Jakarta pada Rabu (24/7).
Forum ini mengangkat tema “Advancing Strategic Research Collaboration in Interdisciplinary Research Areas for Regional Development” dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan riset dari negara-negara ASEAN dan Jepang. Agenda pertemuan difokuskan pada sinergi riset untuk pembangunan kawasan yang berkelanjutan.
Kepala Organisasi Riset Bahasa dan Sastra BRIN, Herry Jogaswara, menyoroti pentingnya pendekatan lintas ilmu dalam memahami dan mengembangkan warisan budaya Asia Tenggara dan Jepang. Ia menyebut kesamaan nilai budaya sebagai dasar kuat untuk membangun kerja sama riset jangka panjang.
“Riset terkait warisan budaya membutuhkan kolaborasi antarpeneliti dari berbagai disiplin, seperti arkeologi, sejarah, geologi, hingga biologi. Melalui pendekatan ini, kita dapat memahami bagaimana nilai budaya dari masa lalu masih berfungsi dalam kehidupan masyarakat saat ini,” ujar Herry.
Ia menambahkan bahwa budaya perlu dimasukkan sebagai elemen utama dalam pembangunan berkelanjutan. “Selama ini pembangunan berkelanjutan hanya mencakup pilar lingkungan, ekonomi, sosial, dan politik. Sudah saatnya budaya menjadi pilar kelima dalam pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan,” tegasnya.
Menempatkan Budaya dalam Riset Pembangunan
Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN, Budi Prawara, juga menyampaikan perlunya mempertimbangkan unsur budaya dalam penerapan teknologi perkotaan, khususnya dalam konteks pengembangan smart city.
“Permasalahan perkotaan, seperti kemacetan, tidak cukup diselesaikan dengan teknologi semata. Diperlukan pendekatan interdisipliner untuk memahami pola permukiman, preferensi budaya transportasi, hingga dampak sosial dari sistem transportasi publik,” jelasnya.
Budi menekankan pentingnya perspektif kemanusiaan dalam pembangunan kota cerdas. Ia mengatakan bahwa pengembangan teknologi harus diarahkan untuk menjawab kebutuhan manusia dan memperhatikan kelestarian lingkungan.
“Teknologi harus dikembangkan dengan perspektif kemanusiaan dan lingkungan. Solusi kota cerdas tidak boleh sekadar mengadopsi teknologi luar, tetapi harus diadaptasi sesuai konteks lokal,” tambahnya.
Forum ini membuka ruang dialog antara peneliti ASEAN dan Jepang dalam membahas pendekatan strategis terhadap tantangan pembangunan yang kompleks. Setiap negara menyampaikan tantangan dan potensi riset interdisipliner di bidangnya.
Komitmen Jangka Panjang BRIN
Melalui keterlibatannya di forum ini, BRIN berkomitmen untuk memperluas kerja sama riset dengan prinsip gotong royong ilmiah antarnegara. Kolaborasi ini diharapkan menghasilkan solusi berbasis data dan kontekstual untuk kemajuan kawasan.
Diskusi yang berlangsung juga menyoroti peran teknologi dalam pelestarian budaya, pengembangan energi bersih, serta manajemen risiko bencana. Semua aspek tersebut membutuhkan pendekatan lintas sektor dan kolaborasi berkelanjutan.
Forum ASEAN–Jepang STS menjadi ruang konsolidasi gagasan sains yang berorientasi pada dampak sosial dan keseimbangan ekologis. Partisipasi aktif Indonesia menunjukkan peran strategis negara ini dalam riset kawasan.
Kolaborasi riset interdisipliner antara ASEAN dan Jepang dinilai krusial dalam menjawab tantangan pembangunan kawasan. BRIN mendorong pendekatan yang menggabungkan ilmu pengetahuan, budaya, dan teknologi agar dapat menghasilkan kebijakan dan solusi yang berkelanjutan dan kontekstual.
Pernyataan para kepala organisasi riset BRIN menekankan bahwa riset budaya dan teknologi tidak dapat berjalan sendiri. Keduanya harus saling mendukung agar pembangunan tidak kehilangan nilai lokal maupun jati diri masyarakat yang dilayaninya.
Melalui forum ini, Indonesia menunjukkan komitmennya sebagai bagian penting dari jaringan riset internasional yang berpihak pada keseimbangan antara inovasi, kemanusiaan, dan kelestarian lingkungan.(*)